"Eum, Tante Ren! Maaf ..! Kedatangan Kafizah kemari bukan untuk ngajak Tante berdebat atau saling salah-salahan," ucap Kafizah mendapat anggukan dari Salsa yang menatap sinis Bu Reni.
"Kamu jangan mencoba mengalihkan pembahasan ya, Kafizah. Karena di sini itu memang kamu yang harus dan wajib bertanggung jawab," hardik Bu Reni membuat Kafizah geleng-geleng.
"Tante Ren! Maaf kalau Fizah lancang. Pemecatan suaminya Azura bukan karena Fizah, tapi karena ulahnya sendiri, kebohongannya sendiri. Jadi sama sekali gak ada sangkut pautnya denganku, Tante," balas Kafizah mencoba melawan untuk kali ini saja.
Benar kata sang Ibu, sekali-sekali Bu Reni harus dilawan dan diberi efek jera. Biar gak semakin semena-mena memperlakukan Kafizah dan orangtuanya.
"Kar--"
"Lagi pula kami kemari ada maksud lain, tapi sekaligus menanyakan kabar pengantin baru. Bagaimanapun kita ini keluarga Tante Ren. Mes
Keesokkan harinya, Kafizah kembali bekerja seperti biasa di tokonya bersama Salsa, kakinya tidak terasa sakit lagi sepertinya biasa karena ia rutin mengonsumsi obat-obatan termasuk pereda nyeri yang sudah diresepkan oleh dokter.Di toko, Kafizah juga tidak banyak gerak seperti biasanya karena sekarang dia hanya benar-benar fokus di meja kasir, sedangkan Salsa fokus melayani pelanggan yang datang bersama dengan dua karyawan baru.Kafizah sudah menerima dua karyawan baru untuk membantunya. Satu laki-laki namanya, Reza dan satu perempuan namanya Ratih.Reza kerjanya khusus untuk mengantar pesanan jika ada yang pesan bunga lewat online. Kalau tidak ada pria itu boleh membantu melayani pembeli di toko.Sementara, Ratih kerjaannya membuat buket bunga, merawat bunga, dan melayani pembeli. Kerjanya sama dengan Salsa, bedanya Salsa sudah dipercaya oleh Kafizah untuk memegang kunci brankas dan menggantikan bos
Saat melihat Kafizah terkena serangan panik, Raka langsung saja turun dari mobil mewahnya. Dia berlari sekuat tenaga untuk melihat apa yang terjadi dengan calon istrinya.Beberapa jam sebelum kejadian yang menimpa Kafizah, Raka berada di kantor dan sedang memimpin rapat untuk rancangan pekerjaan.Setelah rapat, Raka langsung keluar dari kantor dan melajukan kendaraan roda empatnya menuju toko bunga milik gadis cantik yang telah mencuri hatinya.Sesampainya di toko, pria tampan itu melihat Kafizah sedang mengobrol dengan seorang pria.Raka tidak dapat mengenali siapa gerangan pria tersebut karena sedang membelakangi. Posisi Faiz waktu itu menghadap Kafizah dan membelakangi jalan besar.Raka tidak punya cukup keberanian untuk menghampiri, padahal ingin sekali ke luar dari mobil dan menghampiri Kafizah.Pria tampan itu mendadak cemburu, saat melihat Faiz belum juga beranjak d
"Emang segitu traumanya Kafizah dengan gambar atau bentuk yang sama seperti itu meski bukan tato?" tanya Raka pada Salsa."Iya. Karena mungkin dia terlanjur takut dan terbayang-bayang kejadian waktu itu. Di mana saat dia berharap ditolong, ternyata ditinggal begitu saja dan dibiarkan tergeletak tak sadarkan diri.""A-apa benar-benar tidak ada tanda bukti selain tato bentuk love itu?" tanya Raka terbata.Salsa menggeleng. "Tidak ada, bahkan Bapak dan Ibu Kak Nui dihubungi oleh pihak rumah sakit saat Kafizah sudah ditangani oleh Dokter."Bahkan, orang yang menolong Kak Nui pun bersaksi kalau dia tidak melihat kendaraan lain di TKP selain motor Kak Nui yang ringsek parah," lanjut Salsa menjelaskan."Kasian banget sih, nasib Kafizah," gumam Raka perhatian membuat Salsa mengangguk."Iyya. Tapi dia gak pernah putus asa, dia selalu berusaha untuk melupakan trauma itu meski kerap menghantui. Makanya dia jarang buatkan pesanan orang yang suka request
"Kak Nui!" Salsa langsung berlari ke ruangan di mana Kafizah tengah istirahat. "Kak! Kak Nui kenapa?" tanyanya saat melihat Kafizah duduk di tempat tidurnya sambil memeluk lutut dengan gemetaran. "I-itu, o-orang itu pergi, di-dia jahat, a-aku benci orang itu," ucap Kafizah terbata sambil menggigit kedua kuku jari kelingkingnya. Salsa langsung mendekat dan memeluknya. "Kak Nui tenang ya! Istighfar! Orang itu gak ada, Kak! Kakak harus lawan rasa takut itu." "Ta-tapi, ga-gambar itu sama persis," balas Kafizah dengan bola mata yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Menatap dengan waspada. "Itu hanyalah gambar, Kak. Gak akan bisa menyakiti Kakak," ucap Salsa menjelaskan. "Ha-hatiku yang sakit," ujar Kafizah lirih dan menangis, sedangkan Salsa langsung membisikkan doa-doa dan kalimat Allah agar Kafizah lebih tenang. Perlahan Kafizah memejamkan mata dan menikmati lantunan surah dari bibir Salsa. "Lawan, Kak! Perbanyak istighfar dan Zikir!" Kafizah mengangguk dan mulai beristigfar meski
Empat tahun yang lalu, Raka menemukan sang kekasih tengah berbagi peluh dengan selingkuhannya di sebuah apartemen mewah milik Raka."Dasar wanita murahan!" teriak Raka saat memasuki salah satu kamar di apartemennya dan melihat sang kekasih berada di bawah Kungkungan seorang pria. Di mana kedua insan tersebut dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya.Kedua insan tersebut menoleh secara bersamaan, saat pintu kamar terbuka dengan keras. Wajah keduanya langsung pias dan ketakutan.Kala itu, Raka baru saja kembali dari perjalanan bisnis di luar negeri. Pria tampan itu tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan langsung ke apartemen yang ia beli khusus untuk Meyla, pujaan hatinya.Pria berambut klimis itu pun tak mengabari sang kekasihnya terlebih dahulu karena ia ingin memberikan kejutan atas kedatangannya lebih awal daripada jadwal sebenarnya.Rencananya ingin memberi kejutan, tetapi malah dia yang dibuat spot jantung ole
"Pria kaya? Jadi kamu mau denganku hanya karena aku ... aku kaya? Kalau aku tidak kaya kamu tidak mau gitu? Kamu hanya mau hartaku lalu bebas tidur dengan pria lain, begitu?" Raka melempar pertanyaan berutun pada Meyla yang langsung tercekat."Bu-bukan itu, Sayang. Kamu salah paham." Meyla mendekat dan menyentuh bahu Raka yang terguncang karena menahan tangis."Jangan pernah menyentuhku!" Raka melepaskan tangan Meyla dengan kasar. "Dasar wanita murahan! Menjijikkan!""Sayang! Please ... aku benar-benar menyesal! Aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi!" ujar Meyla dengan memasang wajah memohon."Shit ... berjanji pada dirimu sendiri, bukan padaku karena apa pun itu. Aku sudah tidak sudi lagi bersamamu! Sekali lagi kutekankan. Kemas barang-barangmu sekarang juga atau kutendang kau dari sini tanpa sehelai benang pun!" titah Raka dengan sorot tajam dan mengancam."Aku tida
"Sayang! Ini minumanmu ya! Aku minum ya," ucap Meyla sambil menunjuk gelas yang di atas meja."Enak aja! Pesan sendiri!" Raka meraih gelas itu dengan kasar dan meneguknya hingga tandas.Senyum seringai diperlihatkan oleh Meyla karena merasa menang kali ini."Sebentar lagi, kamu akan jatuh di pelukanku! Aku akan menikmati keperkasaanmu dan siap-siaplah untuk menikahiku," bisik Meyla dalam hati dengan penuh kemenangan."Aduh ... Argghhh ...." Raka memegang kepalanya yang terasa berat. Kali ini dia sangat pusing dan mendadak tubuhnya panas dingin."Sayang, kamu kenapa," pekik Meyla pura-pura panik dan memeluk Raka."Lepasin! Menjijikkan!" Sembur Raka, tetapi Meyla tetap saja berusaha membantu Raka untuk bangkit dari duduknya."Tidak usah pegang-pegang! Aku bisa sendiri!" omel Raka sambil melepaskan tangan Meyla yang melingkar di pinggangnya.
"Raka tenangkan dirimu!" titah Pak Jupri seraya mendekat ke arah Raka yang terluka dan berdarah.Pria yang rambutnya sudah ada dua warna itu mendekat dan ingin membersihkan darah yang mengalir dari tangan Raka dengan menggunakan tisu."Biarkan saja seperti ini, Ayah!" tolak Raka dengan menepis tangan Pak Jupri."Tanganmu berdarah, Nak. Nanti infeksi," tunjuk Pak Jupri."Darah yang keluar dari luka ini, belum sebanding dengan penderitaan Kafizah, Ayah!" tandas Raka menahan tangis."Ayah nger--""Ayah tidak mengerti sama sekali, bagaimana perasaan Kafizah! Ayah tidak merasakan jadi Kafizah, hidup hanya dengan satu kaki, masa depannya hancur karena tidak ada yang mau menerima kondisinya! Ayah egois dan a-aku ... yang lebih egois." Raka berlutut di lantai dengan air mata yang tak tertahan lagi.Kaum Adam adalah makhluk yang paling susah untuk