Share

inside

Tidak butuh waktu lama, Pak Taruna meninggalkan kami berdua dengan membawa kamera itu. Angkara kembali menghampiriku. Menyimpan barang-barang yang diberikan Pak Taruna ke atas kasur. Kemudian kedua lututnya dijatuhkan tepat di bawahku, ia meraih kembali kedua telapak tanganku dengan tatapan seperti seseorang pembawa pesan perdamaian, haha.

“Apa yang mengganggu pikiranmu?” tanyanya lembut.

“Semuanya. Semakin aku tahu ayahku dekat dengan Kak Reyvan, aku semakin khawatir. Kita tidak pernah tahu apa yang dipikirkan si keparat itu. Terlebih lagi, aku tidak tahu dia menganggapku sudah mati atau belum. Keberadaanku adalah keputusannya.” Ujarku dengan kalut.

“Kamu nggak bisa mengendalikan semuanya, Disha. Biarkan takdir yang bekerja, ya? Takdir nggak akan pernah salah.”

Sudut bibirku sedikit tertarik ke atas. Sudah kubilang, siapa yang akan cemberut bila melihat Angkara sedang mode malaikat. Anggukanku menandakan bahwa aku lulu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status