Karena sedang hamil, Audrey sudah lama tidak menggunakan barang kosmetik dan parfum yang bisa memberi pengaruh buruk untuk kandungannya. Jadi, aroma ini pasti milik wanita lain. Begitu teringat Zayden baru saja memeluk wanita lain dan sekarang mencoba menggodanya, Audrey merasa sangat tidak senang. Dia pun berusaha mengulurkan tangan dan melepaskan diri dari pelukan Zayden.Zayden yang didorong seperti itu menjadi sedikit sadar. Begitu melihat wajah Audrey yang menatapnya dengan kesal, Zayden pun bertanya dengan suara rendah, "Ada apa denganmu?"Audrey merasa bahwa Zayden benar-benar sangat tidak tahu malu. Dia pun menyahut, "Kamu yang seharusnya tanya pada dirimu sendiri, 'kan? Kalau mau mencari wanita lain, lakukan saja. Jangan menggangguku di sini."Seusai berbicara, Audrey hendak turun dari tempat tidur. Dia benar-benar tidak ingin menghadapi Zayden lebih lama lagi. Audrey juga takut dirinya tidak bisa menahan kemarahannya dan menampar Zayden. Namun, sebelum kaki Audrey menyentuh l
Suhu di dalam kamar perlahan meningkat. Tepat saat Audrey hampir sepenuhnya terbawa oleh tindakan Zayden dan melupakan segalanya, Zayden yang sedang mencium tubuh Audrey mendadak menggigit pundak Audrey sejenak. Zayden tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan, tetapi gigitannya yang lembut itu tetap membuat Audrey sedikit tersadar.Kemudian, Audrey sontak menyadari bahwa dirinya sedang mengandung saat ini. Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti itu dengan Zayden? Itu pasti akan memengaruhi anak dalam kandungannya!Dengan panik, Audrey langsung mendorong Zayden yang berada di atasnya. Lantaran posisi mereka berada di pinggir tempat tidur dan Zayden juga tidak mewaspadainya, Zayden seketika terjatuh ke lantai setelah didorong oleh Audrey.Ketika mendengar Zayden terjatuh ke bawah tempat tidur, Audrey sontak terkejut dan bergegas memeriksa keadaan Zayden. Saat turun, Audrey mendapati bahwa Zayden sepertinya sudah tertidur dan tidak ada tampang yang sombong seperti tadi lagi.Audrey
Setelah mengambil keputusan, Audrey bergegas mencari tempat dengan cahaya yang bagus dan memotret detail jam tangan tersebut. Jam tangan ini memang terlihat sama persis dengan yang dia lihat pada hari itu, tetapi mungkin saja ada dua orang yang kebetulan membeli model jam tangan yang sama. Oleh sebab itu, Audrey tidak bisa memastikan bahwa orang pada hari itu adalah Zayden.Seusai memotret, Audrey kembali tidur dengan perasaan yang berat dalam hatinya. Namun, dampak yang mengguncang dari kenyataan ini membuat Audrey sulit untuk tertidur. Setelah merasa sangat lelah, akhirnya Audrey baru tertidur di tengah malam.…Keesokan harinya, cahaya matahari memancar masuk ke dalam kamar. Zayden mengernyitkan alisnya dan langsung terbangun dari tempat tidur. Begitu bangun, Zayden melihat bahwa dirinya masih mengenakan pakaian yang dia kenakan untuk acara bisnis semalam dan rasa mabuk membuat kepalanya terasa sedikit sakit. Hal ini pun membuat Zayden merasa kesal.Sementara itu, Audrey tidak tidur
Setelah mendengar perkataan ini, Audrey mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaga dan menjawab, "Jadi, apa jam tangan ini pernah beredar di pasar?""Kalau beredar, harganya pasti sangat tinggi dan akan menjadi berita besar di pelelangan. Setahuku, hal itu belum pernah terjadi," sahut manajer tersebut.Audrey sudah memiliki jawaban yang cukup jelas dalam hatinya. Seusai berterima kasih kepada manajer dan karyawan toko itu, Audrey pun meninggalkan tempat itu dengan linglung. Jam tangan ini dan masalah Zayden yang berulang kali mengutus orang untuk menyelidiki masalah malam itu telah membuat Audrey yakin bahwa pria malam itu adalah Zayden.Namun, ketika mengetahui informasi ini, Audrey menjadi sedikit kebingungan. Selama ini, Audrey terus berpikir bahwa anak ini hanya miliknya sendiri dan tidak ada hubungan apa pun dengan ayah yang hanya pernah muncul sekali serta memberikan benih itu.Sekarang, Audrey tiba-tiba mengetahui identitas ayah dari anaknya ternyata adalah suami sahnya, Zayden.
Di luar ruangan.Sederet nomor yang akrab muncul di ponsel Audrey, itu adalah Christian yang telah menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun. Kala itu, Christian melanjutkan pendidikan di luar negeri dan menghilang begitu saja. Audrey terus menunggu kabarnya setiap hari, tetapi dia tetap tidak bisa menghubunginya. Audrey sama sekali tidak menyangka Christian akan muncul di saat seperti ini. Jika itu dulu, Audrey pasti akan merasa sangat bahagia. Namun, Audrey yang sekarang….Audrey merasa sedih dalam hatinya, lalu dia mengangkat ponselnya dan berbicara dengan suara dingin, "Christian, kita putus saja. Jangan cari aku lagi setelah kamu kembali nanti."Seusai berbicara, Audrey takut mendengar upaya Christian untuk mempertahankannya, sehingga dia segera memutuskan panggilannya. Namun, Audrey merasa sangat lelah dalam hatinya. Tubuhnya bersandar di dinding belakang dan perlahan bergerak ke bawah. Kemudian, dia memeluk kedua lututnya dengan erat.Seandainya Christian bisa kembali lebih a
Setelah meninggalkan perusahaan, Zayden langsung pergi mencari Kenny dan memintanya untuk membantu mencari dokter yang bisa melakukan operasi pada ibu Audrey."Aduh, Zayden. Kamu terlihat nggak menyukai istrimu ini, tapi faktanya kamu sangat peduli padanya." Kenny biasanya sering dikerjai oleh Zayden. Saat ini, dia tentu tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengolok-olok Zayden.Zayden menyipitkan matanya. Alasan Zayden melakukan hal ini pada dasarnya hanya karena tindakan impulsifnya yang sesaat. Ketika melihat tampang Audrey yang kebingungan itu, Zayden menjadi tidak bisa menolak permintaannya. Lantaran dia sudah berjanji kepada Audrey dan sebagai orang yang selalu menepati janjinya, Zayden tidak akan mengingkarinya.Namun, hal ini tidak mengartikan bahwa Zayden akan membiarkan Kenny mengolok-oloknya. Dia pun membalas, "Apa sekarang kamu terlalu santai? Kalau iya, apa perlu aku beri tahu om supaya dia segera mengatur dirimu belajar di perusahaan?"Sejak menyelesaikan studi di luar
Sejak mengetahui Zayden telah menikah, Christian selalu ingin melihat wajah asli dari bibinya itu. Akan tetapi, sekarang kelihatannya dia akan kecewa dan harus menunggu kesempatan yang lain lagi. Di sisi lain, Kenny merasa dirinya sangat tidak dihargai. Dia mendadak berpura-pura menjadi gemulai, lalu menggandeng lengan Zayden dan berkata, "Kamu mau melihat bibimu? Bagaimana kalau aku memerankannya untukmu?"Saat berbicara, Kenny bahkan mencoba untuk bersandar di pundak Zayden. Namun, Zayden yang merasa bulu kuduknya bergidik saat melihat perilaku Kenny itu langsung mendorong Kenny dan berkata, "Christian, ini belum saatnya, mungkin lain kali. Aku akan membawamu pulang dan bertemu dengan Ayah dulu. Dia sangat menanti kepulanganmu setiap hari."Christian tentu tahu bahwa kakeknya paling menyayanginya, jadi dia segera mengangguk. Kemudian, Zayden turun dari mobil dan membantu Christian untuk memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil. Setelah itu, mereka berdua naik ke mobil dan meninggal
Malam harinya, Audrey kembali ke rumah dan melihat Zayden sedang duduk di sofa sambil membaca buku yang dipegang di tangannya. Saat ini, Audrey sedikit tidak fokus karena masalah Christian yang mendadak pulang. Dia pun berjalan ke dalam tanpa berinisiatif untuk menyapa Zayden. Ketika mendengar suara gerakan, Zayden sontak mendongak dan melihat Audrey sedang berjalan ke arah kamar dengan frustrasi serta menunduk. Zayden mengernyitkan alisnya dan memanggil, "Audrey, tunggu sebentar."Audrey seketika tersadar kembali dari pikirannya yang kacau, lalu berhenti melangkah dan menatap Zayden dengan sedikit cemas. Meskipun perasaannya dengan Christian sudah merupakan masa lalu dan pernikahannya dengan Zayden juga sebagian besar hanya berakting, Audrey tetap merasa tidak nyaman saat melihat Zayden sekarang."Ada apa, Tuan Zayden?" tanya Audrey."Masalah yang kamu katakan padaku hari ini, aku sudah menyuruh orang mencari tahu. Kalau ada kabar, aku akan memberitahumu. Kamu juga tidak perlu terlal
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis