Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (23)Fakta Mencengangkan (2)Sebelumnya, aku tak pernah ingin tahu bahkan mengulik urusan pribadi orang lain. Tapi kini, aku benar-benar penasaran mengapa orang seperti Mas Galih dan keluarganya tidak mengetahui bagaimana wajah asli wanita pilihan mereka itu. Dari cerita Melda, aku akhirnya tahu bahwa Soraya adalah 'gadis rusak' dari semenjak sekolah menengah atas. Beberapa kali dia pindah sekolah karena orang tuanya yang tak kuat menanggung malu akibat tingkah liar putri mereka. Orang tua Soraya adalah orang terpandang yang ayahnya menjabat staf pemerintah kabupaten tempatku tinggal. Ibunya menuruni bisnis hotel keluarga milik kakek dan nenek Soraya. Memang jika dibandingkan denganku yang hanya anak pemilik toko kecil di sudut pasar, tentu tidak berarti apa-apa. Tapi kini, aku tak akan membiarkan wanita itu menginjak-injak harga diriku. Fakta bahwa moralnya tak lebih baik dariku membuatku yakin bahwa Mas Galih dan keluarganya akan kehilangan m
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 24 ) Perdebatan (1)[ Vinda, Bapak akan ke rumahmu sore nanti. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini bersama, dengan kepala dingin ] Kembali pesan masuk ke gawaiku melalui aplikasi hijau. Kali ini bukan dari Mas Galih, melainkan dari Pak Tanu, mantan bapak mertuaku. Baiklah. Mulutku sudah gatal untuk mengoyak sifat sombongmu yang sangat kuat, Pak. ***Kulipat mukena setelah selesai sholat ashar di mushola kecil di sudut restoranku. Aku sudah berkata pada Putri akan pulang lebih awal hari ini. Putri yang sudah tahu mengenai urusan runyamku dengan keluarga mantan suami langsung sigap kutugasi menghandle urusan restoran hingga tutup jam sembilan malam nanti. Aku sudah memberitahu perihal kedatangan mantan bapak mertuaku pada ayah dan ibu. Sudah kujelaskan pula keinginan pihak Mas Galih mengenai Zoya. Kulihat ayah yang biasa mampu meredam emosi, tadi pagi terlihat sangat marah. Gurat-gurat di wajahnya bahkan terlihat sangat jelas. Kutepikan moto
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (25)Perdebatan (2)Kulihat kedua orang tua Mas Galih duduk berhadapan dengan ayahku. Sedangkan ibu bermain dengan Zoya yang tak henti-hentinya berjalan kesana kemari. Kulihat dua buah kardus pizza ukuran jumbo tergeletak di atas meja tamu. Kurasa mantan mertuaku sengaja membelikannya untuk cucu mereka. Sayangnya mereka lupa atau bahkan tak tahu anak-anakku alergi dengan sosis yang sering dijadikan toping dalam makanan tersebut. "Siapa yang mengantarmu, Vin?" tanya Bu Mirna. Aku yang baru duduk langsung menjawab pertanyaannya. "Teman, Bu." Jawabanku membuatnya mengangguk tanda mengerti. Tak lama, kulihat Pak Tanu menegakkan punggungnya. Aku bersiap, laki-laki itu pasti akan memulai serangan pertamanya. "Begini, Vin. Maksud kedatangan kami kemari ingin meneruskan pembicaraan tempo hari. Kami harap kamu tak egois dengan menahan Zoya tinggal bersamamu. Ingat, Galih juga orang tuanya. Tolong, lepaskanlah Zoya. Biarkan kami merawatnya. Kami bisa ja
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 26 )Zoya Akan Tetap Bersama Kami (1)"Kalian pikir Zoya barang yang bisa ditukar uang? Tolong, Bapak dan Ibu berpikir selayaknya manusia sebelum mengucap sesuatu hal. Pertanyaan Vinda tadi belum dijawab, mengapa tak kalian minta istri Galih melahirkan anak mereka?" tanya ayah pada mantan mertuaku lagi. Ayah menaikkan suaranya yang menyiratkan kemarahan. Lagipula siapa yang akan tahan menghadapi manusia tak tahu diri seperti mereka? "Apakah Soraya tak mau merawat anak, tak pantas punya anak atau … memang tak mampu punya anak?" Pertanyaan ayah berhasil membuat wajah kedua manusia sombong itu pucat. Bibir mereka bergetar menahan gejolak emosi akibat sindiran itu. "Apakah kali ini kalian salah lagi memilih menantu?" "Apa maksud Anda berkata demikian?" Pak Tanu mengacungkan telunjuknya pada ayah. Terlihat sekali dia amat tersudut dengan pertanyaan ayah tadi. "Selama ini saya diam mengetahui perlakuan kalian berdua terhadap anak saya selama menja
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (27)Zoya Akan Tetap Bersama Kami (2)Suara meja yang digebrak dengan sangat keras tak bisa menggoyahkan mentalku. Pak Tanu sudah tak mampu membendung emosinya lagi. Dadanya naik turun menahan amarah. Aku tersenyum meremehkan. Kepalang tanggung, menghadapi manusia sombong nan serakah tak bisa setengah-setengah. Seluruh pikiran licik harus mampu kutemukan agar tak kalah set. "Bisa-bisanya wanita licik sepertimu pernah membuat anakku tergila-gila! Bedeb*ah kau, Vinda! Bahkan Soraya jauh lebih sempurna dari kamu!" Pak Tanu mengacungkan telunjuknya. Matanya yang berwarna merah menatap garang ke arahku. "Jangan lupa, aku pernah menjadi menantu kalian selama enam tahun. Tentu saja aku sudah khatam belajar licik dari kalian. Dan soal Soraya, jika kalian tetap menekanku untuk memberikan hak asuhku pada kalian, maka aku pastikan Soraya menerima sangsi dari pekerjaannya. Aku punya kartu mati wanita yang kalian katakan baik-baik itu. Seorang guru dituntu
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 28)Tak Mau Ribut (1)Hari ini ada orderan ayam bakar untuk prasmanan acara pernikahan di graha tak jauh dari restoranku. Bu Fatma, kepala sekolah langganan ayam bakarku yang memberikan rekomendasi pada pemilik acara. Kebetulan pemilik acara tersebut adalah orang tua mempelai wanita yang juga rekan guru di tempat beliau memimpin. Biasanya Putri yang kuminta menghandle acara di luar restoran. Tapi kali ini, serangan dismenore yang bisa dia rasakan di awal siklus kewanitaannya membuat gadis cerewet itu absen. [ Bu Bos. Ijin tak berangkat hari ini. Serangan dismenore. Harap maklum. Sekian, Terima kasih ] Aku tergelitik membaca pesannya. Meskipun dia berstatus karyawan, aku memperlakukannya sebagai rekan kerja. Karena sejujurnya bisa apa aku tanpa mereka. Bahkan mereka yang menemaniku dari nol, menunggu pelanggan di awal-awal pembukaan restoran ini. Kemudian bersorak dalam hati saat satu dua orang itu masuk dan memesan makanan andalan kami. Jadi
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (29)Tak Mau Ribut (2)" Sttt… itu si selebritis kita. Arah pintu masuk!" ucap salah seorang yang menemaniku di meja prasmanan. Temannya membidik ke arah pintu masuk dan memandang sepasang manusia itu dengan mencebik. Sepertinya mereka kenal dengan Soraya. "Bilangnya nggak bisa datang, disuruh bantu jaga prasmanan alasan mau ada acara ke luar kota. Nyatanya datang juga ke sini. Alasan saja Bu Soraya, mentang-mentang nggak level jagain makanan kali!" ujar gadis satunya lagi. Aku mendengarkan seksama kalimat mereka tentang Soraya. Jangan-jangan mereka rekan kerja wanita bin*l itu. "Suami hasil maling kok bangga betul, ya. Apa nggak malu gitu. Kamu tau nggak Bu Rina, dengar-dengar mantan istrinya itu diusir dari rumah bawa tiga anak kecil. Bahkan satunya masih bayi waktu itu! Mudah-mudahan kena azab itu nenek sihir." Aku masih menguping pembicaraan mereka. Bahkan mereka tak tahu orang sedang dibicarakan bersisian dengan mereka. Masih banyak lagi y
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 30 ) Merusuh di Rumah Orang (1)"Maaf Bu Fatma. Laki-laki ini hanya bertanya kabar mengenai ketiga anaknya pada saya. Kebetulan dia mantan suami saya, " jawabku dengan lantang. Aku tak mau orang lain menyangka yang tidak-tidak. "Anak? Jadi laki-laki ini mantan suami Anda, dan Bu Soraya itu yang … ," ucap Bu Fatma menggantung. Matanya memindai wajah Mas Galih dan Soraya bergantian. Tiba-tiba wajah Soraya pucat, seolah kebusukannya dikuliti oleh atasannya. Aku tersenyum menang. Betul, Bu. Soraya itu yang datang dan merusak rumah tangga saya hingga porak poranda. Soraya menyeret lengan Mas Galih ke arah pintu. Mereka keluar diiringi tatapan mata kami yang rasanya masih gemas dengan tingkah Soraya. Aku menghembuskan napas penuh kelegaan. "Jaman sekarang pelakor teriak pelakor. Nggak nyangka kalau suami Bu Soraya ternyata mantannya Mbak Vinda. Kok dunia sesempit ini," ucap Bu Fatma sambil mendekat dan mengusap lenganku. Aku tersenyum. Sebagai ses