Buset si Dion masih aja pengen balas dendam sama Aryesta dan Al.🥶Tapi kira-kira Aryesta selamat gak ya?🤔
"Ar kamu di mana?" racau Aleandra di sela tidurnya.Sejak kejadian nahaas hilangnya sang istri berserta keluarga perempuan itu dua bulan lalu, kondisi tubuh Aleandra semakin buruk.Bahkan hari ini laki-laki itu sedang berbaring dengan mengigaukan nama istri pertamanya yang hingga saat ini belum dia ketahui. Dari semua orang yang masuk dalam daftar, hanya Aryesta, Kakek Surya, Denia dan Dinda yang belum juga ditemukan tubuh ataupun jasadnya.Karena itulah, Aleandra berhalusinasi jika Aryesta masih hidup entah di mana. Yang sialnya dia lupa memberikan alat pelacak pada sang istri."Aku pikir kamu tidak akan pernah ninggalin aku, Ar. Makanya aku diam saja, dan tidak memiliki niat menanamkan alat pelacak itu padamu," ucap Aleandra pelan yang matanya sudah mulai mengerjap bangun.Refleks tangannya memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing dan mual yang tak tertahankan, bahkan sialnya lagi sekarang dia justru menginginkan mangga muda dengan bumbu rujak."Maaf, Tuan. Tapi Anda baru saja s
Teriakan Tisya tentu saja membuat Aleandra terkejut dan langsung menatap tajam ke arah istri keduanya itu."Apa kamu tidak bisa bicara pelan sedikit, hah!" cerca Aleandra dengan suara yang sudah mulai bertenaga, tak selemah sebelumnya. "Dan kenapa kamu meneriaki nama istri pertamaku?"Kebingungan Aleandra menarik atensi Tisya yang tubuhnya bergetar, bahkan keringat dingin sudah mulai bermunculan di dahi putih Tisya, yang wajahnya menyiratkan sebuah kecemasan."Tisya? Bilang padaku, ada apa!" tuntut Aleandra yang tak sabar menunggu. "Dan kenapa juga kamu seperti habis melihat hantu? Apa ada sesuatu di dalam ponselmu?" Aleandra tentu menatap tangan gemetar Tisya yang masih menggenggam erat ponselnya.Dengan berat Tisya menelan salivanya susah payah, kemudian menyodorkan ponsel miliknya kepada sang suami, yang kini mengangkat alisnya penuh keheranan.Paham suaminya masih bingung dengan rasa terkejut dan teriakannya, Tisya pun akhirnya bersuara, "Mas buka saja pesan yang dikirimkan seseora
"Jadi menurut kamu, istriku ada di London?" tanya Aleandra yang merasa sedikit lega, karena setidaknya tahu di mana istrinya berada saat ini.Adam pun mengangguk, "Harusnya memang ada di sana. Mungkin ada musuhmu yang tinggal di London? Atau adakah orang yang punya potensi melakukan semua kegilaan itu pada kalian?" Adam sedikit bingung, kenapa pelaku menyekap Aryesta di London."Bukankah pesawat kecelakaan? Jadi kemungkinan istri Anda pindah pesawat, atau mungkin terbang menggunakan pesawat jet pribadi." Celetukan Adam membuat Aleandra berpikir keras."Pesawat pribadi? Aku juga bingung, sih. Tapi kalau pesawat pribadi, siapa pula yang berani nyekap dia?" beo Aleandra dengan kening sedikit berkerut. "Karena harusnya dia dalam penjagaan keluarganya, kan?"Benar juga. Sangat tidak mungkin Aryesta lepas pengawasan dari para bodyguard yang disiapkan oleh Derren, kan? Jadi, siapa pelaku yang bisa dengan mudah menyekap Aryesta saat ini?Mencoba mencari benang merahnya yang belum bisa terurai.
Dua bulan yang lalu, tepatnya saat Aryesta mendapatkan telepon dari Derren yang mengatakan jika papanya telah sadar dari komanya, membuat Aryesta panik bukan main.Bahkan Aryesta meninggalkan ponsel dan dompetnya, saat terdengar klakson mobil dari luar rumah keluarga suaminya itu.Tanpa banyak berpikir, Aryesta langsung berlarian dan tiba di depan gerbang, melihat Denia yang turun dari mobil menyambut kedatangannya."Ayo cepat, Ar. Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi," saran Denia yang membuat Aryesta bergerak cepat masuk ke dalam mobil.Sementara itu di dalam rumah ada seseorang yang melihat setiap gerak-gerik Aryesta yang memasuki sebuah mobil. Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah Ranti, yang langsung menghubungi ajudan Dion untuk mengantarkan info terbaru tersebut."Sepertinya mereka akan pergi dengan pesawat yang sudah kita siapkan. Jadi, cepat ikuti mobil mereka. Dan pastikan jika mereka benar-benar masuk ke dalam pesawat yang sudah kita sabotase sebelumnya," titah Ranti y
Kembali ke masa kini, Aryesta sedang meremas gaun pengantinnya. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin, lalu satu tetes air mata jatuh ke pipi, hingga membuat sosok di sebelahnya menoleh, menatap calon istrinya ini.Ya, calon istri karena saat ini keduanya akan melakukan foto prewedding di tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata di London.Ada kerutan tak suka pada dahi laki-laki yang sudah memakai tuxedo navy, selaras dengan gaun yang dikenakan oleh Aryesta pada petang ini."Kenapa kamu menangis? Apakah kamu mau berubah pikiran? Atau kamu mau kabur dari pesta pernikahan kita lusa, Ar?" Pertanyaan itu membuat Aryesta semakin mengeratkan remasan pada gaunnya, lalu menggelengkan kepalanya lemah, pertanda jika dirinya merasa tak berdaya saat ini.Aryesta membalikan tubuhnya, kini mereka berdua saling berhadapan dengan tatapan mata yang saling bertolakbelakang.Jika Aryesta memandang melas penuh permohonan, maka laki-laki di hadapannya justru memandang penuh ambisi juga obsesi ya
Aryesta menunggu dengan sabar. Dilihatnya Derren sedang menghela napas, kala mendengar permintaan adik sepupu yang akan dia nikahi lusa itu. Bahkan Derren sama sekali tak mengindahkan aturan pernikahan yang seharusnya. Ya, Derren tahu jika pun Aryesta telah sah bercerai dengan Aleandra, tetapi ada massa idah, sekiranya hingga bayi yang ada di dalam kandungan Aryesta lahir, dan Derren dengan egoisnya menabrak aturan itu. Lagipula perceraian saat hamil tetap sah, itu yang paling penting untuk Derren. Karena yang harus dia tunggu hanya massa idah saja.Tak ada kata menunggu di kamusnya. Entahlah, Derren takut kehilangan kesempatan untuk memiliki Aryesta jika terlalu lama ditunda. Apalagi melihat Aleandra yang hanya diam entah melakukan apa di Indonesia, sehingga sampai detik ini belum juga menjemput atau mencari Aryesta ke London.Derren menatap wajah muram Aryesta pun akhirnya menganggukkan kepala, dan memberikan izin padanya untuk menghubungi Aleandra.Aryesta senang bukan main pun lan
"Aku tidak mau, Mas! Aku bahkan tidak kenal laki-laki yang kamu maksud itu!" tolak Tisya yang menentang permintaan suaminya ini.Mendengar penolakan itu, tentu saja membuat Aleandra mendengkus kesal lalu menjawab, "Ya, terserah akulah. Aku juga tidak mungkin menikah denganmu selamanya. Pokoknya malam ini kita ke London. Setuju atau enggak, ya bodo amat. Aku tidak peduli!""Dasar suami sialan!" umpat Tisya di dalam hatinya, ketika laki-laki itu mengucapakan kalimat tersebut dengan entengnya.Aleandra benar-benar kurang ajar. Setidaknya itulah yang ada dalam pikiran Tisya. Dia tak pernah bermimpi akan mengalami kejadian pahit seperti ini. Padahal dia hanya mencintai laki-laki itu dengan tulus, tetapi balasan dari cintanya berkahir menyedihkan.Apa katanya tadi? Aleandra akan menjual dirinya pada Derren? Laki-laki yang Tisya ketahui merupakan Kakak sepupu dari madunya. Walau tak pernah bertemu langsung dengannya, dan tak tahu apakah dia tampan atau tidak. Namun, Tisya jelas tak mau meneri
"Sialan! Awas saja kalau aku sudah sampai di sana. Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi, Ar," geram Aleandra dengan suara berdesis saking kesalnya.Sementara itu, perempuan yang tak kalah kesal di seberang tempatnya duduk berceletuk, "Kamu sekarang percaya kan, kalau karma atau hukum tabur tuai itu ada?"Suara ejekan dari seseorang membuat Aleandra mendelik sinis ke arah Tisya, yang tengah bersantai di kursi sebelah."Tunggu saja pembalasanku, Tisya! Kamu bahkan tidak tahu siapa itu Derren Rynegan, kan? Ah, aku tidak sabar mendengar kabar buruk yang akan kamu alami nanti ketika berada di dalam genggamannya." Kali ini Aleandra yang meledek, meski penampilannya sangat kacau, karena lagi-lagi tubuhnya drop.Dan entah kenapa Tisya merasa sangat ketakutan dengan ancaman yang Aleandra ucapkan barusan. Apakah itu benar-benar akan terjadi pada dirinya? Mungkinkah Derren semengerikan itu?Spontan Tisya menggelengkan kepalanya tak percaya, lalu menjawab, "Kamu jangan coba menakut-nakutiku, Mas
Suara bel terdengar, membuat Aleandra menoleh ke arah Adam, yang sedari tadi hanya menyimak di pojok sofa. Mengerti tatapan bertanya bos-nya, Adam pun langsung paham dan bangkit, membuka pintu. "Kalian berdua?"Pertanyaan tersebut membuat Aleandra bangkit, melihat siapa gerangan yang berada di pintu masuk unit-nya. Setelah melihat siapa gerangan tamu yang baru saja datang, Aleandra langsung bergegas dan menarik salah satu lengan perempuan itu. "Kami sudah sepakat, pokoknya besok setelah acara pernikahan mereka, kita akan langsung pulang ke Indonesia, bareng papamu juga, Ar," ucap Aleandra dengan binar bahagia di matanya. "Tapi, Mas. Kamu enggak bercanda, kan?" Aryesta bertanya, perihal keputusan laki-laki itu tadi di telepon. Tentu saja, Aleandra menganggukkan kepalanya dan langsung membawa Aryesta ke dalam kamarnya. Meninggalkan tiga orang lainnya yang berada di dalam ruang tamu itu. Melihat bos-nya sudah memasuki kamar, Adam pun ikut beranjak. Bukan ke kamar, tetapi ke dapur,
"Halo, Mas? Kenapa?"Pertanyaan Tisya dibalut rasa takut. Takut jika laki-laki itu akan membuangnya. Takut jika semua kekhawatirannya benar-benar terjadi.Sama halnya dengan Aryesta, yang saat ini dadanya berdebar kencang, menunggu apalagi yang akan suaminya putuskan.Entah kenapa, Aryesta cemas. Mencemaskan pilihan Aleandra, yang sering tak terduga seperti sebelumnya.Bahkan Aryesta tak pernah berpikir sebelumnya, jika dia akan dimadu oleh Aleandra dengan Tisya. Untuk itulah, ada ketakukan tersendiri yang dia rasakan.Kedua tangan Aryesta meremat gaun hamilnya di atas paha. Duduk dengan tegang, menunggu kelanjutan informasi dari suaminya.Tak berbeda jauh dengan Tisya, kini dia menelan ludahnya susah payah. Menanti keputusan.Sementara itu, di seberang telepon sana Aleandra menarik napasnya sangat dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan."Dengan kesadaran penuh, aku Aleandra menjatuhkan talak 3 padamu Tisya Rhani binti Denrik, tanpa amarah dan tanpa paksaan!"Deg!Kedua jantun
"Tolong jelaskan apa maksud kamu, Aryesta, " pinta Tisya yang masih merasa kebingungan itu.Aryesta pun menarik napas panjang, lalu menyandarkan punggung pada kursi. Menatap sekitar sejenak."Aku tahu, Kak Derren tidak akan melepaskanmu. Dan mungkin saja Kak Derren mengabaikan dirimu nantinya," kata Aryesta dengan helaan napas berat."Tapi jika Kak Derren main tangan atau berbuat yang tidak-tidak padamu, kamu bisa mengadukannya padaku nanti.""Apa yang akan aku dapatkan, jika nanti aku mengadukan apa yang dia perbuat padaku?" tanya Tisya cepat, "dan keuntungan apa yang aku miliki, jika suatu saat nanti kakak sepupumu itu melakukan KDRT padaku?"Tepat sekali. Aryesta sudah menunggu pertanyaan ini, kemudian perempuan hamil itu pun perlahan menjelaskan semuanya. "Yang pertama aku akan menegurnya.""Aku rasa, menegur laki-laki seperti dia tidak akan ada gunanya, Aryesta, " sela Tisya, yang merasa poin pertama tidak menguntungkannya sama sekali.Aryesta yang mendengar itu, hanya tersenyum
Masih teringat jelas apa yang baru saja Aryesta katakan padanya di sambungan telepon, yang diputus sepihak oleh istrinya itu."Sialan! Apa yang harus aku lakukan sekarang," geram Aleandra di tengah kondisi tubuhnya yang selalu saja lemah.Ya Tuhan, Aleandra rindu pelukan hangat sang istri, dan dia juga rindu pada kondisi fisiknya yang selalu prima jika di dekat perempuan tercintanya itu.Namun, kali ini dirinya berada di sebuah pilihan paling sulit. Membuatnya mengeraskan rahang, saking kesalnya pada kesepakatan yang Aryesta berikan tadi.Kegelisahan Aleandra tentu saja membuat Adam sang sekretaris pribadi menggelengkan kepalanya, tak habis pikir."Ini yang membuatku malas menikah, Al."Ucapan Adam membuat Aleandra mendengkus dan menatap tajam ke arah sahabatnya itu."Melihat kehidupan rumah tanggamu yang seperti ini, membuatku semakin yakin untuk tidak menikah," cetus Adam dengan pandangan kosong, yang sialnya, matanya tiba-tiba menyipit, saat bayangan wajah cantik Dinda terbayang di
"Sebenernya aku itu sakit hati karena ditalak sama Mas Al tadi pagi di bandara. Tapi melihat kamu yang tidak peduli pada suamimu, kayakanya aku ada harapan untuk kembali bersamanya lagi."Entah kenapa, tiba-tiba dada Aryesta seolah terbakar, hanya karena mendengar kalimat menantang dari Tisya barusan.Matanya menatap tajam ke arah Tisya yang masih santai, meski Aryesta tahu ada kepedihan besar di dalam tatapan sendu Tisya.Mengingat semua hal yang menimpa Tisya, tentu saja Aryesta merasa prihatin dan tak bisa sepenuhnya membenci perempuan itu, karena ternyata semua yang menimpa ibunya adalah andil darinya juga, yang terlalu pembangkang kala itu.Membuat papa dari Tisya mengalami tekanan berat dalam hidupnya, sampai berujung mengakhiri hidupnya. Yang dilanjutkan dengan dendam kesumat ibunya Tisya.Namun, satu yang harus Aryesta garis bawahi, jika saja keluarganya bisa lebih peka terhadap keadaan ibunya yang sakit waktu itu, dan menyadari meminum obat yang salah, tentunya sang ibu tak mu
"Tidak mungkin," lirih Aryesta, yang bahunya langsung melemas saat mendengar pengakuan tak terduga dari mantan madunya ini.Sementara itu, Tiysa yang tak bisa berbohong pun hanya mampu menghela napasnya saja, karena sungguh demi apa pun, Tisya sangat bingung harus bagaimana sekarang.Terlebih Tisya tahu jika Aryesta pasti akan membencinya atau bahkan melaporkannya ke pihak berwajib, karena selama ini dia diam saja setelah tahu kebenarannya.Akan tetapi, Tisya tak punya pilihan selain diam. Dan sekarang Tisya tak mau lagi menutupinya. Karena itulah Tisya memutuskan untuk menceritakan semuanya sekarang.Satu tarikan napas Tisya ambil, lalu dia keluarkan, seblum akhirnya berkata, "Aku akan menjelaskan semuanya. Dan mengenai keputusanmu, aku tidak peduli lagi, meskipun nantinya kamu akan melaporkanku pada polisi."Sejenak dibalut rasa syok, Aryesta akhirnya mengalihkan perhatian dari keterkejutannya ke arah Tisya.Melihat jika lawan bicaranya sudah mulai menyimak penjelasan, Tisya pun akhi
"Aku tidak setuju kamu menikah dengan laki-laki sialan itu!" putus Aleandra pada Tisya yang terlihat sedikit ketakutan.Apalagi, Tisya mengingat jika laki-laki bernama Derren Rynegan itu sangat misterius, dan belum tahu sifat-sifatnya.Padahal, Tisya sudah sangat senang ketika dirinya hendak dijual kepada Derren saat di dalam pesawat. Tetapi sekarang, entah kenapa tiba-tiba hatinya menolak.Lebih tepatnya, saat Tisya melihat Derren yang memukuli Aleandra, dan tatapan tajam laki-laki itu padanya, yang membuat bulu kuduknya berdiri.Entah perasaan apa, tetapi yang jelas Tisya merasakan hawa negatif ketika berinteraksi bersama Derren tadi. Ya, meksipun Tisya hanya menampar dan membentaknya. Namun, dapat Tisya rasakan, jika Derren terlihat sangat berbahaya.Dengan gugup Tisya menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau ditukar dengan laki-laki itu, Mas!"Sungguh, demi apa pun, Tisya sangat ketakutan. Akan tetapi, Aleandra hanya mengangkat kedua bahunya lalu menjawab, "Aku juga tidak akan menuk
"Oh iya, Ar. Bukannya kamu harus ketemu sama calon kakak iparmu malam ini, ya?" Derren justru mengalihkan pembicaraan, karena tak berani mengatakan yang sebenarnya pada mereka.Aryesta tentu saja menatapnya dengan perasaan bingung pun bertanya, "Tapi kan aku janjiannya malam, Kak. Jadi enggak usah sekarang bangetlah.""Kalau malam takutnya kemalaman pulangnya. Lagi pula kamu sedang hamil, tidak baik pergi malam-malam, Ar," saran Derren yang terkesan perhatian, tetapi sesungguhnya Aryesta tahu bahwa kakak sepupunya itu hanya berusaha mengusir dirinya dari sana.Aryesta menggelengkan kepala, lalu bangkit dari sofa, "Aku juga perginya bareng 4 bodyguard, Kak. Jadi enggak usah terlalu berlebihan, oke? Aku juga capek mau istirahat dulu, Kak."Ya, tubuh Aryesta terasa sangat lemah sekarang, apalagi setelah kehamilannya, lelah itu mudah sekali datang padanya. Dan hal tersebut membuatnya jengkel bukan main.Padahal Aryesta sangat ingin menikmati kota London, tetapi karena kehamilannya, Aryesta
Derren pun tersenyum manis, lalu berkata, "Aku akan menuruti saranmu, Ar."Mendengar jika Kakak sepupunya setuju dengan idenya, tentu saja membuat Aryesta tersenyum lebar. Kemudian memeluk erat tubuh kokoh itu."Aku sangat yakin kalau Kakak enggak akan menyesal menikah dengannya. Tapi sebelum itu, aku ingin menemuinya dan bicara dari hati ke hati. Boleh, kan? Mungkin malam ini?" tanya Aryesta pada Derren yang diam saja.Karena Derren terdiam, akhirnya Aryesta melepas pelukannya dan menatap wajah rupawan laki-laki itu yang terlihat seperti tengah berpikir.Karena terlalu ingin tahu, akhirnya Aryesta pun kembali bertanya, "Apakah ada sesuatu yang mengganjal, hm?"Tatapan penuh perhatian Aryesta membuat kesadaran Derren kembali, lalu membuang napas sejenak, "Apakah kamu tidak bisa bercerai dari suamimu, dan kita tetap menikah besok?"Entah kenapa, di dalam hati Derren masih sangat berharap jika Aryesta bisa benar-benar menikah dengannya. Dan pertanyaan Derren membuat Aryesta menghela napa