Audrey langsung didorong ke lantai oleh Zayden. Audrey lalu berusaha untuk kembali bangkit dan hendak menggenggam tangan Zayden lagi. Dia tidak melakukan hal yang bersalah kepada Zayden dan bisa menjelaskannya.Di sisi lain, Christian merasa sangat tersayat saat melihat kegigihan Audrey. Dia mengulurkan tangan dan hendak memeluk Audrey agar dia berhenti melakukan upaya yang sia-sia itu. Christian sangat memahami sifat pamannya ini. Pamannya adalah orang yang tidak bisa menerima kesalahan sedikit pun. Audrey pernah berpacaran dengannya dan sedang mengandung sekarang. Sekalipun dia memaksakan diri untuk tinggal di sisi Zayden, dia tetap tidak akan bahagia. Bagaimanapun juga, Zayden pasti akan menjadi penerus Keluarga Moore. Dia sama sekali tidak bisa membawa Audrey meninggalkan semua masalah ini seperti yang Christian lakukan.Akan tetapi, sebelum tangan Christian sempat menyentuh Audrey, Zayden langsung mendekat, meraih kerah pakaian Christian dan mengangkatnya."Kenapa? Kamu masih ing
Audrey yang mengadang di hadapan Christian membuat pukulan Zayden yang awalnya akan mendarat di wajah Christian seketika terhenti.Apa wanita terkutuk ini tidak tahu identitasnya sekarang? Bisa-bisanya dia masih melindungi Christian di saat seperti ini?Saat melihat ekspresi suram di mata Zayden, Audrey bergegas menjelaskan, "Christian adalah keponakanmu. Ayah pasti akan sangat sedih kalau sampai kalian bermusuhan hanya karena wanita seperti aku."Zayden mencibir dan berkata, "Kamu masih menggunakan ayah sebagai alasan sekarang? Jujur saja, kamu tidak rela pria yang kamu cintai terluka, 'kan?"Zayden perlahan bangkit dan tangannya yang mengepal sedikit bergetar. Dia sangat berharap untuk membunuh wanita di hadapannya itu dan bertanya padanya apakah dia masih punya hati? Mungkin saja dia punya, tetapi hatinya itu seharusnya telah diberikan kepada pria yang ingin dia lindungi di belakangnya itu. Bahkan, tidak ada sedikit pun ruang untuk orang lain lagi.Pada akhirnya, Zayden pun pergi be
Audrey bergegas berlari kembali, lalu mengulurkan tangan dan memeriksa napas Christian. Saat merasakan Christian masih bernapas dengan normal, ketakutan dalam hatinya seketika menjadi sirna. Meskipun begitu, Audrey merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan Christian berada di tempat ini begitu saja. Oleh sebab itu, Audrey mengeluarkan ponsel dari tubuh Christian, lalu menelepon rumah sakit untuk memanggil ambulans menjemput Christian.Jarak rumah sakit dari tempat mereka berada tidak terlalu jauh. Tidak butuh waktu yang lama, sebuah mobil ambulans sudah tiba di bawah. Beberapa paramedis langsung naik ke atas dan membawa Christian ke mobil ambulans dengan tandu.Selesai melakukan semua itu, Audrey berencana untuk pergi dan menghindar dari masalah. Akan tetapi, seorang perawat langsung menghentikannya dan berkata, "Nona, kamu nggak bisa pergi. Nanti harus ada orang mengurus prosedur rumah sakit."Audrey merasa ragu sejenak, lalu mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia memang sudah tidak menc
Audrey duduk di depan pintu ruang UGD sambil menatap lampu yang berkedip-kedip dengan sedikit linglung. Tepat saat dia merasa tubuhnya perlahan menjadi mati rasa, Zachary dan Vivi sudah tiba lebih dulu. Ketika melihat Audrey, kebencian dalam hati Vivi sontak meluap. Dia pun berlari ke depan dan langsung memberikan sebuah tamparan di wajah Audrey.Vivi menggunakan segenap tenaganya untuk melayangkan tamparan itu sehingga membuat Audrey tersandung muncur ke belakang beberapa langkah."Apa semua ini karenamu? Christian masih baik-baik saja saat pergi, sekarang dia harus menerima pengobatan di sini. Apa semua ini karenamu? Bicara!" bentak Vivi.Audrey menyentuh wajahnya dan tidak berbicara. Dia sama sekali tidak bisa membantah hal itu! Meskipun dia tidak bertanggung jawab untuk situasi ini, pada akhirnya dia juga tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatannya. Jika sampai terjadi sesuatu kepada Christian, itu adalah nyawa manusia!"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Christian, aku bersum
"Apa yang terjadi?" Suara Zayden yang berat terdengar dan membawa tekanan yang besar.Dalam sekejap, Audrey langsung kembali tersadar dari lamunannya dan seketika melihat Zayden yang berdiri di sampingnya. Entah mengapa, hal itu membuat hati Audrey sedikit bergetar. Dia sontak berpikir, apa mungkin Zayden sudah salah paham?"Christian pingsan, aku membawanya kemari untuk melakukan pemeriksaan. Itu saja," sahut Audrey setelah diam untuk waktu yang lama.Seusai berbicara, ekspresi wajah Audrey tampak sedikit tidak berdaya. Memangnya setelah dia mengatakannya, Zayden akan percaya padanya?"Bukan itu yang aku tanya," sahut Zayden dengan mata yang meredup. Lalu, dia melangkah maju, menekan dagu Audrey, dan menatap wajahnya yang membengkak."Siapa yang pukul?" Sorot mata Zayden yang mengerikan langsung beralih kepada Vivi yang berdiri di samping.Vivi yang berdiri di samping pun seketika bergidik. Namun, begitu teringat putranya sedang menerima pengobatan di dalam, Vivi berusaha memberanika
Vivi merasakan sebuah tekanan yang sangat besar, bahkan pakaian di tubuhnya juga sudah dibasahi oleh keringat. Pada saat itu, Timothy yang pergi beristirahat karena tekanan darah tinggi yang naik tadi berjalan keluar begitu mendengar Christian telah keluar. Saat Timothy datang, dia langsung melihat suasana yang mencekam antara Zachary dan keluarganya dengan Zayden.Timothy pun menghela napas dan bertanya, "Apa yang sedang kalian lakukan lagi?"Saat melihat Timothy datang, Vivi seolah-olah telah mendapat seorang penyelamat. Dia pun bergegas berlari ke arah Timothy dan berkata, "Ayah, Christian sudah dipukuli oleh Zayden sampai menderita gegar otak ringan, tapi dia bukannya nggak minta maaf, malah masih mempermasalahkan aku menampar Audrey. Kamu harus menegakkan keadilan untuk kami."Begitu mendengar perkataan ini, Timothy merasa terkejut dalam hatinya dan langsung melihat ke arah Zayden, "Ikut denganku."Zayden pun mengikuti Timothy pergi ke kamar Christian dengan tidak berekspresi. Kem
Audrey merasa tersedak karena asap, lalu matanya memerah dan tiba-tiba merasa perih serta nyeri. Kemudian, dia menatap Zayden dengan kaget. Perkataan Zayden yang tampaknya tidak disengaja itu malah membuat hatinya terasa sakit. Pada akhirnya, pria ini tetap tidak mau memercayainya. Akan tetapi, Audrey sama sekali tidak mengerti alasannya. Padahal Audrey pernah mengatakan entah itu tes DNA atau apa pun itu, dia bersedia bekerja sama untuk membuktikan bahwa ayah dari anak ini adalah Zayden. Apa pria ini tidak bisa percaya padanya sekali saja?"Aku sudah bilang, ayah dari anak ini adalah kamu," seru Audrey dengan suara yang jelas. Dia bisa mengalah untuk hal apa pun, tetapi tidak untuk hal ini. Jika Zayden tidak percaya dengannya, Zayden pasti akan mencari kesempatan untuk menggugurkan anaknya."Audrey, aku sudah pergi ke rumah sakit tempat ibumu dirawat. Coba tebak, apa yang sudah aku lihat?" tanya Zayden sambil tersenyum dengan sangat dingin.Kemudian, Zayden kembali menimpali, "Aku me
Saat melihat ketegasan di mata Zayden, Audrey mengepalkan tangannya dan berkata, "Kalau memang begitu, aku juga terus terang saja. Aku bisa nggak menginginkan posisi Nyonya Moore atau apa pun itu, tapi aku nggak akan menggugurkan anak ini."Awalnya, Audrey memang menolak anak ini, tetapi sekarang dia sudah memiliki perasaan kepadanya. Ditambah lagi, selama anak ini hidup, Audrey bisa menggunakan tes DNA untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Oleh sebab itu, dia tidak akan membiarkan siapa pun melukai anaknya apa pun yang terjadi."Audrey, kamu jangan tidak tahu diri. Sejak kamu menikah denganku, kamu tidak punya hak bernegosiasi denganku!" sahut Zayden dengan ketus.Raut wajah Audrey menjadi pucat, lalu dia menarik lengan pakaian Zayden sambil memohon, "Tuan Zayden, aku mohon padamu. Kamu bisa melakukan tes DNA setelah dia lahir nanti."Zayden melirik Audrey dengan ekspresi datar dan berkata, "Apa kamu kira aku akan terus memberimu kesempatan untuk menunda waktu dan membiarkan