Setelah dari rumah sakit, kini Kevin memutuskan untuk memulangkan Shera ke mansion Gunawan. Hari sudah semakin sore, dan Kevin tadi mengajak Shera pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Dahlia. Pasti sekarang Dahlia sedang mencemaskan Shera, dan Kevin sungguh merasa tak enak dibuatnya. Mengingat sosok Dahlia membuat Kevin kembali memikirkan bagaimana cara ia bicara pada wanita paruh baya itu nanti perihal kehamilan Shera. Bagaimana reaksi Dahlia? Kevin takut Dahlia akan jatuh sakit, dan yang lebih menakutkannya lagi adalah, Dahlia akan membencinya karena ia yang telah menghamili cucu kesayangan Dahlia. "Huh..." Kevin menghembuskan nafas kasar, lalu mengusap wajahnya. Demi Tuhan semua kejadian ini masih seperti mimpi. Kevin masih tak menyangka jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah, apalagi wanita yang mengandung anaknya adalah Shera. Wanita yang sebenarnya sangat haram baginya. Shera kini tengah tertidur dipelukan Kevin, karena lelah menangis dan memang sejak tadi
Kevin tentunya langsung kelabakan saat Shera tiba-tiba saja memutuskan sambungan teleponnya. Apalagi setelah wanita itu mengatakan hal yang membuat Kevin merasa seperti kena mental. Namun Kevin yang notabene adalah pria penyabar tak akan menelan mentah-mentah ucapan Shera barusan. Kevin emosi? Oh, tentu tidak, ia hanya shock dan tak menyangka jika Shera bisa berpikir seperti itu terhadapnya. 'Pak Kevin harus banyak-banyak bersabar ya pak, ibu hamil itu sudah biasa kalau gampang emosional, gampang sensitif, gampang ngambek, dan gampang aneh-aneh lah pokoknya. Itu semua bukan dibuat-buat, tapi karena pengaruh hormon, mereka akan bertingkah seperti anak kecil, ya... Meskipun nggak semua ibu hamil seperti itu, tapi kebanyakan memang begitu. Jadi pak Kevin harus selalu bisa mengontrol emosi, jangan mudah terpancing dan akhirnya melampiaskan kemarahan ke ibunya ya pak, jangan sampailah pokoknya.'Perkataan dr. Shavira kemarin kembali berputar dimemori otak Kevin, membaut Kevin tersenyum sa
Shera dan Kevin masuk ke dalam mansion, Shera terus bergelayut manja di lengan Kevin, Kevin pun tak terlalu ambil pusing, ia membiarkan Shera melakukan hal sesuka hatinya, supaya Shera senang dan tidak kecewa. Saat berjalan melewati ruang tamu, mereka bertemu dengan Selena dan juga Brandon yang tengah bermesraan. Selena memang sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi Kevin, ia ingin membuat Kevin cemburu melihatnya bersama dengan Brandon. "Sayang... Cium pipiku!" Pinta Selena pada Brandon dengan nada manja, Brandon pun lantas mencium pipi Selena, lalu melumat bibir wanita itu sekilas. Hal itupun tak luput dari tatapan Kevin dan Shera. Jika Selena pikir Kevin akan cemburu melihatnya bersama Brandon, maka Selena salah besar, Kevin bahkan tak peduli sama sekali, pria tampan itu bahkan merasa malu melihat kelakuan Selena yang seperti ABG tua."Oh Hay... Mantan suamiku, kebetulan kamu datang, lusa aku akan bertunangan sama Brandon kekasihku, jadi aku harap kamu bisa datang ya." Selena
Dahlia, Kevin dan Shera kini tengah berada di halaman belakang. Duduk bersama, mencoba bersantai ditengah ketegangan. Kevin pun mulai berbicara, ia harus segera mengutarakan maksudnya pada Dahlia secepat mungkin. "Jadi ma... Aku ingin menikahi Shera. Saat ini aku sedang meminta Shera melalui mama." Ujar Kevin dengan jelas dan lugas. Dahlia yang mendengar itu sepertinya sangat terkejut, namun tak sampai membuatnya shock berat."Kevin apa kamu serius? Atas dasar apa kamu meminta Shera pada mama? Kalian bahkan baru beberapa kali bertemu. Jarak usia kalian bah-""Usia hanya soal angka oma, yang penting perasaan, cinta itu nggak pernah salah." Sahut Shera membuat Dahlia langsung terdiam telak."Maaf jika ini sangat mengecewakan mama, tapi... Shera sudah hamil ma, dan dia sedang hamil anakku ma." Ungkap Kevin dengan penuh kehati-hatian, takut Dahlia akan pingsan atau bahkan sampai terkena serangan jantung. Demi Tuhan, jangan sampai itu terjadi. "Apa? Kevin kamu jangan bercanda, kamu bilan
Keluarga Shera kini telah berkumpul di hotel tempat Selena mengadakan acara pertunangannya dengan Brandon. Sejak tadi, tatapan Shera tak lepas dari sosok Kevin yang tengah duduk di bangku lain. Demi Tuhan Shera tak tahan melihat penampilan maskulin Kevin hari ini, apalagi setalah seharian tidak bertemu. Kevin terlihat begitu tampan dengan pakaian formalnya, terlihat semakin gagah dan menawan. Rasa-rasanya Shera ingin segera menerjang tubuh pria itu, memeluknya, menciuminya dan menggerayangi tubuh kekar yang sangat menggoda itu. Namun apalah daya, Shera harus menahan keinginannya kuat-kuat karena disini ada kedua orangtuanya, ada Dahlia dan juga ada kedua adiknya. "Kenapa sayang? Kamu kelihatan pucat, apa kamu lagi nggak enak badan?" Tanya Farah pada sang putri dengan tatapan khawatir. Sejak tadi Shera memang hanya diam dan murung, makan pun cuma sedikit itupun Shera paksa-paksa. Kevin sudah mengiriminya sarapan tadi pagi, namun Shera tak menemukannya sama sekali. Alhasil iapun terpak
Kevin kini sedang berhadapan dengan dr. Shavira di ruang rawat Shera, Shera terpaksa dirawat karena mengalami Anemia dan dehidrasi. Meski kondisi Shera tak terlalu mengkhawatirkan, namun Kevin tadi benar-benar sudah berpikiran yang tidak-tidak, takut terjadi apa-apa pada Shera, apalagi Kevin sama sekali belum pernah menghadapi situasi yang seperti ini. Oleh sebab itu kenapa ia begitu panik dan kalut hingga tak bisa berpikir jernih. "Kondisinya udah stabil sekarang, biarkan dia istirahat dulu. Meskipun nggak terlalu bahaya, tapi kondisinya cukup mengkhawatirkan tadi. Dia butuh perhatian lebih, jangan sampai diabaikan." Jelas dr. Shavira pada Kevin."Dia akan merasa mual dan muntah-muntah jika makan makanan selain makanan yang saya buat, apa itu normal dok?" Pertanyaan Kevin membuat dr. Shavira langsung tersenyum manis. "Wajar, bahkan sangat wajar sekali. Ibu hamil itu unik pak Kevin, keinginan setiap janin itu berbeda-beda. Itu artinya ada ikatan batin yang terjalin antar pak Kevin
Sudah dua hari Shera dirawat di rumah sakit, dan kondisinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Apalagi sejak Kevin selalu bersamanya, tak pernah meninggalkannya sama sekali, mood Shera jadi bertambah baik, banyak makan dan banyak senyum. Kevin sendiri sebenarnya tak enak meninggalkan restoran, meskipun ia bos yang bisa mengatur waktu sesuka hatinya, namun bukan berarti ia bisa seenaknya. Namun karena kondisi Shera jauh lebih penting, itu sebabnya Kevin harus bisa mengalah dan memprioritaskan Shera terlebih dahulu. Urusan Dahlia kini telah selesai, membuat Shera dan Kevin merasa lega. Pernikahan mereka pun sudah direncanakan, mumpung keluarga inti Shera masih berada disini, maka pernikahan akan diadakan sehari setelah Shera keluar dari rumah sakit. Acaranya akan diadakan di mansion Gunawan, acara yang sederhana dan hanya keluarga inti saja yang akan hadir. Shera tak perlu acara mewah, meskipun ia menginginkannya, namun kondisinya yang lemah dan sedang hamil membuatnya
Kevin dan Shera kini sudah akan kembali ke ruang rawat Shera, namun tiba-tiba ditengah jalan Kevin bertemu dengan Vita. Kevin tentu saja merasa terkejut dengan keberadaan Vita, kenapa bisa Vita sampai berada disini? Untuk apa juga karyawannya itu sampai datang menyusulnya begini, apa mungkin ada hal yang serius? Kevin jadi merasa penasaran. "Chef!" Sapa Vita dengan suara seraknya, wajahnya yang sembab karena habis menangis membuat Shera sedikit merasa aneh dengan Vita."Ada apa kamu kemari? Apa ada sesuatu yang terjadi di restoran?" Tanya Kevin penasaran. "Sa-saya... Saya mau bicara penting sama chef Kevin, bisa kita bicara hanya berdua aja Chef?" Permintaan Vita barusan membuat bibir Shera langsung mencebik sebal. Wanita hamil itu sudah tahu pasti apa yang akan Vita bicarakan nanti dengan Kevin. Sudah terlihat jelas jika selama ini Vita menyimpan perasaan terhadap Kevin, dan Shera sudah tau itu sejak lama. "Ah em... Itu..." Kevin tampak bingung harus menjawab apa, mau menjawab iya
Sembilan bulan sudah Shera berjuang mengandung sang buah hati dengan segala cobaan dan rintangan yang menghadang diawal kehidupan pernikahannya bersama dengan Kevin. Kini ia telah resmi menjadi seorang ibu setelah berhasil melahirkan buah hatinya bersama Kevin secara normal di rumah sakit Atma Medika. Bahagia tak terkira Kevin rasakan, hal yang ia impi-impikan selama ini akhirnya terwujud setelah ia mendengar tangisan keras dari bayinya yang baru saja lahir ke dunia. Selama empat puluh delapan jam, Kevin terus berada disamping Shera yang tengah mengalami kontraksi. Pria itu bahkan tak sedetikpun meninggalkan sang istri kecuali hanya ke kamar mandi. Kevin tentu saja tak ingin kehilangan momen-momen penting proses persalinan sang istri. Kevin ingin menjadi penguat Shera, ia tak mau Shera merasa sendirian dan sakit sendirian, meskipun Kevin tahu jika ia pun tak mampu menggantikan posisi Shera, tapi setidaknya dengan kehadirannya ia mampu membuat istrinya tak merasa sendirian dan kesep
Kevin sudah sembuh dan kini ia sudah kembali ke rumah. Masalah pekerjaan ia bisa memantau dari jauh, yang penting sekarang adalah kesehatannya dan juga kesehatan istrinya. Meskipun sudah sembuh namun lukanya masih terasa sakit jika ia terlalu banyak bergerak ataupun melakukan aktivitas yang berat. Kevin pun kini harus membatasi kegiatannya supaya cepat pulih seperti sedia kala. Mengenai kedua orangtua Shera, mereka seharusnya dijadwalkan kembali ke Rusia hari ini juga, namun karena kondisi Shera yang kurang fit, akibatnya Farah membatalkan kepulangannya dan menyuruh sang suami untuk pulang duluan. Karena kelelahan mengurus Kevin dan memang kondisi fisiknya yang lemah sejak Kevin berada dirumah sakit, akhirnya sekarang Shera tumbang karena terserang demam dan juga flu yang cukup berat. Selama Kevin tak bisa membuatkan makanan untuknya, Shera memang selalu memaksa memakan makanan apapun selain masakan Kevin. Ia memang bisa melakukannya, namun setelah itu Shera harus memakan es krim
Dua Minggu kemudian...Shera kini tengah menangis didepan makam Dahlia, wanita hamil itu tampak menatap makam sang nenek dengan wajah sendu. Setelah insiden penembakan yang Selena lakukan pada Kevin dua Minggu yang lalu, Dahlia langsung terkena serangan jantung. Kevin dan Dahlia pun segera dilarikan ke rumah sakit, dan keduanya pun sama-sama mengalami koma. Kevin mendapatkan tembakan tepat mengenai perut dan harus melakukan operasi untuk pengangkatan peluru. Saat itu Selena menembakan dua peluru, namun peluru yang satunya meleset mengenai vas bunga. Jika kedua peluru tersebut tembus ke jantung Kevin, mungkin Kevin kini sudah tidak tertolong lagi.Beruntung sekali Tuhan masih menyayanginya sehingga nyawanya masih bisa diselamatkan. Akan tetapi sampai saat ini Kevin masih koma meskipun sudah melewati masa kritisnya. Sedangkan Dahlia akhirnya harus menyerah setelah melawan penyakit jantung dan hipertensi yang ia derita.Seluruh keluarga pun sepakat mengirim Selena ke rumah sakit jiwa k
Hari ini adalah hari yang sangat Shera nanti-nantikan. Acara baby shower untuk merayakan tujuh bulan kehamilannya telah dimulai. Acara yang cukup meriah dan dihadiri oleh keluarga dekat saja. Shera terlihat sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun berwarna pink yang membalut tubuh hamilnya. Aura keibuannya pun semakin terpancar membuat Kevin semakin jatuh cinta. Kevin bahkan masih tak menyangka jika seorang wanita yang telah resmi menjadi istrinya kini adalah Shera, keponakannya, gadis yang dulunya sering sekali memanggilnya dengan sebutan 'om'. Orang yang bahkan sangat asing bagi Kevin karena mereka jarang sekali bertemu. "Papa kok diem terus dari tadi? Papa nggak enak badan? Pasti kecapekan ya karena sibuk nyiapin ini semua? Papa sih dibilangin ja-" kata-kata Shera langsung terpotong karena Kevin tiba-tiba menyentuh bibirnya dengan jadi telunjuk. "Mau jadi ibu, mulutnya makin bawel." Ujar Kevin membuat Shera langsung mengerucutkan bibirnya."Biarin aja." Ungkap Shera, Kevin
Shera mengusap-usap perutnya dengan penuh cinta, merasa sangat lega karena kandungannya kini telah berusia tujuh bulan dan besok ia akan mengadakan acara tujuh bulanan serta baby shower. Rencananya acara tersebut akan diadakan di restoran berbintang milik suaminya, dan Shera sudah tak sabar menunggu besok pagi tiba. Melihat Kevin yang semakin semangat dan begitu ceria akhir-akhir ini membuat Shera begitu terharu. Saat bertemu Bayu beberapa hari yang lalu, sepupu Kevin itu menceritakan banyak sekali hal tentang Kevin dimasa lalu. Bayu bilang jika baru sekarang ia bisa melihat kakak sepupunya sesenang ini, dan semua ini karena Shera, Shera tentu saja merasa sangat bangga dan tersentuh. "Kok senyum-senyum sendiri? Lagi mikirin apa? Ini manisannya." Tanya Farah sembari mengangsurkan manisan kepada Shera. Farah datang tiga hari yang lalu bersama dengan suami dan kedua putranya. Melihat Shera yang begitu bahagia dan antusias dengan kehamilannya, membuat Farah pun ikut merasa bahagia. "L
Hari ini Kevin mengajak Shera ke Dufan untuk menyenangkan hati istrinya. Meski hanya menaiki bianglala dan komedi putar hal itu sudah cukup menyenangkan bagi Shera. Karena suaminya sendiri melarangnya keras untuk menaiki wahana yang cukup ekstrim. Kevin sendiri merasa sangat senang dan bahagia melihat senyuman serta antusias Shera, karena ia sendiri tidak pernah jalan-jalan seperti ini dengan pasangannya. Baru kali ini Kevin bisa merasakannya bersama dengan Shera. Luapan kebahagiaan yang ia rasakan dalam hatinya bahkan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ini semua masih seperti mimpi, mimpi yang sangat indah, dan Kevin seolah enggan untuk bangun dari mimpinya. "Papa!" Panggilan Shera langsung membuyarkan lamunan Kevin, pria itu pun segera mendekat kearah istrinya. "Ada apa sayang? Apa yang ingin kamu beli?" Tanya Kevin. "Pah aku mau ini ya... Satu aja..." Pinta Shera seraya menunjuk gula kapas berbentuk hati yang ada didepannya. Kevin sendiri merasa heran, kenapa istrinya suk
Setelah kejadian di rumah sakit, Kevin kini semakin memperketat penjagaannya pada sang istri. Pria itu begitu posesif dan overprotektif kepada Shera. Shera sendiri bukannya terganggu akan sikap berlebihan Kevin, tapi ia suka sekali melihat Kevin yang seperti ini, seperti biasanya, Kevin yang perhatian dan sangat mencintainya.Pria itu bahkan tak pergi ke restoran esok harinya, Kevin memilih untuk tetap di rumah sampai kondisi istrinya lebih stabil. Kevin ingin benar-benar menjaga kandungan Shera, keselamatan keduanya adalah prioritas Kevin, dan Kevin tak ingin kejadian kemarin sampai terulang kembali. Pria itu sungguh menyesal dan merasa bersalah atas sikapnya."Pa!" Panggil Shera yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Sudah selesai sayang, ayo kemari!" Cepat-cepat Kevin segera mengangkat tubuh istrinya membawanya kembali ke sofa yang ada di ruang tengah. Shera pikir Kevin hanya akan menuntunnya, namun ketika suaminya itu membopong tubuhnya, Shera sedikit terkejut karena tidak sia
Lama Shera menangis sampai sesenggukan sekitar sepuluh menit, sampai ia lupa jika sekarang ia harus menyusul Kevin dan menggagalkan rencananya. Namun sayang sekali saat masuk ke dalam kamar rawat Selena, Shera malah disuguhi dengan pemandangan yang begitu menyayat hati. Saat ini Kevin sedang menyuapi mantan istrinya didepan istrinya sendiri. Hati istri mana yang tidak sakit saat melihatnya, namun bukankah ini memang kemauan Shera, lantas kenapa Shera malah tidak terima?"Makasih ya Kev kamu masih peduli sama aku. Kamu masih baik banget sama aku padahal selama ini aku udah jahat banget sama kamu." Ungkap Selena pada Kevin yang hanya meresponnya dengan senyuman paksa. Pria itu sebenarnya sangat malas melakukan semua ini, namun karena ia merasa sangat kesal dengan sang istri makanya ia mencoba untuk memanas-manasi Shera. "Semoga kamu lekas sembuh, setelah ini ikutilah sejumlah perawatan supaya kamu lekas pulih. Jangan bersikap egois, pikirkan juga mama, mama masih sangat sayang sama k
Kevin tengah membersihkan tubuhnya. Sore hari ini begitu panas sehingga membuat pria itu berkeringat begitu banyak. Shera kini tengah menunggu suaminya keluar dari kamar mandi dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, ia merasa gugup sekali menghadapi Kevin yang sedang marah padanya, karena baru kali ini suaminya itu marah pada Shera. "Bantu mama. Buat papa kamu mau maafin mama dan bersikap kayak biasa lagi. Meskipun dia nggak bentak-bentak, tapi cara marah dia dengan mendiamkan mama rasanya lebih menyeramkan. Dia nggak mau ngomong sama sekali dari tadi. Mama jadi kepikiran terus." Gumam Shera sambil mengusap-usap perut buncitnya. Sejak tadi Shera terlihat murung karena Kevin tak mau bicara dengannya. Shera juga takut mengawali pembicaraan, entahlah bibirnya seolah membisu ketika berhadapan dengan Kevin. Shera jadi tak bisa secomel biasanya.CklekSuara pintu yang terbuka membuat Shera tiba-tiba terdengar kaget, mungkin karena sejak tadi ia melamun, makanya ia sampai terkejut m