"Apa yang terjadi?" Suara Zayden yang berat terdengar dan membawa tekanan yang besar.Dalam sekejap, Audrey langsung kembali tersadar dari lamunannya dan seketika melihat Zayden yang berdiri di sampingnya. Entah mengapa, hal itu membuat hati Audrey sedikit bergetar. Dia sontak berpikir, apa mungkin Zayden sudah salah paham?"Christian pingsan, aku membawanya kemari untuk melakukan pemeriksaan. Itu saja," sahut Audrey setelah diam untuk waktu yang lama.Seusai berbicara, ekspresi wajah Audrey tampak sedikit tidak berdaya. Memangnya setelah dia mengatakannya, Zayden akan percaya padanya?"Bukan itu yang aku tanya," sahut Zayden dengan mata yang meredup. Lalu, dia melangkah maju, menekan dagu Audrey, dan menatap wajahnya yang membengkak."Siapa yang pukul?" Sorot mata Zayden yang mengerikan langsung beralih kepada Vivi yang berdiri di samping.Vivi yang berdiri di samping pun seketika bergidik. Namun, begitu teringat putranya sedang menerima pengobatan di dalam, Vivi berusaha memberanika
Vivi merasakan sebuah tekanan yang sangat besar, bahkan pakaian di tubuhnya juga sudah dibasahi oleh keringat. Pada saat itu, Timothy yang pergi beristirahat karena tekanan darah tinggi yang naik tadi berjalan keluar begitu mendengar Christian telah keluar. Saat Timothy datang, dia langsung melihat suasana yang mencekam antara Zachary dan keluarganya dengan Zayden.Timothy pun menghela napas dan bertanya, "Apa yang sedang kalian lakukan lagi?"Saat melihat Timothy datang, Vivi seolah-olah telah mendapat seorang penyelamat. Dia pun bergegas berlari ke arah Timothy dan berkata, "Ayah, Christian sudah dipukuli oleh Zayden sampai menderita gegar otak ringan, tapi dia bukannya nggak minta maaf, malah masih mempermasalahkan aku menampar Audrey. Kamu harus menegakkan keadilan untuk kami."Begitu mendengar perkataan ini, Timothy merasa terkejut dalam hatinya dan langsung melihat ke arah Zayden, "Ikut denganku."Zayden pun mengikuti Timothy pergi ke kamar Christian dengan tidak berekspresi. Kem
Audrey merasa tersedak karena asap, lalu matanya memerah dan tiba-tiba merasa perih serta nyeri. Kemudian, dia menatap Zayden dengan kaget. Perkataan Zayden yang tampaknya tidak disengaja itu malah membuat hatinya terasa sakit. Pada akhirnya, pria ini tetap tidak mau memercayainya. Akan tetapi, Audrey sama sekali tidak mengerti alasannya. Padahal Audrey pernah mengatakan entah itu tes DNA atau apa pun itu, dia bersedia bekerja sama untuk membuktikan bahwa ayah dari anak ini adalah Zayden. Apa pria ini tidak bisa percaya padanya sekali saja?"Aku sudah bilang, ayah dari anak ini adalah kamu," seru Audrey dengan suara yang jelas. Dia bisa mengalah untuk hal apa pun, tetapi tidak untuk hal ini. Jika Zayden tidak percaya dengannya, Zayden pasti akan mencari kesempatan untuk menggugurkan anaknya."Audrey, aku sudah pergi ke rumah sakit tempat ibumu dirawat. Coba tebak, apa yang sudah aku lihat?" tanya Zayden sambil tersenyum dengan sangat dingin.Kemudian, Zayden kembali menimpali, "Aku me
Saat melihat ketegasan di mata Zayden, Audrey mengepalkan tangannya dan berkata, "Kalau memang begitu, aku juga terus terang saja. Aku bisa nggak menginginkan posisi Nyonya Moore atau apa pun itu, tapi aku nggak akan menggugurkan anak ini."Awalnya, Audrey memang menolak anak ini, tetapi sekarang dia sudah memiliki perasaan kepadanya. Ditambah lagi, selama anak ini hidup, Audrey bisa menggunakan tes DNA untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Oleh sebab itu, dia tidak akan membiarkan siapa pun melukai anaknya apa pun yang terjadi."Audrey, kamu jangan tidak tahu diri. Sejak kamu menikah denganku, kamu tidak punya hak bernegosiasi denganku!" sahut Zayden dengan ketus.Raut wajah Audrey menjadi pucat, lalu dia menarik lengan pakaian Zayden sambil memohon, "Tuan Zayden, aku mohon padamu. Kamu bisa melakukan tes DNA setelah dia lahir nanti."Zayden melirik Audrey dengan ekspresi datar dan berkata, "Apa kamu kira aku akan terus memberimu kesempatan untuk menunda waktu dan membiarkan
Namun, Audrey juga tidak menunjukkan perasaan yang menolak. Dia tahu bahwa apa pun yang dia katakan sekarang, itu hanya akan membuat pria di hadapannya ini semakin emosi."Aku mandi dulu," kata Audrey saat mencium pakaian di tubuhnya.Saat berada di mobil tadi, pakaiannya terkena bau asap rokok yang sangat kuat. Ini adalah hal yang sangat menyiksa bagi Audrey saat ini. Melihat Zayden hanya diam saja, Audrey pun menganggap bahwa dia telah menyetujuinya. Audrey lalu masuk ke kamar mandi, membuka keran air agar air hangat membasahi tubuhnya.Pada saat ini, Audrey tidak bisa menahan dirinya untuk berjongkok, lalu memeluk kedua kakinya sambil menangis. Setelah berlalu untuk waktu yang lama, Audrey pun keluar dari kamar mandi setelah merasa lega karena telah melepaskan sedikit tekanan dalam hatinya. Ketika keluar, dia melihat Zayden sedang duduk di sofa dan ada makanan yang baru saja disiapkan oleh pelayan di hadapannya.Zayden pun berkata, "Ayo makan."Audrey mengiakan dan mendekatinya sete
Zayden langsung mengemudi mobilnya dan pergi ke sebuah sasana tinju. Setibanya di sana, Zayden melihat Kenny juga sudah tiba. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Zayden masuk untuk mengganti pakaiannya dan mengenakan sarung tangan. Setelah Kenny selesai mengganti pakaian, mereka pun masuk ke ring tinju. Saat ini, Kenny baru menyadari ada beberapa bekas luka di dahi Zayden.Kenny pun mengangkat alisnya sambil berkata, "Ada apa denganmu? Kamu mau bermain dalam keadaan cedera? Jangan-jangan nanti kamu akan memerasku dengan mengatakan aku yang memukulmu?""Memangnya kamu punya kemampuan itu?" ucap Zayden sambil mencibir. Dia sama sekali tidak menggubris provokasi dari Kenny, lalu langsung meluncurkan pukulannya dengan cepat dan tepat."Sialan! Kamu malah menyerang diam-diam, dasar licik!" seru Kenny.Reaksi Kenny juga relatif cepat sehingga berhasil menghindari beberapa pukulan Zayden. Saat melihat ekspresi Zayden dan mengetahui bahwa dia bermain dengan serius, Kenny juga tidak berani lala
Wanita itu hendak mengulurkan tangannya, tetapi Zayden langsung menepisnya dan berkata, "Nona, jaga sikapmu."Zayden mendorong wanita yang menempel di tubuhnya dengan sangat tegas. Ketika mencium aroma parfum yang sangat kuat dari wanita itu menempel di tubuhnya, Zayden sontak mengernyitkan alisnya.Wanita ini memiliki tampang dan postur tubuh yang sangat baik. Dia sama sekali tidak pernah ditolak oleh pria mana pun. Saat dia merasa tidak terima dan hendak melakukan sesuatu, dia langsung bertatapan dengan mata Zayden yang dingin. Tatapan itu seolah-olah sedang memperingati wanita itu jika berani mendekatinya lagi, dia pasti akan mati.Wanita itu sontak ketakutan, lalu bergegas balik dan pergi. Sambil berjalan, dia pun mengumpat dalam hatinya karena telah bertemu dengan pria yang tidak mengerti untuk bersikap baik kepada wanita. Saat melihat adegan itu, Kenny pun tersenyum dengan canggung."Kamu cukup senang menonton pertunjukannya, ya?" kata Zayden dengan suara dingin.Kenny menyentuh
Lantaran ada orang yang sedang melihatnya, Audrey tidak berani berbicara terlalu terang-terangan. Dia hanya bisa menggunakan cara seperti ini untuk diam-diam memberi tahu Timothy bahwa dia sedang dalam kondisi dikurung. Meskipun begitu, Timothy adalah orang yang pintar sehingga langsung memahami maksud dari ucapannya. Timothy pun berkata, "Baiklah, bisa berpikiran terbuka adalah hal yang bagus. Serahkan hal ini padaku, aku akan mengurusnya."Seusai berbicara, Timothy langsung memutuskan panggilannya. Audrey juga mengembalikan ponsel itu kepada pelayan tersebut dan menyuruhnya untuk keluar. Di kamar yang begitu besar, hanya tersisa Audrey sendirian. Saat teringat dengan janji Timothy barusan, hatinya yang awalnya merasa gelisah dan cemas menjadi jauh lebih tenang.Zayden memang tidak langsung memintanya untuk melakukan aborsi, tetapi gelagatnya menunjukkan bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Sementara itu, Audrey hanya bisa pasrah dan tidak punya kemungkinan untuk bisa berjuan