Mendengar perkataan Zayden, Felya mengangkat tangannya dan menampar Zayden dengan keras. Zayden yang tidak sempat menghindarinya, terlihat jelas sebuah telapak tangan di wajah tampannya setelah ditampar. "Kamu benar-benar membuatku kecewa."Felya merasakan sakit di tangannya. Saat melihat wajah Zayden yang ditamparnya, hatinya juga ikut merasa sakit. Namun, hal yang membuatnya merasa lebih sakit adalah putranya rela memberikan bisnis keluarga hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun untuk orang lain demi seorang wanita. Putranya bahkan memberikan bisnis itu kepada orang-orang yang dia benci seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia tidak merasa kecewa?Setelah ditampar, Zayden juga tidak mengatakan apa pun dan ekspresi juga tetap sangat tenang. Dia tahu ibunya marah, tetapi dia tidak mau membohongi ibunya dan lebih tidak ingin membohongi hatinya sendiri. "Ibu, kalau kamu marah, lampiaskan saja padaku. Jangan ganggu dia."Felya akhirnya tidak mengatakan apa pun lagi dan meninggalkan kama
Mendengar perkataan itu, Dash menyipitkan matanya.[ Nggak usah menakutiku. Meskipun kamu ingin mengambil kembali uang itu, kamu juga nggak berdaya, 'kan? ]Dash tidak berani jamin untuk hal lain, tetapi dia sangat percaya diri dengan triknya.[ Kamu transfer ke akun seseorang yang bernomor 48648xxxxxxx dulu, lalu dari akunnya transfer kembali ke akunmu, 'kan? ]Melihat Dash tidak mau bekerja sama dengannya, Zayden hanya bisa mengeluarkan cara itu. Bagi orang biasa, memang sulit untuk menemukan uang yang telah ditransfer beberapa kali oleh peretas, tetapi itu bukan hal yang sulit baginya. Dengan keahliannya sendiri dan koneksi yang luas, dia sanggup melakukan apa yang tidak sanggup dilakukan oleh orang biasa.Ekspresi Dash terlihat terkejut saat mendengar semua informasi yang dikatakan Zayden ternyata semuanya benar. Bisa dibilang, Zayden bukannya tidak sanggup mengambil kembali uangnya, hanya tidak ingin melakukannya saja. Hal ini mengubah pandangannya kepada Zayden. Setelah ragu seje
"Aku tahu, Mama." Setelah mendapat persetujuan Audrey, Dash kembali ke kamarnya dengan gembira. Dia mengirimkan pesan kepada Zayden.[ Semuanya lancar, ingat janjimu. ]....Keesokan harinya, Audrey membawa Dash pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa suplemen, lalu mengemudikan mobil pergi ke rumah sakit. Saat hampir tiba di kamar Zayden, perusahaan meneleponnya. Dia berjalan sambil menerima telepon itu dan Dash perlahan-lahan berjalan mengikuti di belakangnya.Saat fokusnya teralih, Audrey tidak menyadari ada seorang lansia di depannya dan keduanya bertabrakan. Dia takut terjadi apa-apa dengan lansia itu dan terus meminta maaf. Namun, lansia itu pengertian dan tidak mempersulitnya. Dia baru merasa lega dan memapah lansia itu ke lift.Saat menoleh, Audrey baru menyadari Dash yang selalu mengikutinya sudah menghilang. Dia mengernyitkan alisnya. Tadi Dash masih mengikuti di belakangnya, kenapa dalam sekejap saja Dash sudah menghilang? Apakah Dash pergi ke kamar Zayden terlebi
Begitu mendengar anak yang hilang adalah anak Zayden, direktur rumah sakit itu pun tidak berani menunda-nunda lagi. Dia menyuruh satpam rumah sakit untuk segera membantu mencari.Sesudah memastikan ada yang mencari, Zayden membawa Audrey ke ruang pemantauan. Begitu tiba di sana, dia menginstruksi, "Cepat keluarkan rekaman kamera pengawas dari lift ke koridor bangsalku."Mendengar perintah Zayden, tidak ada yang berani membantahnya. Di bawah tatapan dingin pria ini, seluruh staf buru-buru mengeluarkan semua rekaman kamera pengawas yang ada.Audrey menatap layar dengan teliti. Setelah waktu yang cukup lama, dia baru menemukan sosok Dash. Dia sontak menahan napas karena takut melewatkan detail sekecil apa pun.Di dalam layar, terlihat Dash yang berjalan ke kamar Zayden dengan membawa barang. Akan tetapi, di belokan tangga, tiba-tiba muncul seorang pria berjas putih yang menutup mulut Dash dan menculiknya.Pria berjas putih itu tampak sangat familier dengan lingkungan di rumah sakit. Semua
Audrey berlari ke arah tong sampah itu dengan sempoyongan. Terlihat sepotong pakaian dari tong sampah itu, warnanya pun sama dengan jaket yang dipakai Dash hari ini. Dengan tangan yang bergetar, Audrey membuka tong sampah itu dan melihat Dash berbaring di dalamnya."Dash?" seru Audrey sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh tubuh putranya. Hanya saja, Dash sama sekali tidak membuka matanya.Audrey buru-buru memeriksa napas Dash. Ketika mendapati napasnya stabil, Audrey baru merasa lega. Untungnya, Dash hanya tertidur, bukan bertemu bahaya besar.Audrey mengulurkan tangan, lalu menggendong putranya dengan hati-hati. Dia hampir menangis lagi karena beban besar dalam hatinya akhirnya tersingkirkan.Zayden segera mendekat. Ketika melihat Audrey menggendong putranya dengan begitu erat, dia pun berkata, "Syukurlah."Tidak berselang lama, perasaan Audrey sudah menjadi lebih tenang. Saat ini, Zayden baru berkata lagi, "Dia tertidur lelap, seharusnya karena diberi obat. Kita suruh dokter peri
Audrey terus menjaga Dash, sedangkan Zayden menemaninya di samping. Hanya saja, Zayden tidak diam begitu saja, melainkan menyuruh orang menyelidiki hal ini. Mengapa pria ini tiba-tiba menculik Dash, bahkan membuatnya pingsan dan memasukkannya ke tong sampah? Semua tindakan ini benar-benar aneh.Zayden menghubungi Caleb untuk bertanya, "Gimana? Apa kalian melihat orang yang mencurigakan?""Tuan, masih belum untuk sekarang," jawab Caleb yang berada di luar sambil mengamati orang-orang yang keluar masuk rumah sakit.Karena tidak ingin membesar-besarkan masalah dan menimbulkan kecurigaan tersangka, mereka pun diam-diam mengutus orang untuk mengawasi dari mobil. Sayangnya, setelah menunggu begitu lama, tidak terlihat siapa pun yang mencurigakan."Segera kabari aku kalau ada kabar terbaru," pesan Zayden tanpa mengatakan apa pun lagi. Lagi pula, mereka tidak melihat wajah pria itu dan hanya mengetahui dia memiliki tubuh kekar.Selain itu, dilihat dari tingkah pria itu, dia pasti akan menyamar
Audrey memeluk putranya dengan kuat, seolah-olah menemukan kembali harta karun yang hilang. Tuhan tahu betapa khawatirnya dia selama beberapa jam ini karena Dash belum siuman. Bisa dibilang, dia baru melewati hari yang paling panjang.Sesudah memeluk Dash cukup lama, Audrey akhirnya tersadar dari keterkejutannya. Dia melepaskan pelukannya, lalu menatap Dash dengan sungguh-sungguh sambil bertanya, "Dash, gimana? Mana yang sakit?"Dash juga berangsur mendapatkan kesadarannya kembali. Dia mengejapkan matanya sambil menatap Audrey yang cemas dan matanya merah. Jelas, ibunya baru selesai menangis.Dash merasa sangat sedih melihatnya. Jadi, meskipun merasa agak pusing dan mual, dia menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja, Mama."Audrey merasa lega mendengarnya. Hanya saja, air matanya tetap berlinang saat berucap, "Baguslah, bagus kalau kamu baik-baik saja. Dash, Mama sudah salah karena menyuruhmu pergi sendirian. Kamu nggak takut, 'kan?"Dash mengulurkan tangan untuk menyeka air mata A
Audrey jarang menolak permintaan Dash selama itu memang masuk akal. Apalagi, putranya terluka dan menatapnya dengan sorot mata menyedihkan seperti ini. Hati Audrey langsung melunak. Dia pun menyahut, "Ya, ya, Mama akan menemanimu untuk beberapa hari."Dash mengangguk, membenamkan kepalanya ke pelukan Audrey. Tangan kecilnya terus menggenggam pakaian Audrey tanpa berniat melepaskannya.Meskipun tampak tenang, harus diakui bahwa Dash cukup syok kali ini. Dia telah mempelajari banyak teknik bela diri dari pensiunan tentara khusus, bahkan mengira bisa melindungi diri sendiri saat dalam bahaya. Namun, kejadian kali ini membuatnya sadar bahwa dirinya masih terlalu lemah.Sorot mata Zayden tampak suram saat melihat keduanya berpelukan seperti ini. Jelas, kejadian kali ini sudah membuat mereka takut. Dia harus segera mencari cara untuk mengatasinya.Namun, Zayden tidak mungkin bisa menemukan petunjuk dalam waktu sesingkat ini. Setahunya, yang paling membenci Audrey tidak lain adalah anggota Ke