Namun, Audrey juga tidak menunjukkan perasaan yang menolak. Dia tahu bahwa apa pun yang dia katakan sekarang, itu hanya akan membuat pria di hadapannya ini semakin emosi."Aku mandi dulu," kata Audrey saat mencium pakaian di tubuhnya.Saat berada di mobil tadi, pakaiannya terkena bau asap rokok yang sangat kuat. Ini adalah hal yang sangat menyiksa bagi Audrey saat ini. Melihat Zayden hanya diam saja, Audrey pun menganggap bahwa dia telah menyetujuinya. Audrey lalu masuk ke kamar mandi, membuka keran air agar air hangat membasahi tubuhnya.Pada saat ini, Audrey tidak bisa menahan dirinya untuk berjongkok, lalu memeluk kedua kakinya sambil menangis. Setelah berlalu untuk waktu yang lama, Audrey pun keluar dari kamar mandi setelah merasa lega karena telah melepaskan sedikit tekanan dalam hatinya. Ketika keluar, dia melihat Zayden sedang duduk di sofa dan ada makanan yang baru saja disiapkan oleh pelayan di hadapannya.Zayden pun berkata, "Ayo makan."Audrey mengiakan dan mendekatinya sete
Zayden langsung mengemudi mobilnya dan pergi ke sebuah sasana tinju. Setibanya di sana, Zayden melihat Kenny juga sudah tiba. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Zayden masuk untuk mengganti pakaiannya dan mengenakan sarung tangan. Setelah Kenny selesai mengganti pakaian, mereka pun masuk ke ring tinju. Saat ini, Kenny baru menyadari ada beberapa bekas luka di dahi Zayden.Kenny pun mengangkat alisnya sambil berkata, "Ada apa denganmu? Kamu mau bermain dalam keadaan cedera? Jangan-jangan nanti kamu akan memerasku dengan mengatakan aku yang memukulmu?""Memangnya kamu punya kemampuan itu?" ucap Zayden sambil mencibir. Dia sama sekali tidak menggubris provokasi dari Kenny, lalu langsung meluncurkan pukulannya dengan cepat dan tepat."Sialan! Kamu malah menyerang diam-diam, dasar licik!" seru Kenny.Reaksi Kenny juga relatif cepat sehingga berhasil menghindari beberapa pukulan Zayden. Saat melihat ekspresi Zayden dan mengetahui bahwa dia bermain dengan serius, Kenny juga tidak berani lala
Wanita itu hendak mengulurkan tangannya, tetapi Zayden langsung menepisnya dan berkata, "Nona, jaga sikapmu."Zayden mendorong wanita yang menempel di tubuhnya dengan sangat tegas. Ketika mencium aroma parfum yang sangat kuat dari wanita itu menempel di tubuhnya, Zayden sontak mengernyitkan alisnya.Wanita ini memiliki tampang dan postur tubuh yang sangat baik. Dia sama sekali tidak pernah ditolak oleh pria mana pun. Saat dia merasa tidak terima dan hendak melakukan sesuatu, dia langsung bertatapan dengan mata Zayden yang dingin. Tatapan itu seolah-olah sedang memperingati wanita itu jika berani mendekatinya lagi, dia pasti akan mati.Wanita itu sontak ketakutan, lalu bergegas balik dan pergi. Sambil berjalan, dia pun mengumpat dalam hatinya karena telah bertemu dengan pria yang tidak mengerti untuk bersikap baik kepada wanita. Saat melihat adegan itu, Kenny pun tersenyum dengan canggung."Kamu cukup senang menonton pertunjukannya, ya?" kata Zayden dengan suara dingin.Kenny menyentuh
Lantaran ada orang yang sedang melihatnya, Audrey tidak berani berbicara terlalu terang-terangan. Dia hanya bisa menggunakan cara seperti ini untuk diam-diam memberi tahu Timothy bahwa dia sedang dalam kondisi dikurung. Meskipun begitu, Timothy adalah orang yang pintar sehingga langsung memahami maksud dari ucapannya. Timothy pun berkata, "Baiklah, bisa berpikiran terbuka adalah hal yang bagus. Serahkan hal ini padaku, aku akan mengurusnya."Seusai berbicara, Timothy langsung memutuskan panggilannya. Audrey juga mengembalikan ponsel itu kepada pelayan tersebut dan menyuruhnya untuk keluar. Di kamar yang begitu besar, hanya tersisa Audrey sendirian. Saat teringat dengan janji Timothy barusan, hatinya yang awalnya merasa gelisah dan cemas menjadi jauh lebih tenang.Zayden memang tidak langsung memintanya untuk melakukan aborsi, tetapi gelagatnya menunjukkan bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Sementara itu, Audrey hanya bisa pasrah dan tidak punya kemungkinan untuk bisa berjuan
Zayden tentu mendengar nada bahagia dalam ucapan Audrey. Dia menyipitkan matanya, lalu mendadak mengulurkan tangan dan merangkul pinggang Audrey. Audrey yang tidak tahan dengan rasa geli hampir saja melompat dari tubuh Zayden begitu disentuh oleh Zayden secara tiba-tiba. "A … apa yang kamu lakukan?" seru Audrey dengan wajah yang memerah. Pria ini tiba-tiba menyentuh bagian sensitifnya sehingga membuatnya hampir terjatuh."Aku takut sakit, jadi tidak tahan untuk meraih sesuatu. Tahanlah sedikit," kata Zayden dengan serius.Audrey sontak merasa kesal. Saat berkelahi dengan Christian, dia tidak melihat Zayden seperti takut untuk terluka. Zayden jelas-jelas sedang mempermainkannya. Dalam sekejap, Audrey tidak berniat membalaskan dendam kepada Zayden lagi. Dia bergegas menurunkan kapas alkohol di tangannya sambil berkata, "Aku sudah selesai, nggak akan sakit lagi. Jadi, lepaskan tanganmu."Saat melihat wajah Audrey yang menjadi sangat memerah, suasana hati Zayden menjadi jauh lebih baik da
Zayden menelan air liurnya tanpa sadar dan tatapannya menjadi semakin dalam."Kamu kenapa lagi?" Saat melihat Zayden tiba-tiba menjadi tegang, Audrey mengira dia tidak sengaja membuat Zayden merasa kesakitan lagi. Tepat saat Audrey menunduk dan hendak bertanya, dia sontak bertatapan dengan kedua mata hitam Zayden yang sedang membara. Sebelum Audrey sempat bereaksi, tangan Zayden sudah lebih dulu merangkul pinggang Audrey dan bibirnya yang indah langsung menekan bibir Audrey.Audrey sontak terkejut dan hendak mendorong Zayden, tetapi tangannya dipenuhi oleh obat salep yang dipencet olehnya tadi. Disamping itu, dia juga takut tindakannya akan menyentuh luka Zayden dan dia akan disalahkan nantinya. Oleh sebab itu, Audrey hanya bisa sedikit membuka bibirnya dan membiarkan Zayden melakukannya.Pikiran Audrey berubah menjadi sangat kacau karena ciuman yang datang dengan begitu tiba-tiba ini. Namun, Zayden sama sekali tidak memberikannya waktu untuk berpikir dan terus menciumnya dengan sangat
Mata Audrey berlinang air mata."Kenapa kamu nggak bisa percaya padaku sekali saja?" gumam Audrey dengan suara yang sangat pelan.…Keesokan paginya, Zayden membuka matanya dan melihat Audrey yang berbaring di sampingnya masih tertidur. Dia mendadak merasa sangat puas dan langsung membuka selimut. Tepat saat dia hendak melakukan sesuatu, Zayden melihat Audrey tertidur dengan gaya yang menyentuh perutnya dengan salah satu tangan. Itu adalah gaya yang melindungi perutnya secara menyeluruh. Melihat hal itu, Zayden seketika merasa jengkel.Zayden berpikir bahwa dia memang harus segera menyingkirkan anak haram yang ada di dalam kandungan Audrey. Jika sampai membiarkannya semakin besar, itu mungkin hanya akan membuat Audrey semakin tidak rela.Saat sedang memikirkan hal itu, telepon Zayden berdering. Itu adalah panggilan dari perusahaan. Kemudian, Zayden melirik Audrey yang mengernyitkan alisnya karena terganggu oleh nada dering ponselnya untuk sesaat, lalu pergi keluar untuk mengangkat tele
Namun, semua itu hanya muncul untuk sesaat dan Audrey segera kembali sadar. Kemudian, dia pun menandatangani surat perjanjian itu tanpa ragu. Awalnya, Timothy khawatir Audrey mungkin akan mempersulitnya, tetapi melihat sikapnya yang begitu lugas, perasaan bersalah dalam hati Timothy menjadi semakin dalam.Timothy lalu mengeluarkan sebuah kartu kepada Audrey dan berkata, "Audrey, aku sudah mengatur segala urusan dengan media. Mereka nggak akan asal bicara lagi, tapi hidupmu mungkin tetap akan sedikit terpengaruh. Di sini ada sejumlah uang, kamu bisa menggunakannya untuk hidup di tempat lain atau ke luar negeri. Anggap saja ini adalah kompensasi dariku."Timothy sudah merencanakan semuanya dengan baik. Bagaimanapun juga, Audrey telah bercerai dan kejadian itu telah terjadi. Hal itu pasti akan menciptakan dampak yang buruk kepada reputasinya. Oleh sebab itu, Timothy berniat untuk memberikan kompensasi yang cukup kepada Audrey.Saat melihat perasaan bersalah di sorot mata Timothy, Audrey t
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis