Esok harinya, Eloisa kembali datang menjenguk Susan setelah selesai mengajar. Dia berpikir untuk menunggu di rumah sakit saja sebelum waktu bertemu dengan Viktor.Susan tersenyum saat Eloisa datang. Walau ada yang mengganjal di hati mereka masing-masing, tapi mereka tidak menunjukkannya.Kondisi Susan sudah cukup baik dan dia dijaga ketat oleh polisi. Sidang pertama kasus percobaan pembunuhan yang dia lakukan akan digelar satu minggu lagi, dimana menurut estimasi Dokter, kondisi Susan saat itu sudah cukup stabil untuk mengikuti sidang.Andrew sudah mencoba untuk membantu untuk menunda sidang, namun gagal. Dia tidak bisa melawan perintah atasannya, dimana mereka semua ditekan untuk segera membereskan kasus ini.Mereka ngobrol santai dan Eloisa memberitahu kalau dia akan menikah di hari minggu. Susan tersenyum sambil memberikan doanya, karena dia tahu dia tidak akan bisa menghadiri pernikahan Eloisa.“Semoga kau selalu bahagia dan pernikahanmu langgeng hingga maut memisahkan,” kata Susa
“Sudah. Kau jangan banyak berpikir. Lebih baik kau sekarang istirahat, jangan pikirkan mantan suamimu lagi,” bujuk Andrew yang malah berpikir kalau Susan sangat sedih.Susan menoleh pada Andrew dan kerutan di alisnya semakin dalam saat mendengar perkataan pria itu yang tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan, tidak lama kemudian, kedua alisnya terangkat saat menyadari maksud Andrew dan dia tertawa.“Aku bukannya sedang cemburu!” kata Susan. Sejak dia tahu Eloisa akan menikah dengan pria lain, dia sudah tidak cemburu sama sekali pada Eloisa, karena dia tahu kalau Eloisa sudah tidak memiliki perasaan pada Viktor.“Lalu?” tanya Andrew bingung.“Firasatku tidak enak. Aku sangat mengenal Viktor dan aku yakin dia sudah tahu kalau Eloisa sudah akan menikah. Untuk apa sekarang dia mengajak Eloisa bertemu jika bukan untuk membujuk Eloisa agar membatalkan pernikahannya dengan calon suaminya?” tanya Susan.“Bu Eloisa tetap bisa menolaknya. Mereka sama-sama sudah dewasa, jadi biarkan mereka men
Eloisa berteriak sambil berusaha melepaskan diri, namun tenaga Viktor jauh lebih kuat sehingga tangannya tidak bisa mendorong Viktor, namun kakinya masih bisa bergerak, jadi dia menarik lutunya ke atas dan setelahnya terdengar teriakan Viktor.Viktor berteriak kesakitan. Dia langsung melepas pelukannya pada Eloisa dan memegang alat vitalnya yang baru saja dihajar oleh Eloisa.Eloisa menggunakan kesempatan itu untuk berlari menjauh dan mengambil alat makan pisau dari meja, lalu berdiri di sisi lain meja, memastikan ada meja diantara mereka dan Viktor tidak dapat menangkapnya lagi dengan mudah.Baru kali ini dia bersyukur karena Darren yang sering dengan seenaknya memeluk dan menciumnya. Hal itu membuatnya mencari informasi cara melindungi diri dari serangan pria, salah satunya yang barusan.Padahal, sampai terakhir Darren memaksa memeluknya, dia tidak pernah menggunakan cara barusan untuk melumpuhkan Darren.“Eloisa!” marah Viktor.“Aku akan melakukannya lagi jika kau berani memelukku
Eloisa menarik nafas panjang saat melihat Viktor kembali mendekat dengan sapu tangannya itu. Dia akan berusaha agar tidak bernafas sama sekali dan berpura-pura pingsan nanti. Dia baru akan meminta tolong saat Viktor membawanya keluar dari ruangan ini.KlekKlekKlek KlekTerdengar suara pintu dicoba untuk dibuka dari luar. Eloisa dan Viktor langsung menoleh ke arah pintu. Viktor mengerutkan alis karena heran. Dia sudah membayar restoran ini dan meminta karyawan disini tidak mengganggunya.Jantung Eloisa berdebar kencang dan merasa lega, dalam pikirannya, Darrenlah yang berada di luar itu, sedang berusaha menyelamatkannya.Namun setelahnya, tidak terdapat suara apapun lagi dan Viktor kembali menoleh padanya. Tidak terdengar apapun dari luar karena ruangan ini kedap suara, suara dari luar tidak bisa masuk dan suara di dalam tidak bisa keluar.“Mungkin ada yang salah ruangan,” katanya sambil kembali mendekat pada Eloisa yang langsung menggeleng ketakutan.“Viktor, jangan lakukan ini,” p
Eloisa membersihkan luka di tangan Darren dari kotak P3k yang diberikan oleh pegawai disana, setelahnya, mereka semua pergi meninggalkan Darren dan Eloisa di ruangan itu berdua. Mereka juga tidak berani membersihkan bekas darah di lantai, takut pria tadi mati dan tempat ini akan diperiksa polisi dan mereka akan dituduh menghilangkan bukti.Darren memperhatikan seluruh tubuh Eloisa dan memastikan kalau wanita itu tidak terluka.Setelah lukanya selesai diobati, Darren menarik lembut tangan Eloisa dan mereka jalan bergandengan dan keluar dari restoran itu. Darren lalu memakaikan pelindung kepala dan jaket miliknya pada Eloisa.“Kita langsung menyusul ke rumah sakit saja,” pinta Eloisa.“Aku akan mengantarmu pulang dulu, lalu baru akan ke rumah sakit,” jawab Darren.“Aku ikut. Nanti aku yang akan bicara baik-baik dengan orang tua Viktor,” kata Eloisa. Melihat wajah Viktor yang babak belur, dia khawatir orang tua Viktor akan langsung lapor polisi.“Kau mengkhawatirkannya?” kata Darren memi
“Bu Eloisa, pegangi Darren!” kata Nick sambil berdiri dan Eloisa langsung memegang sebelah tangan Darren dengan kedua tangannya.“Kami juga akan menuntutmu karena restoranmu karena bekerja sama untuk menculik wanita,” Nick balas mengancam.“Silahkan saja. Kau tidak memiliki bukti,” kata Nardi meremehkan. Dia sudah melihat rekaman cctv di ruangan itu dan langsung menyuruh karyawannya menghapusnya, lalu merusak cctv di dalam ruangan itu. Jadi yang akan terlihat di rekaman cctv restorannya hanyalah Darren datang dan mengacau, memukul, lalu mengancam karyawannya untuk bisa masuk ke dalam ruangan VIP.Dia lalu menoleh pada Eloisa yang masih memegangi tangan Darren.“Jadi kau sekarang pacaran dengan brondong?” ejek Nardi. Eloisa meremas tangan Darren dengan keras, memperingatkan Darren agar tidak membuat ribut.“Karena kau sudah datang, kami pulang dulu,” kata Eloisa tidak membalas ejekan Nardi. Dia lalu menarik Darren untuk keluar dari ruangan itu, begitu juga Nick yang langsung mengikuti
Nardi mundur beberapa langkah karena pukulan yang tiba-tiba dilayangkan padanya.“Brengsek!” marah Nardi yang berniat membalas pukulan Nick.“Kurasa kau ingin menemani temanmu dirawat, aku dengan senang hati mewujudkannya,” ancam Nick. Daripada berniat membela kehormatan Eloisa, dia lebih berpikir untuk menyelamatkan pria di depannya ini dari amukan Darren, yang nantinya pasti membuat semua ini akan semakin runyam.Nardi langsung mundur beberapa langkah saat mendengar ancaman itu, foto wajah Viktor yang dikirim pegawainya langsung terbayang di kepalanya.“Kalian manusia barbar. Aku akan menuntutmu!” ancam Nardi.“Beginilah orang pengecut, hanya bisa mengancam,” ejek Nick. keluarganya adalah salah satu orang terkaya di kota ini, bisakah seorang pemilik restoran mengancamnya?Sedangkan Darren, tangannya sekarang masih digenggam erat oleh Eloisa yang khawatir kalau Darren akan memukuli Nardi.“Memang aku tadi mengatakan pada Viktor kalau aku hamil, biarkan dia mengatakan apapun yang dia
Darius sedang duduk di sofa yang ada di ruang kerja Adianto, bersama dengan Rosaline. Darius sudah menceritakan apa yang dia lihat di perjalanan pulangnya tadi, begitu juga dengan hasil pengamatannya terhadap Darren beberapa bulan ini, dan sekarang dia meminta kedua orang tuanya untuk merestui pilihan Darren.Ketiga orang itu diam dengan pikiran masing-masing, hingga pada akhirnya suara Rosaline yang memecah keheningan itu.“Bisakah kita mengalah sekali ini lagi, selama wanita itu belum menikah?” tanya Rosaline penuh harap pada suaminya. Pada akhirnya, yang diinginkan oleh orang tua adalah kebahagiaan anak-anaknya.“Aku tidak bisa menjanjikan hal itu, tapi aku akan memberi mereka kesempatan. Suruh Darren membawa wanita itu dulu, setelahnya baru kita lihat apakah wanita itu layak atau tidak untuk diperjuangkan oleh Darren?” jawab Adianto dengan berat hati.Menurutnya, tidak sepantasnya seorang wanita dekat dengan pria lain saat masih memiliki pasangan, apalagi sudah sampai tahap akan m
“Ya. Ada apa, Pak Andrew?” tanya Eloisa bingung.“Bisakah Anda meminta pada Ibu Rosaline untuk menangguhkan sidang?” tanya Andrew. Belum sempat Eloisa ataupun Darren bicara, Andrew sudah melanjutkan perkataannya.“Kondisi Susan sebenarnya masih belum terlalu baik. Pendarahannya belum benar-benar berhenti, tubuhnya juga sebenarnya belum kuat untuk menjalani berbagai pemeriksaan. Dengan kuasa Bu Rosaline, hukuman pasti akan dijatuhkan dengan cepat, saya khawatir … Susan tidak akan bisa bertahan di dalam penjara. Resiko lukanya akan terbuka lagi dan infeksi sangat tinggi, apalagi luka dalam di rahimnya akibat kecelakaan itu membutuhkan beberapa bulan untuk benar-benar sembuh,” kata Andrew sambil menghela nafas berat. Dia adalah polisi, harusnya dia tidak boleh melakukan hal ini, tapi jika terjadi sesuatu pada Susan di dalam penjara, dia pasti akan hidup dalam penyesalan.“Saya tidak meminta Susan dibebaskan, hanya kalau bisa, tunggu sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk masuk
Eloisa sengaja datang ke kampus di waktu yang mepet dengan jam mengajarnya, agar dia tidak diinterogasi oleh rekan-rekannya lagi perihal pernikahannya kemarin. Jadi, dia masuk ke ruang dosen dan langsung menuju mejanya sambil menyapa sekilas dosen-dosen yang masih berada disana, lalu mengambil perlengkapan mengajarnya dan kembali keluar.Beberapa dosen menertawakan tingkah Eloisa yang terlihat jelas sedang menghindari mereka. Mereka yakin Eloisa juga berada di posisi yang tidak enak karena pernikahan unik ini, hanya saja, hal ini memang sangat sulit untuk dipercayai akal sehat.Mereka melihat sendiri kalau Eloisa dan Darius sudah cukup dekat, tapi tiba-tiba di hari H, yang menikah dengan Eloisa adalah adik Darius, dimana Dariusnya sendiri terkesan cuek dengan hal itu. Hari seninnya, Darius masuk kerja seperti biasa, seakan tidak ada pernikahannya yang gagal terlaksana. Apakah mungkin ada prank untuk hal sepenting sebuah pernikahan?Setelah mengantar Eloisa ke kampus dimana dia tidak d
Selama tiga hari menginap di vila, Eloisa sangat dimanjakan oleh Darren. Mereka tidak seperti pengantin baru yang menghabiskan sepanjang hari di kamar, tapi Darren mengajak Eloisa untuk pergi ke tempat-tempat bagus yang ada di sekitar vila tempat mereka menginap.Darren selama ini tidak pernah berjalan berdua dan menikmati waktu bersama-sama dengan Eloisa, walau hanya untuk makan dan melihat-lihat tempat wisata. Karenanya, dia ingin melakukannya mulai dari sekarang, dia akan membuat banyak momen untuknya dan Eloisa, istilahnya ini seperti pacaran setelah menikah. Mereka berjalan berdua di pinggir danau sambil bergandengan tangan, menikmati makanan khas di pinggir jalan. besonya, Darren mengajak Eloisa ke taman, berjalan sambil memberi makan roti tawar pada burung liar.Eloisa banyak tertawa karena memang Darren adalah orang yang menyenangkan, pria itu bisa membawa suasana menjadi ceria dengan tingkahnya. Darren juga tidak pernah menuntut apapun dari Eloisa, dia malah mendorong Eloisa
Tidak terjadi insiden apapun saat acara pemberkatan pernikahan ini, mulai dari Eloisa yang mengucapkan sumpah pernikahannya dengan baik, sampai dengan penandatanganan surat nikah mereka.Kali ini, Darren juga menjadi anak baik, saat disuruh mencium pengantinnya, dia hanya menempelkan bibirnya sebentar dengan bibir Eloisa, dia tidak melumat bibir Eloisa dengan ganas seperti biasanya.Dia mengerti kalau dia harus menjaga martabat Eloisa yang tinggal setengah itu, agar tidak amblas sampai ke dasar. Dalam hati, dia menyabarkan dirinya. Tenang, setelah ini, Eloisa sudah bebas dia peluk, cium dan yang lainnya semau dia, jadi sekarang saja dia harus menjaga sikap!Ada jamuan makan siang di ruangan lain yang sudah disulap menjadi tempat resepsi kecil-kecilan dan disanalah Eloisa tidak bisa menghindar dari rekan-rekan dosennya yang terus menggodanya dan menjadi reporter dadakan.“Ya ampun, Bu Eloisa, kenapa bisa jadi nikahnya dengan Darren?” tanya salah satu Dosen.“Iya, nih, Bu Eloisa, ternyat
Untuk kesekian kalinya, Eloisa berusaha melepaskan pegangan tangan Darren, dan untuk kesekian kalinya juga gagal. Mereka sudah berada di gereja sejak jam sepuluh, dimana keluarga Hartadi dan keluarga Renata juga sedang dalam perjalanan ke gereja ini, tempat dimana sekarang mereka sedang duduk di ruang tunggu pengantin dan keluarganya, sambil bergandengan tangan sejak lima belas menit yang lalu.Karena pernikahan ini hanya berupa pemberkatan pernikahan saja, dan semua dekorasi dan persiapan sudah dibereskan oleh staf gereja dan Lukas dkk, jadi mereka memang hanya menunggu waktu saja sekarang.“Lepaskan tanganku, Darren,” pinta Eloisa.“Tidak mau,” jawab Darren sambil tersenyum menggoda.“Kenapa juga harus pegangan tangan terus!” keluh Eloisa.“Karena aku tidak boleh memelukmu atau menciummu,” jawab Darren yang membuat Eloisa langsung cemberut, tapi lalu menyerah mencoba menarik tangannya. Sedangkan sebelah tangan Darren masih sibuk mencomot camilan yang disediakan disana, berupa kue-ku
Karena hari masih pagi dan hari ini adalah hari minggu, mobil yang dikendarai Darren tiba di rumah Eloisa dalam waktu setengah jam.Manda terkejut saat melihat Darren yang sudah rapi, di depan rumahnya. Eloisa memang sudah memberitahu kalau Darren sudah menyewa makeup artis untuk mendandani putrinya itu, tapi dia tidak tahu kalau Darren juga akan datang pagi ini, dia pikir mereka akan bertemu di gereja.“Pagi, Bu,” sapa Darren yang lalu memperkenalkan Jane.“Pagi, Darren,” Manda membalas sapaan Darren dan kemudian berkenalan dengan Jane.“Saya mengantar Jane kemari, sekalian membawa pakaian dan barang-barang saya. Ayah ada?” tanya Darren luwes yang membuat Manda kembali takjub saat melihat sebuah koper besar dan sebuah koper kecil, yang dibawa Darren.“Ayah sedang menyirami bonsainya di belakang,” jawab Manda.“Baik. Darren akan mengantar Jane ke kamar Eloisa dulu, nanti baru menyapa Ayah,” kata Darren sopan.“Ya, mari Ibu antar ke kamar Eloisa,” jawab Manda yang lalu menuntun jalan u
Hari yang ditunggu telah tiba. Darren bangun di jam enam pagi dan mandi. Dia dengan semangat menunggu Jane datang ke rumahnya untuk membantunya membereskan wajahnya yang hari ini tampak lebih mengerikan daripada kemarin, padahal dia sudah terus mengompres wajahnya itu sejak semalam.“Selamat pagi semuanya!” seru Darren semangat saat memasuki ruang makan.“Kau sangat bersemangat,” kekeh Rosaline yang sedang menyiapkan sarapan. Adianto sedang duduk dan minum kopi, sedangkan Darius sekarang sedang mandi, tadi dia mengalah dan membiarkan adiknya mandi dulu, sedangkan Donny, dia masih tidur.“Tentu saja. Aku menikah hari ini,” kata Darren riang sambil bersenandung.“Kau yakin ingin menikah dengan wajah seperti itu?” tanya Adianto menggoda putranya dan betul saja, senandung Darren langsung berhenti.“Walau aku masuk rumah sakit, Eloisa tetap harus menikah denganku disana,” kata Darren mengerucutkan bibirnya.“Mama juga, kalau ingin membantuku menikah dengan Eloisa hari ini, mengapa juga mem
Manda dan Anto memperhatikan saat Darren dan Eloisa keluar dari rumah sambil bergandengan tangan, yang katanya masih akan mengurus urusan pernikahan mereka.“Aku merasa seperti sedang bermimpi,” kata Manda dengan mata yang masih memperhatikan Darren yang sekarang sedang membukakan pintu untuk Eloisa.“Mungkin Eloisa memang akan lebih bahagia dengan Darren. Aku bisa melihat kalau Darren memang mencintai Eloisa,” kata Anto yang juga memperhatikan hal manis itu.“Menurutku, Darren sangat bucin pada Eloisa.” kata Manda sambil tertawa bahagia. Dia juga menyadari kalau sepertinya Eloisa memang juga mencintai Darren. Walau sejak tadi Eloisa terlihat agak risih dengan perlakuan manis Darren, tapi dia tidak menghindar saat Darren menunjukkan perhatiannya. Mungkin putrinya itu hanya belum terbiasa dengan sikap Darren yang terlalu jujur dalam menunjukkan perasaannya.Berbeda dengan saat bersama Viktor dulu, baik Eloisa ataupun Viktor selalu menjaga sikap, mereka hanya sesekali bergandengan tanga
“Saya mencintai Eloisa dan Eloisa juga mencintai saya. Jadi, besok sayalah yang akan menikah dengan Eloisa,” kata Darren. Sejak tadi dia sudah memikirkan banyak kalimat manis untuk membujuk kedua calon mertuanya, tapi begitu duduk di depan kedua calon mertuanya, otaknya kosong.“Kenapa langsung ngomong begitu!” omel Eloisa sambil memukul paha Darren karena perkataan frontal pria itu. Sedangkan kedua orang tua Eloisa, masih bengong menatap Darren.“A-apa maksud perkataan, Nak Darren?” tanya Anto yang masih syok. Dia berpikir kalau mungkin dia sudah tua, jadi telinganya salah dengar.“Besok saya yang akan menikah dengan Eloisa, bukan Kak Darius,” kata Darren perlahan sambil menggamit tangan Eloisa yang tadi memukul pahanya. Kedua orang tua itu semakin terbelalak saat melihat tangan Eloisa dan Darren yang menyatu.“Bukan begitu, Ayah, Ibu. Eloisa bisa jelaskan,” kata Eloisa sambil berusaha menarik tangannya dari Darren, yang tentu saja gagal karena Darren malah mengeratkan pegangannya pa