Lantaran ada orang yang sedang melihatnya, Audrey tidak berani berbicara terlalu terang-terangan. Dia hanya bisa menggunakan cara seperti ini untuk diam-diam memberi tahu Timothy bahwa dia sedang dalam kondisi dikurung. Meskipun begitu, Timothy adalah orang yang pintar sehingga langsung memahami maksud dari ucapannya. Timothy pun berkata, "Baiklah, bisa berpikiran terbuka adalah hal yang bagus. Serahkan hal ini padaku, aku akan mengurusnya."Seusai berbicara, Timothy langsung memutuskan panggilannya. Audrey juga mengembalikan ponsel itu kepada pelayan tersebut dan menyuruhnya untuk keluar. Di kamar yang begitu besar, hanya tersisa Audrey sendirian. Saat teringat dengan janji Timothy barusan, hatinya yang awalnya merasa gelisah dan cemas menjadi jauh lebih tenang.Zayden memang tidak langsung memintanya untuk melakukan aborsi, tetapi gelagatnya menunjukkan bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Sementara itu, Audrey hanya bisa pasrah dan tidak punya kemungkinan untuk bisa berjuan
Zayden tentu mendengar nada bahagia dalam ucapan Audrey. Dia menyipitkan matanya, lalu mendadak mengulurkan tangan dan merangkul pinggang Audrey. Audrey yang tidak tahan dengan rasa geli hampir saja melompat dari tubuh Zayden begitu disentuh oleh Zayden secara tiba-tiba. "A … apa yang kamu lakukan?" seru Audrey dengan wajah yang memerah. Pria ini tiba-tiba menyentuh bagian sensitifnya sehingga membuatnya hampir terjatuh."Aku takut sakit, jadi tidak tahan untuk meraih sesuatu. Tahanlah sedikit," kata Zayden dengan serius.Audrey sontak merasa kesal. Saat berkelahi dengan Christian, dia tidak melihat Zayden seperti takut untuk terluka. Zayden jelas-jelas sedang mempermainkannya. Dalam sekejap, Audrey tidak berniat membalaskan dendam kepada Zayden lagi. Dia bergegas menurunkan kapas alkohol di tangannya sambil berkata, "Aku sudah selesai, nggak akan sakit lagi. Jadi, lepaskan tanganmu."Saat melihat wajah Audrey yang menjadi sangat memerah, suasana hati Zayden menjadi jauh lebih baik da
Zayden menelan air liurnya tanpa sadar dan tatapannya menjadi semakin dalam."Kamu kenapa lagi?" Saat melihat Zayden tiba-tiba menjadi tegang, Audrey mengira dia tidak sengaja membuat Zayden merasa kesakitan lagi. Tepat saat Audrey menunduk dan hendak bertanya, dia sontak bertatapan dengan kedua mata hitam Zayden yang sedang membara. Sebelum Audrey sempat bereaksi, tangan Zayden sudah lebih dulu merangkul pinggang Audrey dan bibirnya yang indah langsung menekan bibir Audrey.Audrey sontak terkejut dan hendak mendorong Zayden, tetapi tangannya dipenuhi oleh obat salep yang dipencet olehnya tadi. Disamping itu, dia juga takut tindakannya akan menyentuh luka Zayden dan dia akan disalahkan nantinya. Oleh sebab itu, Audrey hanya bisa sedikit membuka bibirnya dan membiarkan Zayden melakukannya.Pikiran Audrey berubah menjadi sangat kacau karena ciuman yang datang dengan begitu tiba-tiba ini. Namun, Zayden sama sekali tidak memberikannya waktu untuk berpikir dan terus menciumnya dengan sangat
Mata Audrey berlinang air mata."Kenapa kamu nggak bisa percaya padaku sekali saja?" gumam Audrey dengan suara yang sangat pelan.…Keesokan paginya, Zayden membuka matanya dan melihat Audrey yang berbaring di sampingnya masih tertidur. Dia mendadak merasa sangat puas dan langsung membuka selimut. Tepat saat dia hendak melakukan sesuatu, Zayden melihat Audrey tertidur dengan gaya yang menyentuh perutnya dengan salah satu tangan. Itu adalah gaya yang melindungi perutnya secara menyeluruh. Melihat hal itu, Zayden seketika merasa jengkel.Zayden berpikir bahwa dia memang harus segera menyingkirkan anak haram yang ada di dalam kandungan Audrey. Jika sampai membiarkannya semakin besar, itu mungkin hanya akan membuat Audrey semakin tidak rela.Saat sedang memikirkan hal itu, telepon Zayden berdering. Itu adalah panggilan dari perusahaan. Kemudian, Zayden melirik Audrey yang mengernyitkan alisnya karena terganggu oleh nada dering ponselnya untuk sesaat, lalu pergi keluar untuk mengangkat tele
Namun, semua itu hanya muncul untuk sesaat dan Audrey segera kembali sadar. Kemudian, dia pun menandatangani surat perjanjian itu tanpa ragu. Awalnya, Timothy khawatir Audrey mungkin akan mempersulitnya, tetapi melihat sikapnya yang begitu lugas, perasaan bersalah dalam hati Timothy menjadi semakin dalam.Timothy lalu mengeluarkan sebuah kartu kepada Audrey dan berkata, "Audrey, aku sudah mengatur segala urusan dengan media. Mereka nggak akan asal bicara lagi, tapi hidupmu mungkin tetap akan sedikit terpengaruh. Di sini ada sejumlah uang, kamu bisa menggunakannya untuk hidup di tempat lain atau ke luar negeri. Anggap saja ini adalah kompensasi dariku."Timothy sudah merencanakan semuanya dengan baik. Bagaimanapun juga, Audrey telah bercerai dan kejadian itu telah terjadi. Hal itu pasti akan menciptakan dampak yang buruk kepada reputasinya. Oleh sebab itu, Timothy berniat untuk memberikan kompensasi yang cukup kepada Audrey.Saat melihat perasaan bersalah di sorot mata Timothy, Audrey t
Audrey pun merasa lega saat mengetahui bahwa ibunya tidak terganggu oleh masalah yang kacau itu. Namun, begitu mendengar bahwa ibunya dijaga oleh Christian, perasaannya perlahan menjadi memberat. Dari awal, ibunya sudah mengakui Christian sebagai menantunya. Lantaran takut akan memengaruhi perasaan ibunya, Audrey terus menutupi dan tidak memberi tahu ibunya masalah dia sudah berpisah dengan Christian. Sekarang, Audrey khawatir apakah ibunya akan merasa sedih jika tiba-tiba mengetahui hal ini.Audrey berpikir bahwa bukan waktunya untuk memikirkan semua itu saat ini. Dia pun berkata, "Emilia, aku meneleponmu kali ini karena mau memberitahumu, aku berencana untuk tinggal di kota lain bersama ibu."Saat mendengarnya, Emilia sontak terkejut. Namun, dia juga bisa memahami hal itu setelah memikirkannya kembali. Bagaimanapun juga, Audrey mengalami masalah sebesar itu dan kedua anggota dari Keluarga Moore juga terus memberikan masalah untuknya. Jika Audrey tetap tinggal di sini, itu mungkin ak
Saat mendengar bahwa Michael yang membawa pergi ibunya, raut wajah Audrey berubah menjadi semakin pucat. Michael dan ibunya sudah bercerai selama bertahun-tahun, bahkan Michael juga tidak pernah peduli dengan kondisi penyakit ibunya. Sekarang, Michael malah membawa pergi ibunya. Dia pasti memiliki niat buruk!"Baiklah, terima kasih," sahut Audrey.Audrey tahu bahwa tidak ada gunanya jika dia terus bertengkar dengan dokter di sana. Setelah berterima kasih, Audrey meninggalkan rumah sakit dengan cepat. Dia pun berjalan sambil bergegas menelepon nomor Michael. Akan tetapi, Michael sama sekali tidak mengangkat panggilannya sehingga membuat Audrey menjadi semakin gelisah. Dia lalu menarik napas dalam-dalam untuk memaksa dirinya tenang dan mengalihkan panggilannya kepada Yasmin.Panggilan itu diangkat setelah tersambung untuk sesaat. Kemudian, Audrey menahan amarah dalam hatinya dan berkata, "Yasmin, ke mana kalian membawa ibuku?"Saat mendengar suara Audrey yang panik bercampur emosi, Yasmi
Menjijikkan?Saat melihat ekspresi menyindir di sorot mata Michael, Audrey pun melepaskan tangannya dan mendorong Yasmin. Kemudian, dia menjawab, "Kalau merasa jijik padaku, suruh putri kesayanganmu ini untuk jangan melakukan trik-trik rendahan seperti ini."Setelah itu, Audrey pun mencibir dan kembali berkata, "Tapi, mungkin ini yang namanya buah jatuh nggak jauh dari pohonnya."Seorang ayah yang tidak tahu balas budi dan hanya tahu mempermainkan wanita tentu bisa memiliki putri yang tidak tahu malu seperti Yasmin. Saat mendengar perkataan Audrey, Michael menyipitkan matanya dan berkata, "Audrey, kamu tetap nggak punya sopan santun. Tapi, sekarang Keluarga Moore sudah kacau karena dirimu, kamu sudah nggak pantas melawanku lagi."Audrey mengepalkan tangannya dan menyahut, "Aku nggak tertarik untuk omong kosong denganmu sekarang. Aku tanya satu hal padamu, di mana ibuku sekarang? Kalau aku nggak salah ingat, kalian sudah bercerai selama bertahun-tahun. Kamu seharusnya nggak berhak mengg