Share

LIMA

Penulis: Megan Allea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 12:08:33

"Silahkan kamu laporkan saya ke polisi, tapi siap-siap aja netizen ngamuk kalau video pelecehan itu tersebar luas," sanggah Elrima yang tak sedikitpun merasakan gentar. 

Kematian bertubi-tubi yang merenggut calon suaminya membuat gadis itu semakin kuat. Tak ada yang ditakutinya di dunia ini, sebab celaka tak celaka, ada masalah ataupun tidak, semua yang bernyawa pasti akan mati.

Malik terperangah mendengar ucapan Elrima yang tak terlihat terintimidasi sedikitpun, tetapi ia segera menguasai suasana dengan memasang tampang dinginnya kembali. 

Malik Al-Faqruq memang cukup berkuasa di negeri ini. Ia adalah salah satu pengusaha muslim yang sukses tetapi tak tersorot media. Tampan, kaya dan memiliki keluarga bahagia, hidupnya seolah sempurna, tetapi ada satu hal yang menjadi kelemahan lelaki itu, yaitu sosial media. 

Saat ini media masa dikuasai pemerintah, bisa saja ia ikut bergabung membangun citra di layar kaca, tetapi tentu dana yang digelontorkan tak sedikit. Sementara lelaki itu tentu memilih menggunakan uangnya pada hal lain yang lebih banyak manfaatnya. 

Satu lagi, ia lupa jika netizen di negeri ini dapat digerakan sebuah berita viral yang belum tentu kebenarannya. Elrima cukup cerdik untuk memanfaatkan sosial media, pikir Malik. 

"Jadi kalian mau apa?" tanya pria dengan rahang tegas itu, mencoba bernegosiasi mencari jalan tengah. 

"Bapak gak minta banyak, cukup kamu bertanggung jawab pada Rima, itu saja." Pak Hamid berkata sambil menghela napas berat, tentu ia sedikit kecewa karena Malik malah ingin balik menyerangnya. 

Namun, lelaki paruh baya itu cukup memaklumi karena keadaan menantu barunya sangat memprihatinkan. Mungkin ia juga akan sedikit membantu melaporkan masalah ini kepada polisi atas kasus penganiayaan, tetapi tidak dengan melibatkan Elrima seperti yang diancamkan Malik tadi.

"Rumah, mobil, kendaraan atau berapa milyar yang Bapak minta, saya siap berikan, tapi dengan satu syarat." Malik menjeda kalimantnya untuk melihat ekspresi lawan bicara. 

Wajah Pak Hamid tampak serius mendengarkan, berbeda dengan Elrima yang memutar bola matanya jengah karena merasa dianggap perempuan materialistis. 

"Setelah saya berikan apa yang kalian minta, tolong jangan pernah muncul lagi di hadapan saya apalagi keluarga saya," lanjut Malik yang merasa rencananya kali ini akan berhasil. 

Sebagai orang yang berada, tentu lelaki dengan cambang tipis itu sering mendapatkan situasi semacam ini, dan ujung-ujungnya pasti uang dan masalah selesai kemudian. Namun, lain dengan Pak Hamid dan Elrima yang tentunya tak silau dengan tawaran menggiurkan itu. 

"Maaf sebelumnya, tapi anak saya lebih berharga dari semua yang kamu sebutkan itu, Nak. Mungkin kamu tak terpikirkan jika Rima bisa dilecehkan oleh laki-laki lain setelah ini karena dianggap sudah tidak suci. 

Kamu mungkin bisa bergerak bebas sebagai lelaki yang secara tak langsung menodai, tetapi lain lagi dengan anak gadis saya yang pasti akan dipandang sebelah mata." Pak Hamid menjeda kalimatnya dengan helaan napas.

"Rima tak mungkin lagi bisa hidup dengan tenang di kampung setelah namanya tercoreng, juga Bapak tak bisa biarkan ia pergi sendirian tanpa mahram. Untuk itu saya minta Nak Malik bertanggung jawab dengan membawa Rima pergi dari sini," lanjut lelaki paruh baya yang sangat mencintai putrinya, dengan berbagai pertimbangan ia terpaksa menikahkan Elrima dengan lelaki yang dianggap orang melecehkan anaknya itu. Semua tentu demi kebaikan sang putri sendiri. 

Malik yang mendengar penuturan Pak Hamid memijat pelipis dengan jembol dan ibu jari. Hatinya sedikit terketuk setelah diberikan pengertian, ia paham sekarang kenapa lelaki paruh baya itu mendesak agar Malik menikahi anaknya. 

"Baik, Pak. Saya akan bertanggung jawab pada putri Bapak, tetapi dengan satu syarat." Pria berkulit eksotis itu menatap satu persatu lawan bicaranya. 

"Saya minta Rima tak pernah muncul di hadapan istri pertama saya, maupun mengaku pada publik jika ia adalah istri Malik Al-Faruq," tandas Malik yang kemudian meringis karena pipinya mulai terasa berdenyut.

"Bapak tak menuntut lebih dari tanggung jawabmu sebagai suami pada Rima. Baiklah, tunggu sebentar sepertinya lukamu itu harus segera diobati," ucap Pak Hamid seraya langsung berdiri, ia hendak membeli obat-obatan di apotek terdekat. 

Sepeninggal lelaki paruh baya itu, suasana mendadak canggung. Dalam bangunan masjid nan luas itu hanya ada Malik dan Elrima. Sebab pengajian akan dilangsungkan bakda asar dan semua orang memutuskan menunggu sembari menikmati panorama alun-alun Cianjur. 

Seketika pikiran Elrima travelling, gadis itu kembali mengingat kejadian di toilet dan buru-buru menutup dadanya secara tak sadar. 

"Kenapa kamu? Ngarep saya grepek-grepek ya?" ejek Malik yang berani berbicara seperti itu karena Elrima sudah sah menjadi istrinya, jiwa dingin lelaki itu mulai terkikis status pernikahan yang mengungkung keduanya. 

"Enak aja! Walaupun udah sah, tapi saya gak mau Anda grepek-grepek ya, Om. Awas aja kalau berani macem-macem," ancam gadis itu sambil memasang jurus karateka, lain lagi dengan hatinya yang mulai berdegup aneh. 

Tawa Malik pecah melihat tingkah konyol istri barunya, sejenak ia lupa pada masalah yang baru saja menimpanya. 

"Heh, Rima! Kamu itu udah cukup berumur, ngapain panggil saya Om kaya anak SMA, gak sadar diri apa gimana?" seloroh Malik hendak mengerjai Elrima dengan mencoba menyentuh pundaknya. 

Namun, dengan sigap wanita itu hendak memelintir tangan Malik ke belakang, tetapi pria yang lebih jago bela diri itu segera membalik keadaan dengan melingkarkan tangan Elrima pada bahunya, hingga jarak wajah mereka hanya satu jengkal. 

Tak ada kata yang terucap, hanya degup jantung yang saling bersahutan dalam kebisuan. Mata elang Malik bersirobok dengan sepasang iris kecokelatan milik Elrima yang sangat indah. 

"Ehem! Masih siang ini!" tegur Pak Hamid yang datang tanpa disadari sepasang pengantin baru itu.

"Obati luka suamimu dulu, setelah ini kita pulang untuk berkemas, Neng." Lelaki paruh baya itu menyodorkan kotak P3K yang baru saja ia beli dari apotek, sudut hatinya terasa teriris kala mengingat sebentar lagi akan berpisah dengan sang putri. 

Dengan canggung Elrima mulai membersihkan luka di wajah suaminya menggunakan kapas yang sudah dibubuhi alkohol, tangannya sedikit gemetar karena baru kali ini sangat dekat dengan seorang lelaki. 

Sementara Malik mencari ojek lain untuk dipandang selain wajah Elrima yang terlihat begitu cantik dari dekat. Setelah selesai diobati, pria itu pamit pulang sebentar untuk mengambil mobil di rumah istri pertamanya.

"Saya berjanji akan segera kembali," pamit pria itu yang langsung dibalas tepukan pelan di pundak kekarnya dari sang mertua. 

Malik tergesa pulang, banyak pasang mata yang memperhatikan penampilannya yang urakan. Sampai di rumah mertuanya itu, ia dikejutkan suara sirine ambulans yang baru saja datang dan berhenti tepat di depan rumah keluarga istrinya.

Bab terkait

  • Digerebek di Toilet Masjid   ENAM

    "Jangan-jangan itu si Rina yang tadi dibawa ke rumah sakit," celetuk Bu Riska--salah seorang tetangga yang tadi melihat keluarga Bu Santi pergi membawa Rina yang tampak tak sadarkan diri."Rina istri saya, Bu?" tanya Malik yang merasakan dentuman di dada bersama keringat dingin bercucuran."Innalillahi, dari sirine-nya sih, itu kayaknya meninggal. Kasian banget mana lagi hamil lagi," lanjut perempuan paruh baya itu tanpa memikirkan perasaan pria di sampingnya yang tadi pertanyaannya tak dijawab.Perasaan Malik semakin tak karuan mendengar monolog dari wanita seusia Ibu mertuanya itu, langkahnya seperti terpaku dan tak siap melihat bagaimana keadaan Rina.Seolah udara tak mampu ia hirup, napas Malik rasanya sesak. Namun, tak mungkin ia diam saja tanpa berbuat sesuatu. Sampai tak lama tenaga medis keluar dari dalam ambulans untuk memindahkan mayat yang sekujur tubuhnya ditutup kain.&n

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Digerebek di Toilet Masjid   TUJUH

    Jenazah Rahmat juga Nenes akan dishalatkan bersama di Masjid Agung Cianjur. Tepat sebelum kedatangan rombongan pembawa keranda, Pak Hamid dan Elrima mulai gelisah karena Malik tak kunjung kembali.Pucuk dicinta ulam pun tiba, pikir Pak Rusdi. Ia yang dari kejauhan melihat Pak Hamid dan putrinya tengah duduk di teras masjid, langsung tersulut emosi. Berjalan tergesa seorang Bapak yang baru saja kehilangan putranya itu mendekat ke arah Elrima.Plak!"Belum puas maneh bikin si Reza mati, sekarang si Rahmat nyusul Kakaknya. Semua ini pasti ada kaitannya sama kamu!" bentak Pak Rusdi yang baru saja mendamprat pipi Elrima.Gadis yang sedang melamun memikirkan Malik, tentu kaget dengan serangan mendadak dari mantan calon mertuanya itu."Kurang ajar sia geus nyabok anak aing. Kadieu wani gelut jeung bapakna, lain ngan saukur wani ka awewe, dasar lalaki teu boga ced

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Digerebek di Toilet Masjid   DELAPAN

    "Allahu Ahad ya Rabbul Ghafur. Jadi Rina sudah mendengar fitnah keji itu, Pak?" Suara Malik begitu lirih bersama luruhnya tubuh kekar yang bersimpuh di dekat kaki Pak Maman.Tak bisa Malik bayangkan bagaimana perasaan Rina yang tengah hamil tua dengan kondisi sakit-sakitan, harus menerima kabar dirinya yang melecehkan seorang gadis. Benar adanya jika fitnah lebih kejam dari pembunuhan, kini lelaki itu merasakan sendiri bagaimana sebuah fitnah bersiap menghancurkan rumah tangganya."Jadi gimana kabar gadis itu, Jang?" tanya Pak Maman dengan nada tenang, berharap Malik menceritakan segalanya dengan jelas supaya hatinya tak lagi diliputi was-was andai berita itu benar adanya."Dia gak papa, Pak. Semuanya cuma salah paham," jelas lelaki yang masih setia berjongkok di dekat kaki mertuanya, lantas Malik menceritakan semua hal persis adanya kecuali bagian di

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Digerebek di Toilet Masjid   SEMBILAN

    "Dasar lalaki brengsek! Ngomongna bakalan balik lagi secepatnya, tapi buktinya apa?!" umpat Pak Hamid yang membuat Elrima terlonjak kaget seketika.Pasalnya lelaki paruh baya itu biasa menahan lisan dan amarah, tetapi sang putri seolah melihat sosok lain dari Bapaknya sendiri kali ini. Sebegitu besar kah, harapan Pak Hamid agar Elrima bisa berumah tangga dengan tenang.Mata indah wanita itu mengembun, ia bukan perempuan cengeng, tetapi melihat Pak Hamid begitu ingin memperjuangkan kebahagiaannya, Elrima merasa terenyuh. Ah, andai tak ada yang menghabisi nyawa belasan calon suaminya, mungkin sang bapak akan selalu manis dan tak menunjukkan sisi lain dirinya.Namun, kehidupan kadang kala tak sesuai harapan. Kebahagiaan disyukuri, cobaan dijalani dengan sabar, tetapi Pak Hamid sudah merasa di ambang batas lapang dada, hingga kini menjadi sempit hati dan pikirannya memikirkan masa depan sang putri yang teru

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Digerebek di Toilet Masjid   SEPULUH

    "Kalian pasti mau minta tanggung jawab, kan? Ayo saya bantu buat labrak ke rumah sakit!" seru Bu Riska menggebu-gebu, tak sabar ingin melihat kehancuran keluarga Rina yang tak lain keponakannya sendiri."Bu apa-apaan! Rina itu keponakan kita. Apa Ibu gak mikirin keadaan dia yang lagi drop, terus kita mau bikin rusuh di sana gitu? Istighfar Bu, nyebut!" sentak Pak Ujang mencoba menyadarkan istrinya yang seperti kesetanan.Ia sedikit paham bagaimana Bu Riska masih kehilangannya Nenes, begitupun dirinya. Namun, tak lantas harus melampiaskan rasa tak terima dengan menghancurkan rumah tangga keponakannya sendiri."Diam!" teriak Bu Riska dengan mata nyalang menatap sang suami."Ibu udah capek ngalah terus sama si Santi. Saya sudah kehilangan anak, maka diapun harus merasakan hal yang sama!" raung wanita paruh baya dengan daster lusuh itu sembari memukul-mukul dadanya.Sejak pernikahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Digerebek di Toilet Masjid   SEBELAS

    "Silahkan kamu berbuat seenaknya tanpa memikirkan perasaan Rima, tetapi lihat nanti bagaimana tanggapan istri pertamamu jika kuperkenalkan anakku sebagai istri kedua suaminya?" ancam Pak Hamid dengan nada tenang tetapi membuat emosi Malik tersulut karena tersudut.Lelaki dengan pakaian sama sedari siang itu mengacak rambut frustasi. Benaknya kembali terbang kala sebuah permintaan menyakitkan meluncurkan dari mulut sang istri."Ceraikan aku dan nikahi perempuan itu!"Mungkin lelaki tak bertanggungjawab di luar sana akan bersuka ria saat istrinya meminta meninggalkan perempuan yang tengah sekarat demi istri kedua. Namun, tidak dengan Malik yang setia dan terlampau mencintai Rina."Hatiku takan pernah menduakanmu, Rin."'Ya, hatiku takan pernah mendua meski raga sudah menikahi perempuan lain'Ucapan Malik bukan dusta, ia memang tak pernah

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Digerebek di Toilet Masjid   DUA BELAS

    "Pak! Jangan sampai Rina drop lagi mendengar berita ini," teriak Malik sebelum Pak Maman berbelok menuju ruangan di mana putrinya di rawat.Lelaki yang diliputi amarah pada sang menantu itu akhirnya menghentikan langkah. Tentu saat ini kondisi Rina yang paling utama. Tak terbayang andai putrinya tahu jika sang suami menikah lagi."Saya akan diam untuk saat ini karena si Neng. Tapi kalau kamu bertingkah sampai si Neng tahu semuanya, bapak gak akan tinggal diam," ancam Pak Maman sambil menunjuk wajah Malik yang langsung memucat tetapi sedikit lega."Semoga Bapak suatu saat bisa tahu yang sebenarnya dan mengerti kenapa saya melakukan ini," sanggah Malik sambil terus mengatur napas karena kesal.Posisinya kali ini memang serba salah. Melepaskan Elrima, tentu Pak Hamid tak akan tinggal diam. Lalu melanjutkan perni

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA BELAS

    "Jangan-jangan Akang emang beneran udah nikah lagi?" tebak perempuan yang sudah melepas hijabnya di hadapan sang suami.Malik langsung salah tingkah dengan dentuman jantung yang nyaris serasa akan meledak saking kagetnya dengan pertanyaan Rina."Akang kenapa sampe pucet gitu, padahal neng teh cuma bercanda," kekeh Rina sambil mengunyel-unyel cambang tipis lelaki di hadapan.Malik tersenyum lega melihat keceriaan sang istri, matanya menatap lekat sepasang netra berbentuk hazel itu begitu dalam. Ia mengusap punggung tangan Rina yang berada di pipinya dengan lembut."Apapun yang terjadi, cinta akang untukmu takan pernah berubah, Neng. Kamu adalah istri terbaik yang akang miliki," ucap lelaki itu penuh kejujuran terlihat dari sepasang maniknya yang coba Rina selami.Tentu istri mana yang tak terenyuh mendengar kata-kata manis dari sang suami. Semakin ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10

Bab terbaru

  • Digerebek di Toilet Masjid   Empat Puluh Tiga

    Posisi Sadam sudah terjepit, lelaki itu menghentikan laju mobil. Begitupun dengan mobil di depannya yang berhenti dengan jarak satu meter.Tak lama beberapa pria bertopeng perak dengan pakaian serba hitam keluar dari kuda besi yang tadi melukai kendaraan milik Sadam.Sadam yang pernah dilatih di akademi pengawal profesional, tentu punya strategi jitu dalam menghadapi situasi terjepit semacam itu. Tanpa rasa gentar, lelaki itu menyeringai dan sedikit terkikik menertawai kebodohan lawan.Sekuat tenaga Sadam menginjak pedas gas, hingga mobilnya nyaris menabrak beberapa pasukan bertopeng sampai ada yang terjengkang."See you the next time!" teriak lelaki berkulit bersih itu, disusul gelak tawa yang berubah sayup di telinga lawannya, karena incarannya sudah pergi jauh.Tak ada kemarahan di wajah si pria bertopeng emas. Sikapnya dingin seperti es yang menggelincir di permukaan kulit, tetapi mampu memberikan aura beku di sekeliling.Sat

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH DUA

    "Nggak usah! Mending urus Ali aja sana!" bentak Malik tanpa sengaja meninggikan suara saking gugupnya. Ia merasa bersalah sendiri, di saat harusnya berduka, justru terpikirkan untuk tidur bersama istri keduanya. Itulah alasan kenapa Malik terus mengurung diri selama seminggu. Lelaki itu tak ingin tergoda dan semakin tersiksa perasaan bersalah pada Rina. Namun, mengingat Ali sangat membutuhkannya, Malik berusaha keluar dari kesendirian dan mencoba menjadi Ayah yang terbaik. Tak pernah terpikir pakaian Elrima akan sangat menggoda dan membuat tubuhnya menggila. "Oh, ya udah atuh, Kang. Dari kemarin juga saya yang urusin Ali. Gak usah bentak-bentak segala," kesal Elrima sambil berlalu menghentakan kaki menuju lantai bawah membawa botol susu. Persediaan susu Ali sudah habis di lantai dua, Elrima ingin mencuci botol yang lama, sekalian mengambil botol lain untuk diisi susu. Tak pernah ia sangka, Malik akan berbuat kasar hanya dengan ditawari sebuah

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH SATU

    "Tapi kamu yakin nggak, Dek. Kalau bunda kayak gitu Ayah kamu bakalan luluh. Jangan-jangan malah makin ngamuk lagi?" celoteh Elrima pada bayi polos yang tak tahu apa yang dikatakan bundanya itu.Melihat Bunda El memanyunkan bibir, Ali malah terus membuka mulut sembari tersenyum. Matanya menyipit persis Rina saat tertawa."Ah, kamu malah ngejekin bunda, Dek. Tega banget ih, awas ya!" Elrima menjawil pelan dagu bayi yang harum minyak telon itu. Sebelumnya sang bunda lebih dulu memandikan dan mendandani Baby Ali sebelum bertemu ayahnya.Namun, sayangnya Malik sepertinya belum siap bertemu malaikat kecil yang tak berdosa itu.Di lantai bawah, tepatnya di kamar ujung kanan rumah. Malik baru saja menyelesaikan shalat sunnah taubat. Saat Elrima menggedor pintu, lelaki itu tengah khusyuk bersujud memohon keikhlasan hatinya setelah kehilangan Rina.Ia mendengar omelan Elrima tentang Ali. Malik merasa menjadi Ayah yang buruk unt

  • Digerebek di Toilet Masjid   EMPAT PULUH

    "Kang ...," panggil Rina dengan suara lirih. Suaminya baru saja duduk di kursi besi dekat bed pasien. "Neng." Malik segera menggenggam erat jemari istrinya yang terasa dingin. "Neng udah gak kuat, Kang. Neng capek ... capek pisan, " cicit perempuan itu. Matanya berkali memejam lama dan terbuka sesaat, seolah kelopak yang tampak layu itu dihimpit beban besar. "Astaghfirullah, Neng! tolong jangan bicara yang aneh-aneh. Akang di sini akan selalu menunggu kamu sembuh. Anak kita menunggu di rumah, Sayang." Malik berkata lirih sembari mengecup bagian wajah istrinya berkali-kali.Lelaki itu berharap mengalirkan banyak kekuatan agar istrinya mau berjuang bersama-sama untuk sembuh. "Kang ... tolong ridhoi, Rina. Ikhlaskan agar jalan pulang neng gak sulit." Wanita itu kembali terpejam untuk memeras air mata. Napas yang kian sesak serasa akan menghilang sebentar lagi. Malik yang panik segera menepuk pelan pipi istrinya. Rina meringis menahan sesuatu yang sangat menyakitkan. "Neng, tahan se

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH SEMBILAN

    "Teh Rina kenapa, Kang?" tanya Elrima. Perempuan itu tengah duduk di kursi tunggu."Keracunan kayaknya, Neng. Soalnya keluar busa dari mulutnya," sahut Malik lesu sambil duduk di samping istri mudanya."Ya Allah, Kang. Kok bisa sampe keracunan dalem rumah. Emangnya makan apa?" cerocos Elrima yang benar-benar syok, kakak madunya bisa sampai terkena racun."Akang juga gak tahu, Neng. Mungkin nanti ditanyain langsung setelah orangnya sadar." Ekspresi Malik semakin muram.Elrima tak tega melihat suaminya berwajah sendu seperti itu. Ingin ia merengkuh Malik dan menenangkan lelaki itu dalam pelukannya. Namun perempuan itu sadar posisi dirinya siapa."Semoga si Teteh gak kenapa-napa ya, Kang. Kasian Dedek Ali," lirih Elrima yang duduk berjarak dua jengkal di kursi tunggu."Semoga, Neng."Keheningan sesaat menguasai keduanya. Mereka terpekur dengan pikiran masing-masing.Saat tak ada obro

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH DELAPAN

    Malik masih tidur siang. Baby Ali sedang di lantai atas diasuh Elrima. Hari minggu Rina menyuruh adik angkatnya itu keluar untuk jalan-jalan, tetapi wanita itu menolak dan memilih membantu menjaga Ali.Tentu Elrima tak mungkin berkeliaran di luar, saat berita yang menyudutkan dirinya masih belum punah dari ingatan netizen. Bisa-bisa ia kembali menjadi sasaran lelaki hidung belang.Membayangkannya saja, Elrima sudah bergidik ketakutan. Ia masih ingat bagaimana sakitnya ditusuk bertubi-tubi menggunakan senjata tajam.Rina yang merasa bosan, mengecek ponsel Malik. Tak ada yang mencurigakan di sana, sebab Elrima dan suaminya belum pernah bertukar pesan. Isi pesan whatsapp hanya seputar pekerjaan, sementara sosial media jarang dibuka si empunya.Rina iseng membuka instagram milik suaminya. Ada akun baru yang mem-f

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH TUJUH

    "Tidak ada!" ketus sang dokter karena merasa dirinya memiliki backing yang lebih kuat dari seorang Malik Al-Faruq."Saya akan menghentikan donasi ke rumah sakit ini dan mencari rumah sakit lain yang lebih profesional," ancam Malik dengan nada dingin. Matanya menyorot tajam kaca mata tebal sang dokter yang kemudian tersenyum mengejek."Silahkan, Pak. Jika sudah basa-basinya, saya permisi harus menjalankan tugas," pungkas lelaki yang dijuluki dokter Rangga itu, lalu berdiri dan hendak keluar ruangannya. Ia meninggalkan Malik yang kemudian menghempaskan punggung di kursi.Malik tak habis pikir, kenapa ada oknum rumah sakit yang menyembunyikan data pasien. Padahal lelaki itu hanya ingin menguburkan Zain dengan layak demi Elrima, kenapa semuanya jadi sulit begini.Kepala lelaki itu rasanya berdenyut mau pecah. Ia memikirkan bagaimana sedihnya Elrima andai tahu kejadian ini, juga tanda tanya yang pasti memenuhi benak Rina. Istri pertaman

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH ENAM

    "Kang Zain itu suami saya, Teh." Akhirnya jawaban paling masuk akal bagi Elrima itu yang meluncur dari bibir tipisnya.Mata Malik melebar tak percaya, seperti ada sesuatu yang meremas jantungnya hingga menyebabkan rasa terkejut yang menyakitkan.Elrima tersenyum canggung ke arah Malik. Ia lantas memasang wajah sendu saat bersirobok dengan kakak madunya.Sekarang Rina paham kenapa Malik memperlakukan Elrima dengan begitu spesial. Mungkin suaminya merasa bersalah karena sudah mencelakai Zain, ditambah sekarang lelaki itu sudah tak ada lagi di dunia ini. Tentu penebus rasa bersalah itu, hanyalah dengan memberikan segala yang terbaik untuk baby sitter-nya sekaligus istri dari korban yang ditabrak suaminya."Gimana ceritanya, kok bisa serba kebetulan gini?" tanya Rina yang ingin semakin diyakinkan jika Elrima dan suaminya tak memiliki hubungan spesial apa-apa."Kami janjian mau pindah kostan yang gak terlalu jauh sama rumah

  • Digerebek di Toilet Masjid   TIGA PULUH LIMA

    "D--dia ...," ucapan Zain terputus napas yang sudah benar-benar hilang dari tubuhnya.Lelaki itu terpejam dengan tubuh yang kian memucat. Malik lantas memegang nadi Zain yang sudah tak berdetak."Innalillahi wa innalillahi rojiun," ucap Malik dengan dada yang bergemuruh hebat. Satu kalipun ia tak pernah menyangka, seorang Zain yang pernah Malik benci, bisa meninggal setelah menyelamatkan nyawa seisi mobil yang dikendarainya."Z--Zain ... Akang ngomong apa? Jangan bercanda, Kang." Elrima berkata dengan suara mencicit seperti tikus. Demi apapun seolah ada yang menyerabut paksa segala rasa yang ada dalam hatinya.Elrima merasakan kaki yang seperti tak berpijak lagi pada bumi. Juga pandangan yang seperti berputar di sekelilingnya. Berita yang teramat menyakitkan itu tak mampu lagi ia tahan, hingga perlahan kesadarannya menghilang bersama dekapan Malik di tubuhnya.Malik segera membopong tubuh Elrima agar segera ditangani tenaga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status