Zayden langsung menelepon Christian, tetapi panggilan itu hanya terus berdering dan tidak ada yang mengangkat. Zayden pun menyipitkan matanya, lalu mengalihkan panggilannya kepada Caleb. Dia langsung memerintah Caleb untuk menyelidiki keberadaan Christian.Zayden tidak memedulikan orang-orang yang menunggu hukuman di hadapannya untuk sementara waktu. Saat ini, yang terpenting bukanlah menghukum semua orang itu, melainkan segera menemukan Audrey.Kemudian, Zayden masuk ke dalam kamar dan melihat sekeliling. Dia menemukan bahwa tidak ada perubahan apa pun dari sebelum dia pergi tadi, bahkan juga tidak ada tanda-tanda perlawanan yang besar. Sorot mata Zayden seketika menjadi semakin suram. Saat ini, luka di tangan akibat gigitan Audrey kemarin menjadi semakin sakit.Kemarin ketika dia tiba, dia hanya ingin membawa Audrey pergi, tetapi Audrey justru menggigitnya hingga terluka. Hari ini, begitu Christian muncul, Audrey seolah-olah tidak menolak dan pergi bersama Christian dengan patuh.Apa
Christian bergegas menenangkan Audrey dengan berkata, "Audrey, jangan takut. Lihatlah kamar ini, sama seperti milikmu yang dulu. Lihatlah, itu adalah boneka beruang favoritmu. Apa kamu masih ingat itu adalah mainan bekas yang kita pilih bersama-sama?"Suara Christian terdengar sangat lembut. Sementara itu, Audrey mulai melihat sekeliling sambil mendengarkan perkataan Christian. Audrey mendadak merasakan sebuah perasaan yang akrab sehingga kondisinya menjadi tidak begitu tegang lagi.Melihat hal itu, Christian pun merasa lega dan lanjut menenangkan perasaan Audrey. Setelah beberapa saat berlalu, pria tua itu mengangguk dan mengisyaratkan Christian untuk berhenti. Selanjutnya, pria tua itu mengeluarkan sebuah liontin perak dan mengayunkannya dengan pelan di hadapan Audrey."Sekarang, kita sedang berjalan di sebuah jalan yang sangat panjang. Kamu berjalan dengan perlahan, lalu pada saat ini kamu melihat sebuah pintu. Kamu membuka pintu itu …," kata pria tua itu.Dengan panduan perkataan d
Audrey yang masih berada dalam kondisi hipnosis menggenggam tangan Christian, lalu bergumam dengan pelan, "Zayden …."Christian tidak pernah membayangkan bahwa dalam waktu singkat ini, orang yang paling dipercayai oleh Audrey telah berubah menjadi pria lain dan pria itu adalah pamannya sendiri, Zayden! Tubuh Christian sontak menjadi sedikit kaku, tetapi dia hanya bisa memeluk Audrey dengan lebih erat sambil berkata, "Audrey, ini aku Christian. Apa kamu sudah lupa? Kita pernah berpacaran selama bertahun-tahun. Kamu pernah bilang aku adalah orang yang paling kamu percayai di dunia ini."Suara Christian terdengar seperti bergetar, seolah-olah sedang memohon. Apa pun yang terjadi, Christian tidak bisa menerima wanita yang dicintainya tidak mencintainya lagi. Padahal, mereka sudah berjanji akan segera menikah setelah dia menyelesaikan studinya.Christian tahu bahwa dia salah karena mengambil keputusan sendiri untuk pergi ke luar negeri selama bertahun-tahun. Namun, kenapa Audrey tidak bisa
Audrey langsung didorong ke lantai oleh Zayden. Audrey lalu berusaha untuk kembali bangkit dan hendak menggenggam tangan Zayden lagi. Dia tidak melakukan hal yang bersalah kepada Zayden dan bisa menjelaskannya.Di sisi lain, Christian merasa sangat tersayat saat melihat kegigihan Audrey. Dia mengulurkan tangan dan hendak memeluk Audrey agar dia berhenti melakukan upaya yang sia-sia itu. Christian sangat memahami sifat pamannya ini. Pamannya adalah orang yang tidak bisa menerima kesalahan sedikit pun. Audrey pernah berpacaran dengannya dan sedang mengandung sekarang. Sekalipun dia memaksakan diri untuk tinggal di sisi Zayden, dia tetap tidak akan bahagia. Bagaimanapun juga, Zayden pasti akan menjadi penerus Keluarga Moore. Dia sama sekali tidak bisa membawa Audrey meninggalkan semua masalah ini seperti yang Christian lakukan.Akan tetapi, sebelum tangan Christian sempat menyentuh Audrey, Zayden langsung mendekat, meraih kerah pakaian Christian dan mengangkatnya."Kenapa? Kamu masih ing
Audrey yang mengadang di hadapan Christian membuat pukulan Zayden yang awalnya akan mendarat di wajah Christian seketika terhenti.Apa wanita terkutuk ini tidak tahu identitasnya sekarang? Bisa-bisanya dia masih melindungi Christian di saat seperti ini?Saat melihat ekspresi suram di mata Zayden, Audrey bergegas menjelaskan, "Christian adalah keponakanmu. Ayah pasti akan sangat sedih kalau sampai kalian bermusuhan hanya karena wanita seperti aku."Zayden mencibir dan berkata, "Kamu masih menggunakan ayah sebagai alasan sekarang? Jujur saja, kamu tidak rela pria yang kamu cintai terluka, 'kan?"Zayden perlahan bangkit dan tangannya yang mengepal sedikit bergetar. Dia sangat berharap untuk membunuh wanita di hadapannya itu dan bertanya padanya apakah dia masih punya hati? Mungkin saja dia punya, tetapi hatinya itu seharusnya telah diberikan kepada pria yang ingin dia lindungi di belakangnya itu. Bahkan, tidak ada sedikit pun ruang untuk orang lain lagi.Pada akhirnya, Zayden pun pergi be
Audrey bergegas berlari kembali, lalu mengulurkan tangan dan memeriksa napas Christian. Saat merasakan Christian masih bernapas dengan normal, ketakutan dalam hatinya seketika menjadi sirna. Meskipun begitu, Audrey merasa bahwa dia tidak bisa membiarkan Christian berada di tempat ini begitu saja. Oleh sebab itu, Audrey mengeluarkan ponsel dari tubuh Christian, lalu menelepon rumah sakit untuk memanggil ambulans menjemput Christian.Jarak rumah sakit dari tempat mereka berada tidak terlalu jauh. Tidak butuh waktu yang lama, sebuah mobil ambulans sudah tiba di bawah. Beberapa paramedis langsung naik ke atas dan membawa Christian ke mobil ambulans dengan tandu.Selesai melakukan semua itu, Audrey berencana untuk pergi dan menghindar dari masalah. Akan tetapi, seorang perawat langsung menghentikannya dan berkata, "Nona, kamu nggak bisa pergi. Nanti harus ada orang mengurus prosedur rumah sakit."Audrey merasa ragu sejenak, lalu mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia memang sudah tidak menc
Audrey duduk di depan pintu ruang UGD sambil menatap lampu yang berkedip-kedip dengan sedikit linglung. Tepat saat dia merasa tubuhnya perlahan menjadi mati rasa, Zachary dan Vivi sudah tiba lebih dulu. Ketika melihat Audrey, kebencian dalam hati Vivi sontak meluap. Dia pun berlari ke depan dan langsung memberikan sebuah tamparan di wajah Audrey.Vivi menggunakan segenap tenaganya untuk melayangkan tamparan itu sehingga membuat Audrey tersandung muncur ke belakang beberapa langkah."Apa semua ini karenamu? Christian masih baik-baik saja saat pergi, sekarang dia harus menerima pengobatan di sini. Apa semua ini karenamu? Bicara!" bentak Vivi.Audrey menyentuh wajahnya dan tidak berbicara. Dia sama sekali tidak bisa membantah hal itu! Meskipun dia tidak bertanggung jawab untuk situasi ini, pada akhirnya dia juga tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatannya. Jika sampai terjadi sesuatu kepada Christian, itu adalah nyawa manusia!"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Christian, aku bersum
"Apa yang terjadi?" Suara Zayden yang berat terdengar dan membawa tekanan yang besar.Dalam sekejap, Audrey langsung kembali tersadar dari lamunannya dan seketika melihat Zayden yang berdiri di sampingnya. Entah mengapa, hal itu membuat hati Audrey sedikit bergetar. Dia sontak berpikir, apa mungkin Zayden sudah salah paham?"Christian pingsan, aku membawanya kemari untuk melakukan pemeriksaan. Itu saja," sahut Audrey setelah diam untuk waktu yang lama.Seusai berbicara, ekspresi wajah Audrey tampak sedikit tidak berdaya. Memangnya setelah dia mengatakannya, Zayden akan percaya padanya?"Bukan itu yang aku tanya," sahut Zayden dengan mata yang meredup. Lalu, dia melangkah maju, menekan dagu Audrey, dan menatap wajahnya yang membengkak."Siapa yang pukul?" Sorot mata Zayden yang mengerikan langsung beralih kepada Vivi yang berdiri di samping.Vivi yang berdiri di samping pun seketika bergidik. Namun, begitu teringat putranya sedang menerima pengobatan di dalam, Vivi berusaha memberanika
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis