Audrey bergegas berlari kembali, lalu mengulurkan tangan dan memeriksa napas Christian. Saat merasakan Christian masih bernapas dengan normal, ketakutan dalam hatinya seketika menjadi sirna. Meskipun begitu, Audrey merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan Christian berada di tempat ini begitu saja. Oleh sebab itu, Audrey mengeluarkan ponsel dari tubuh Christian, lalu menelepon rumah sakit untuk memanggil ambulans menjemput Christian.Jarak rumah sakit dari tempat mereka berada tidak terlalu jauh. Tidak butuh waktu yang lama, sebuah mobil ambulans sudah tiba di bawah. Beberapa paramedis langsung naik ke atas dan membawa Christian ke mobil ambulans dengan tandu.Selesai melakukan semua itu, Audrey berencana untuk pergi dan menghindar dari masalah. Akan tetapi, seorang perawat langsung menghentikannya dan berkata, "Nona, kamu nggak bisa pergi. Nanti harus ada orang mengurus prosedur rumah sakit."Audrey merasa ragu sejenak, lalu mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia memang sudah tidak menc
Audrey duduk di depan pintu ruang UGD sambil menatap lampu yang berkedip-kedip dengan sedikit linglung. Tepat saat dia merasa tubuhnya perlahan menjadi mati rasa, Zachary dan Vivi sudah tiba lebih dulu. Ketika melihat Audrey, kebencian dalam hati Vivi sontak meluap. Dia pun berlari ke depan dan langsung memberikan sebuah tamparan di wajah Audrey.Vivi menggunakan segenap tenaganya untuk melayangkan tamparan itu sehingga membuat Audrey tersandung muncur ke belakang beberapa langkah."Apa semua ini karenamu? Christian masih baik-baik saja saat pergi, sekarang dia harus menerima pengobatan di sini. Apa semua ini karenamu? Bicara!" bentak Vivi.Audrey menyentuh wajahnya dan tidak berbicara. Dia sama sekali tidak bisa membantah hal itu! Meskipun dia tidak bertanggung jawab untuk situasi ini, pada akhirnya dia juga tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatannya. Jika sampai terjadi sesuatu kepada Christian, itu adalah nyawa manusia!"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Christian, aku bersum
"Apa yang terjadi?" Suara Zayden yang berat terdengar dan membawa tekanan yang besar.Dalam sekejap, Audrey langsung kembali tersadar dari lamunannya dan seketika melihat Zayden yang berdiri di sampingnya. Entah mengapa, hal itu membuat hati Audrey sedikit bergetar. Dia sontak berpikir, apa mungkin Zayden sudah salah paham?"Christian pingsan, aku membawanya kemari untuk melakukan pemeriksaan. Itu saja," sahut Audrey setelah diam untuk waktu yang lama.Seusai berbicara, ekspresi wajah Audrey tampak sedikit tidak berdaya. Memangnya setelah dia mengatakannya, Zayden akan percaya padanya?"Bukan itu yang aku tanya," sahut Zayden dengan mata yang meredup. Lalu, dia melangkah maju, menekan dagu Audrey, dan menatap wajahnya yang membengkak."Siapa yang pukul?" Sorot mata Zayden yang mengerikan langsung beralih kepada Vivi yang berdiri di samping.Vivi yang berdiri di samping pun seketika bergidik. Namun, begitu teringat putranya sedang menerima pengobatan di dalam, Vivi berusaha memberanika
Vivi merasakan sebuah tekanan yang sangat besar, bahkan pakaian di tubuhnya juga sudah dibasahi oleh keringat. Pada saat itu, Timothy yang pergi beristirahat karena tekanan darah tinggi yang naik tadi berjalan keluar begitu mendengar Christian telah keluar. Saat Timothy datang, dia langsung melihat suasana yang mencekam antara Zachary dan keluarganya dengan Zayden.Timothy pun menghela napas dan bertanya, "Apa yang sedang kalian lakukan lagi?"Saat melihat Timothy datang, Vivi seolah-olah telah mendapat seorang penyelamat. Dia pun bergegas berlari ke arah Timothy dan berkata, "Ayah, Christian sudah dipukuli oleh Zayden sampai menderita gegar otak ringan, tapi dia bukannya nggak minta maaf, malah masih mempermasalahkan aku menampar Audrey. Kamu harus menegakkan keadilan untuk kami."Begitu mendengar perkataan ini, Timothy merasa terkejut dalam hatinya dan langsung melihat ke arah Zayden, "Ikut denganku."Zayden pun mengikuti Timothy pergi ke kamar Christian dengan tidak berekspresi. Kem
Audrey merasa tersedak karena asap, lalu matanya memerah dan tiba-tiba merasa perih serta nyeri. Kemudian, dia menatap Zayden dengan kaget. Perkataan Zayden yang tampaknya tidak disengaja itu malah membuat hatinya terasa sakit. Pada akhirnya, pria ini tetap tidak mau memercayainya. Akan tetapi, Audrey sama sekali tidak mengerti alasannya. Padahal Audrey pernah mengatakan entah itu tes DNA atau apa pun itu, dia bersedia bekerja sama untuk membuktikan bahwa ayah dari anak ini adalah Zayden. Apa pria ini tidak bisa percaya padanya sekali saja?"Aku sudah bilang, ayah dari anak ini adalah kamu," seru Audrey dengan suara yang jelas. Dia bisa mengalah untuk hal apa pun, tetapi tidak untuk hal ini. Jika Zayden tidak percaya dengannya, Zayden pasti akan mencari kesempatan untuk menggugurkan anaknya."Audrey, aku sudah pergi ke rumah sakit tempat ibumu dirawat. Coba tebak, apa yang sudah aku lihat?" tanya Zayden sambil tersenyum dengan sangat dingin.Kemudian, Zayden kembali menimpali, "Aku me
Saat melihat ketegasan di mata Zayden, Audrey mengepalkan tangannya dan berkata, "Kalau memang begitu, aku juga terus terang saja. Aku bisa nggak menginginkan posisi Nyonya Moore atau apa pun itu, tapi aku nggak akan menggugurkan anak ini."Awalnya, Audrey memang menolak anak ini, tetapi sekarang dia sudah memiliki perasaan kepadanya. Ditambah lagi, selama anak ini hidup, Audrey bisa menggunakan tes DNA untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Oleh sebab itu, dia tidak akan membiarkan siapa pun melukai anaknya apa pun yang terjadi."Audrey, kamu jangan tidak tahu diri. Sejak kamu menikah denganku, kamu tidak punya hak bernegosiasi denganku!" sahut Zayden dengan ketus.Raut wajah Audrey menjadi pucat, lalu dia menarik lengan pakaian Zayden sambil memohon, "Tuan Zayden, aku mohon padamu. Kamu bisa melakukan tes DNA setelah dia lahir nanti."Zayden melirik Audrey dengan ekspresi datar dan berkata, "Apa kamu kira aku akan terus memberimu kesempatan untuk menunda waktu dan membiarkan
Namun, Audrey juga tidak menunjukkan perasaan yang menolak. Dia tahu bahwa apa pun yang dia katakan sekarang, itu hanya akan membuat pria di hadapannya ini semakin emosi."Aku mandi dulu," kata Audrey saat mencium pakaian di tubuhnya.Saat berada di mobil tadi, pakaiannya terkena bau asap rokok yang sangat kuat. Ini adalah hal yang sangat menyiksa bagi Audrey saat ini. Melihat Zayden hanya diam saja, Audrey pun menganggap bahwa dia telah menyetujuinya. Audrey lalu masuk ke kamar mandi, membuka keran air agar air hangat membasahi tubuhnya.Pada saat ini, Audrey tidak bisa menahan dirinya untuk berjongkok, lalu memeluk kedua kakinya sambil menangis. Setelah berlalu untuk waktu yang lama, Audrey pun keluar dari kamar mandi setelah merasa lega karena telah melepaskan sedikit tekanan dalam hatinya. Ketika keluar, dia melihat Zayden sedang duduk di sofa dan ada makanan yang baru saja disiapkan oleh pelayan di hadapannya.Zayden pun berkata, "Ayo makan."Audrey mengiakan dan mendekatinya sete
Zayden langsung mengemudi mobilnya dan pergi ke sebuah sasana tinju. Setibanya di sana, Zayden melihat Kenny juga sudah tiba. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Zayden masuk untuk mengganti pakaiannya dan mengenakan sarung tangan. Setelah Kenny selesai mengganti pakaian, mereka pun masuk ke ring tinju. Saat ini, Kenny baru menyadari ada beberapa bekas luka di dahi Zayden.Kenny pun mengangkat alisnya sambil berkata, "Ada apa denganmu? Kamu mau bermain dalam keadaan cedera? Jangan-jangan nanti kamu akan memerasku dengan mengatakan aku yang memukulmu?""Memangnya kamu punya kemampuan itu?" ucap Zayden sambil mencibir. Dia sama sekali tidak menggubris provokasi dari Kenny, lalu langsung meluncurkan pukulannya dengan cepat dan tepat."Sialan! Kamu malah menyerang diam-diam, dasar licik!" seru Kenny.Reaksi Kenny juga relatif cepat sehingga berhasil menghindari beberapa pukulan Zayden. Saat melihat ekspresi Zayden dan mengetahui bahwa dia bermain dengan serius, Kenny juga tidak berani lala