Meskipun berpikir begitu, Audrey hanya memeluk Dash dan tidak mengamuk. Dengan wajah merah, dia hanya bisa berulang kali memaki Zayden dalam hatinya.Senyuman Zayden menjadi makin lebar saat melihat Audrey yang hanya bisa memendam amarahnya. Namun, dia tidak menggoda Audrey lagi. Kalau sampai naik pitam, Audrey pasti akan mengusirnya dari sini.Dash bersandar dengan nyaman di pelukan Audrey. Ketika mendongak dan melihat wajah ibunya yang begitu merah, dia mengulurkan tangan untuk mengelusnya sambil bertanya, "Mama, wajahmu panas sekali. Kamu demam, ya?""Uhuk, uhuk, nggak. Cuma agak panas," sahut Audrey yang mencoba untuk mengelabui putranya."Panas?" Dash pun merasakan udara di ruangan ini. Bagaimana bisa ibunya mengatakan panas?"Aku baru selesai olahraga, jadi rasanya agak panas. Jangan bahas ini lagi. Dash, sudah waktunya kamu gosok gigi dan tidur," ucap Audrey saat melihat putranya yang cerdas bersikeras untuk bertanya.Dash tidak bertanya lagi saat didesak oleh Audrey untuk tidur
Sambil mengatakan itu, Zayden tidak lupa untuk memberi hormat. Melihat ini, Audrey pun terbatuk tanpa memedulikannya. Kemudian, dia berkata, "Dash, ayo kita tidur.""Oke, Mama," timpal Dash yang juga sudah lelah. Dia naik ke ranjang, lalu tidur di tengah. Sementara itu, Audrey berbaring di sisi kiri putranya dan Zayden di sisi kanan. Pria ini terus menatap Audrey yang menemani Dash tidur.Ini pertama kalinya Dash tidur bersama ayah dan ibunya. Biasanya, dia hanya mendengar dari teman-temannya. Setelah merasakannya sendiri, Dash pun merasa sangat gembira.Tebersit kegembiraan di wajah Dash. Melihatnya senang, Audrey tentu merasa senang. Dia mencubit hidung Dash, lalu bertanya, "Kenapa kamu terlihat senang sekali? Kepikiran apa?""Hm ... bukan apa-apa." Dash tentu tidak akan mengungkapkan yang sebenarnya. Hanya saja, dia tidak bisa menahan diri untuk melirik Zayden sekilas.Audrey memperhatikan tindakan Dash ini sehingga wajahnya menjadi agak masam. Meskipun Audrey telah memberikan semua
Merasakan kehangatan tangan Zayden, hati Audrey semakin gusar. Dia berkata dengan suara rendah, "Lepaskan tanganmu!"Zayden berpura-pura tidak mendengarnya dan malah mencengkeram punggung tangan Audrey dan berkata, "Sudah capek, cepat istirahat." Begitu perkataan itu dilontarkan, Zayden pun langsung memejamkan matanya dan mengabaikan tatapan Audrey yang seakan-akan ingin membunuh orang.Dengan Dash yang berada di antara mereka, Zayden juga tentunya tidak bisa berbuat apa pun. Namun, dia masih bisa mendapat sedikit keuntungan dari Audrey. Audrey ingin menarik tangannya, tetapi Zayden mencengkeramnya dengan sangat kuat. Audrey juga takut akan membangunkan Dash jika pergerakannya terlalu besar.Audrey hanya bisa menarik napas dan berusaha menenangkan diri. Setelah itu, dia memejamkan mata dan berusaha tidur. Audrey juga merasa sangat lelah hari ini. Setelah kegusarannya berlalu, Audrey mulai merasa sangat lelah dan napasnya juga mulai menjadi tenang.Mendengar napas Audrey yang menjadi te
Mendengar nada bicara Emilia, Audrey merasakan kejanggalan. Dia langsung membuka ponsel dan mencari beritanya. Namun, begitu membuka aplikasi berita, muncul sebuah tajuk yang mengejutkan.[ Dokter dari luar negeri yang terkenal, Christian, menggunakan pasien dalam negeri sebagai bahan percobaan untuk obat yang tidak lulus uji klinis dari luar negeri. Sampai saat ini masih belum ada tanggapan dari orang yang bersangkutan. ]Audrey langsung membelalakkan matanya karena tidak tahu harus bagaimana merespons berita ini. Apakah Christian benar-benar melakukan percobaan pada pasien? Mana mungkin hal seperti ini bisa terjadi? Audrey telah mengenal Christian sangat lama, mana mungkin dia tidak tahu kepribadian Christian? Saat itu, Christian melepaskan kekayaan Keluarga Moore untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter. Mana mungkin Christian akan melakukan hal yang melanggar kode etik profesinya ini?Audrey melanjutkan membaca, di dalam berita tersebut dituliskan secara rinci bagaimana c
Kini Audrey yakin bahwa semua kejadian ini adalah sedang menargetkannya. Dash bisa tiba-tiba diculik orang dan disembunyikan di tong sampah rumah sakit. Christian difitnah menggunakan pasien sebagai uji coba obat terlarang, serta ibunya yang diancam dengan trik rendahan di luar negeri.Jelas sekali, ini bukan kejadian yang sederhana. Ada banyak sekali kejanggalan dalam semua masalah ini dan pelakunya pasti orang yang sama. Orang itu sengaja mencelakai orang-orang terdekat Audrey. Namun, apa tujuan orang itu sebenarnya?Audrey tidak bisa mengerti untuk saat ini. Namun, ini bukan saatnya memikirkan hal itu. "Mohon bantuan kalian untuk menjaga ibuku. Aku akan transfer sejumlah uang pada kalian nanti, tolong hubungi perusahaan jasa pengawal untuk melindungi keselamatan kalian. Aku akan berusaha menangani masalah ini secepatnya. Kalian juga jangan terlalu sering bepergian untuk saat ini, jaga diri kalian."Setelah menutup panggilan itu, Audrey langsung mentransfer sejumlah uang agar perawat
Melihat pesan ini, Audrey langsung waswas. Setelah memeriksa nomor telepon tersebut, ternyata ini adalah nomor asing yang tidak pernah dihubunginya sebelumnya. Apakah pelakunya tidak tahan lagi sehingga menghubungi Audrey langsung? Audrey menahan perasaannya yang gusar, lalu membalas pesan tersebut.[ Siapa kamu? Kenapa kamu mencariku? ][ Sepertinya kamu frustrasi sekali. Kalau mau tahu, kita cari tempat untuk duduk dan mengobrol saja. Tenang saja, aku nggak akan berbuat apa-apa padamu. ]Lawan bicara itu langsung membalas pesannya dengan cepat. Audrey hanya mengerutkan alisnya melihat pesan itu. Melihat orang ini ingin menemuinya semudah itu, Audrey merasa orang itu pasti telah menyusun rencana busuk. Oleh karena itu, Audrey tidak langsung membalas pesannya.[ Tentunya, kamu boleh saja nggak datang kalau nggak takut ibumu akan dapat "hadiah kecil" di luar negeri sana .... ]Melihat Audrey tidak membalasnya cukup lama, orang itu kembali mengirimkan pesan yang bernada ancaman. Audrey m
Orang di hadapannya ini, tak lain adalah Felya. Melihat kedatangan Audrey, ekspresi Felya sangat datar. Dia bahkan mengangkat cangkirnya dan menyeruput kopinya dengan elegan. Hanya saja, semua keanggunannya ini terlihat sangat munafik bagi Audrey."Ternyata semua ini ulahmu?" kata Audrey sambil berjalan mendekat. Saking marahnya, suara Audrey bergetar hebat."Nona Audrey, apa aku masih harus mengingatkanmu soal etika?" Felya meletakkan cangkirnya, lalu tersenyum tipis sambil berdiri. Dia menatap Audrey dari atas ke bawah dan berkata, "Bukankah sudah kuperingatkan untuk menjauhi Zayden sebelumnya dan jangan menyimpan niat apa pun pada anakku? Karena kamu nggak mau dengar, tentu saja aku harus memberimu sedikit pelajaran."Perkataan Felya terdengar seakan-akan semua ini memang kesalahan Aurey. Sikapnya ini membuat Audrey yang tadinya sudah cukup emosi, kini menjadi murka. "Kamu nggak takut kena karma ya berbuat hal seperti ini? Memangnya kamu nggak punya keluarga? Bagaimana perasaanmu ka
Audrey akhirnya mengalah. "Jadi, kamu ingin aku bagaimana baru kamu berhenti?"Melihat Audrey akhirnya menurunkan harga dirinya, Felya tersenyum bangga. "Mudah saja. Asalkan kamu ikut petunjukku membuat Zayden menyerah sepenuhnya dan pergi dari sini, aku juga tentu saja nggak akan mempersulit kalian lagi."Felya memberitahukan semua rencananya dan Audrey mendengar dengan tanpa ekspresi. Masalahnya sudah seperti ini, Audrey sudah tidak bisa menolak lagi. Meskipun tidak rela, dia juga hanya bisa melakukan apa yang dikatakan Felya untuk melindungi orang-orang terdekatnya.Hanya saja, meskipun Audrey sudah mempersiapkan dirinya, dia juga diam-diam mengepalkan tangannya dengan erat di bawah meja saat mendengarkan semua rencana Felya. Bisa dibilang, rencana Felya memang kejam, Zayden pasti akan sangat membenci Audrey jika dia melakukannya. Jika hal ini terjadi sebelumnya, Audrey mungkin akan merasa lebih baik melakukan itu agar tidak ada hubungan apa pun lagi di antara merek. Namun entah men
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis