"Aku tahu, Mama." Setelah mendapat persetujuan Audrey, Dash kembali ke kamarnya dengan gembira. Dia mengirimkan pesan kepada Zayden.[ Semuanya lancar, ingat janjimu. ]....Keesokan harinya, Audrey membawa Dash pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa suplemen, lalu mengemudikan mobil pergi ke rumah sakit. Saat hampir tiba di kamar Zayden, perusahaan meneleponnya. Dia berjalan sambil menerima telepon itu dan Dash perlahan-lahan berjalan mengikuti di belakangnya.Saat fokusnya teralih, Audrey tidak menyadari ada seorang lansia di depannya dan keduanya bertabrakan. Dia takut terjadi apa-apa dengan lansia itu dan terus meminta maaf. Namun, lansia itu pengertian dan tidak mempersulitnya. Dia baru merasa lega dan memapah lansia itu ke lift.Saat menoleh, Audrey baru menyadari Dash yang selalu mengikutinya sudah menghilang. Dia mengernyitkan alisnya. Tadi Dash masih mengikuti di belakangnya, kenapa dalam sekejap saja Dash sudah menghilang? Apakah Dash pergi ke kamar Zayden terlebi
Begitu mendengar anak yang hilang adalah anak Zayden, direktur rumah sakit itu pun tidak berani menunda-nunda lagi. Dia menyuruh satpam rumah sakit untuk segera membantu mencari.Sesudah memastikan ada yang mencari, Zayden membawa Audrey ke ruang pemantauan. Begitu tiba di sana, dia menginstruksi, "Cepat keluarkan rekaman kamera pengawas dari lift ke koridor bangsalku."Mendengar perintah Zayden, tidak ada yang berani membantahnya. Di bawah tatapan dingin pria ini, seluruh staf buru-buru mengeluarkan semua rekaman kamera pengawas yang ada.Audrey menatap layar dengan teliti. Setelah waktu yang cukup lama, dia baru menemukan sosok Dash. Dia sontak menahan napas karena takut melewatkan detail sekecil apa pun.Di dalam layar, terlihat Dash yang berjalan ke kamar Zayden dengan membawa barang. Akan tetapi, di belokan tangga, tiba-tiba muncul seorang pria berjas putih yang menutup mulut Dash dan menculiknya.Pria berjas putih itu tampak sangat familier dengan lingkungan di rumah sakit. Semua
Audrey berlari ke arah tong sampah itu dengan sempoyongan. Terlihat sepotong pakaian dari tong sampah itu, warnanya pun sama dengan jaket yang dipakai Dash hari ini. Dengan tangan yang bergetar, Audrey membuka tong sampah itu dan melihat Dash berbaring di dalamnya."Dash?" seru Audrey sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh tubuh putranya. Hanya saja, Dash sama sekali tidak membuka matanya.Audrey buru-buru memeriksa napas Dash. Ketika mendapati napasnya stabil, Audrey baru merasa lega. Untungnya, Dash hanya tertidur, bukan bertemu bahaya besar.Audrey mengulurkan tangan, lalu menggendong putranya dengan hati-hati. Dia hampir menangis lagi karena beban besar dalam hatinya akhirnya tersingkirkan.Zayden segera mendekat. Ketika melihat Audrey menggendong putranya dengan begitu erat, dia pun berkata, "Syukurlah."Tidak berselang lama, perasaan Audrey sudah menjadi lebih tenang. Saat ini, Zayden baru berkata lagi, "Dia tertidur lelap, seharusnya karena diberi obat. Kita suruh dokter peri
Audrey terus menjaga Dash, sedangkan Zayden menemaninya di samping. Hanya saja, Zayden tidak diam begitu saja, melainkan menyuruh orang menyelidiki hal ini. Mengapa pria ini tiba-tiba menculik Dash, bahkan membuatnya pingsan dan memasukkannya ke tong sampah? Semua tindakan ini benar-benar aneh.Zayden menghubungi Caleb untuk bertanya, "Gimana? Apa kalian melihat orang yang mencurigakan?""Tuan, masih belum untuk sekarang," jawab Caleb yang berada di luar sambil mengamati orang-orang yang keluar masuk rumah sakit.Karena tidak ingin membesar-besarkan masalah dan menimbulkan kecurigaan tersangka, mereka pun diam-diam mengutus orang untuk mengawasi dari mobil. Sayangnya, setelah menunggu begitu lama, tidak terlihat siapa pun yang mencurigakan."Segera kabari aku kalau ada kabar terbaru," pesan Zayden tanpa mengatakan apa pun lagi. Lagi pula, mereka tidak melihat wajah pria itu dan hanya mengetahui dia memiliki tubuh kekar.Selain itu, dilihat dari tingkah pria itu, dia pasti akan menyamar
Audrey memeluk putranya dengan kuat, seolah-olah menemukan kembali harta karun yang hilang. Tuhan tahu betapa khawatirnya dia selama beberapa jam ini karena Dash belum siuman. Bisa dibilang, dia baru melewati hari yang paling panjang.Sesudah memeluk Dash cukup lama, Audrey akhirnya tersadar dari keterkejutannya. Dia melepaskan pelukannya, lalu menatap Dash dengan sungguh-sungguh sambil bertanya, "Dash, gimana? Mana yang sakit?"Dash juga berangsur mendapatkan kesadarannya kembali. Dia mengejapkan matanya sambil menatap Audrey yang cemas dan matanya merah. Jelas, ibunya baru selesai menangis.Dash merasa sangat sedih melihatnya. Jadi, meskipun merasa agak pusing dan mual, dia menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja, Mama."Audrey merasa lega mendengarnya. Hanya saja, air matanya tetap berlinang saat berucap, "Baguslah, bagus kalau kamu baik-baik saja. Dash, Mama sudah salah karena menyuruhmu pergi sendirian. Kamu nggak takut, 'kan?"Dash mengulurkan tangan untuk menyeka air mata A
Audrey jarang menolak permintaan Dash selama itu memang masuk akal. Apalagi, putranya terluka dan menatapnya dengan sorot mata menyedihkan seperti ini. Hati Audrey langsung melunak. Dia pun menyahut, "Ya, ya, Mama akan menemanimu untuk beberapa hari."Dash mengangguk, membenamkan kepalanya ke pelukan Audrey. Tangan kecilnya terus menggenggam pakaian Audrey tanpa berniat melepaskannya.Meskipun tampak tenang, harus diakui bahwa Dash cukup syok kali ini. Dia telah mempelajari banyak teknik bela diri dari pensiunan tentara khusus, bahkan mengira bisa melindungi diri sendiri saat dalam bahaya. Namun, kejadian kali ini membuatnya sadar bahwa dirinya masih terlalu lemah.Sorot mata Zayden tampak suram saat melihat keduanya berpelukan seperti ini. Jelas, kejadian kali ini sudah membuat mereka takut. Dia harus segera mencari cara untuk mengatasinya.Namun, Zayden tidak mungkin bisa menemukan petunjuk dalam waktu sesingkat ini. Setahunya, yang paling membenci Audrey tidak lain adalah anggota Ke
Setelah menunggu sesaat, Caleb akhirnya datang untuk mengantarkan makanan. Selain itu, dia juga menyerahkan sesuatu kepada Zayden dengan hormat. "Tuan, ini barang yang kamu minta tadi. Aku sekalian membawanya."Zayden mengangguk, lalu membawa masuk semuanya. Seketika, aroma makanan yang wangi merebak ke seluruh ruangan.Audrey menghampiri, membantu meletakkan makanan di meja. Begitu melihat, dia mendapati bahwa semua itu adalah makanan favoritnya dan Dash. Audrey termangu melihatnya. Seingatnya, dia tidak pernah memberi tahu Zayden tentang hal ini."Aku sudah mengingat semuanya saat bertemu kalian di restoran," ucap Zayden yang bisa mengetahui kebingungan Audrey. Itu sebabnya, dia langsung mengungkapkannya.Audrey menunduk menatap makanan yang masih mengepul asap panas. Bukan hanya sesuai dengan selera mereka, tetapi makanan ini juga ringan untuk pasien. Pria ini ... cukup pengertian juga.Untuk sesaat, Audrey tergerak karena perlakuan Zayden. Namun, dia buru-buru menyembunyikan raut w
Mendengar ini, Dash segera menarik tangannya kembali. Dia menekan tombol itu lagi dengan hati-hati untuk menyimpan bilahnya, lalu mengamatinya dengan penuh minat.Barang ini bisa digunakan untuk perlindungan diri. Kalau ada yang tiba-tiba mendekatinya lagi, dia akan langsung menusuk orang itu dengan barang ini. Dengan begitu, tidak akan ada yang berani mengincar dirinya lagi.Begitu memikirkan adegan keren itu, kekesalan dalam hati Dash langsung mereda banyak. Sementara itu, Zayden yang melihat anak ini begitu gembira pun merasa usahanya tidak sia-sia. Zadyen bertanya, "Gimana? Suka tidak?"Dash masih terus mengamati gelang itu. Sesudah mendengar pertanyaan ini, dia baru meletakkannya dengan tidak rela. Kemudian, dia mengangguk dan menjawab tanpa rasa ragu sedikit pun, "Ya, suka."Dash diam sesaat, lalu bertanya, "Tapi, apa gelang ini untukku? Atau kamu ingin membuat kesepakatan denganku?"Sebelumnya, Zayden dan Dash selalu mengutamakan keuntungan masing-masing. Itu sebabnya, Dash meng
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis