“Menebus?” Pertanyaan itu terlontar dari mulut Kalea. “Iya, aku akan menebus semua kesalahan-kesalahanku. Kembalilah padaku, Lea. Kamu sudah menikah, dan mudah untukmu bercerai dan kembali padaku. Aku juga akan menceraikan Sandra. Setelah kita berpisah dengan pasangan masing-masing, kita akan hidup bahagia bersama dengan anak-anak kita.” Alby menarik tangan Kalea. Secara agama, Kalea jelas bisa kembali padanya dengan mudah, karena dia sudah menikah. Jadi Alby berharap jika dia dan Kalea bisa bersama lagi. Ide itu terpikir oleh Alby semalam. Penyesalan atas apa yang dilakukan begitu menghantuinya. Hingga akhirnya berpikir untuk menebus kesalahannya. Jalan satu-satunya adalah dengan kembali pada Kalea. Kalea langsung menarik tangannya ketika Alby selesai bicara. “Apa kamu gila memintaku bercerai dan kembali padamu, Mas?” Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang diinginkan Alby.“Lea, aku berjanji akan memperbaiki semua. Kita akan hidup bahagia dengan Kyna seperti dulu lagi.”
Kalea mengeratkan pelukannya. Saat melihat sang suami, dia merasa begitu takut kehilangan. Terlebih lagi suaminya begitu baik sekali padanya. “Aku hanya merindukanmu.” Kalea sengaja berbohong.Mendapati kerinduan yang dirasakan oleh sang istri, tentu saja itu membuat dr. Derran senang. Dia pun memeluk Kalea lebih erat. “Aku hanya pulang malam karena operasi, kamu sudah rindu, bagaimana jika aku pergi lama.” Dr. Derran tertawa melihat sang istri yang manja. “Aku tidak mau kamu pergi. Tidak mau.” Kalea mengeratkan pelukannya, tak mau kehilangan dr. Derran. Air matanya tiba-tiba menangis. Begitu takut kehilangan sang suami. Dr. Derran terkejut mendengar tangis sang istri. Buru-buru dia melepaskan tubuh sang istri yang memeluknya agar dapat melihat wajah sang istri yang menangis. “Sayang, kenapa kamu menangis?” Dr. Derran bingung kenapa sang istri menangis. “Aku tidak mau kehilanganmu.” Kalea sudah seperti anak-anak kehilangan permen.Ada perasaan senang meliputi hati dr. Derran. Ba
Sandra melihat berkas yang diberikan. Ada banyak klausul yang dituliskan oleh Kalea. “Saya akan bacakan agar Anda bisa mengerti.” Gavin menatap Sandra yang tampak masih terkejut membuka berkas yang diberikan. Sandra mengalihkan pada pengacara. “Surat perjanjian damai ini dibuat oleh pihak pertama yaitu Kalea Amanta sebagai syarat untuk memberikan maaf kepada pihak kedua yaitu Sandra Kamania. Pihak pertama akan memaafkan dengan beberapa syarat sebagai berikut. Pertama, pihak kedua diminta untuk berhenti mengganggu pihak kedua dan anaknya dalam bentuk apa pun. Pihak kedua tidak boleh menyakiti pihak pertama dan juga anaknya dengan alasan apa pun. Pihak kedua dilarang berada dalam jarak seratus meter dari pihak pertama dan anaknya. Pihak kedua dilarang untuk memberikan makanan, barang, dan apa pun untuk pihak pertama dan juga anaknya.” Gavin membacakan syarat yang diberikan oleh Kalea. Sandra merasa persyaratan yang diberikan tidak berat. Jadi tidak masalah baginya jika menerima syar
“Jika kamu tidak setuju, aku tidak akan izinkan Mas Alby bertemu Kyna.” Kalea langsung memberikan ancaman pada Alby. Alby mengembuskan napasnya. Ini benar-benar keadaan yang tidak menguntungkan untuknya. Kalea yang membebaskan Sandra, tentu saja membuat Sandra akan tetap menjadi istrinya. Karena tidak ada alasannya untuk bercerai. Jika sudah begini, mau tidak mau dia harus menerima sambil memikirkan bagaimana caranya untuk mendekati Kalea lagi.“Baiklah, aku setuju.” Akhirnya Alby pun menerima perjanjian yang diberikan oleh Kalea. Kalea merasa lega mendengar apa yang Alby katakan. Dengan begini, Kalea akan hidup dengan tenang karena tidak ada gangguan dari Alby lagi. Kalea tidak mau pernikahannya jadi bermasalah karena kedekatan dengan Alby. “Bu Sandra? Apa setuju dengan yang diajukan?” tanya Gavin pada Sandra. “Iya, saya setuju.” Sandra langsung mengangguk. “Ingat Sandra. Jika kamu melanggar perjanjian yang kita buat, aku tidak akan segan-segan melanjutkan kasus ini ke pengadil
Kalea benar-benar bingung sekali kenapa pria itu berani-beraninya menemuinya. Padahal waktu itu mereka sudah sepakat. “Kenapa kamu ke sini?” tanya Kalea. “Aku ke sini—““Bukannya waktu itu kita sudah sepakat jika kamu tidak boleh menemui aku jika tidak ada suamiku?” Belum selesai Alby bicara, Kalea sudah memotong.“Iya, aku tahu itu, tapi dengarkan aku dulu.” Alby sampai memohon karena Kalea tidak mau mendengarkan dirinya. Kalea langsung bungkam. Dia ingin tahu alasan Alby. “Kalau begitu cepat jelaskan!”“Aku ke sini karena ibu. Sejak beberapa hari ibu terus mencarimu. Aku berjanji mengajaknya bertemu denganmu. Karena itu aku menemuimu.” Alby menjelaskan pada Kalea alasannya datang. Kalea langsung mengalihkan pandangan ke arah mobil Alby. Dari luar dia melihat Bu Salma yang duduk di dalam mobil. Melihat itu, Kalea merasa iba. “Apa aku juga harus izin suamimu jika ibu mau menemuimu?” tanya Alby menyindir. Kalea melirik malas pada Alby. Merasa jika Alby sengaja menyindirnya. Menu
Kalea menatap sang suami saat mendapatkan pertanyaan itu. “Aku tidak tahu kenapa dia ke sini.” Kalea pun langsung menggeleng heran. “Selamat lagi, Kyna.” Alby menyapa anaknya. “Papa.” Kyna langsung berlari ke arah papanya. Alby langsung membawa sang anak ke dalam gendongannya. Mendaratkan kecupan di pipinya. “Kyna mau jadi matahari?” tanya Alby. “Iya, Papa. Kyna jadi matahari.” Alby begitu semringah sekali. “Ayo, kita berangkat.” Dengan segera Alby mengajak Kyna ke mobilnya. Tanpa memedulikan Kalea dan dr. Derran. “Mas, kenapa main bawa Kyna begitu saja?” Melihat Alby yang membawa anaknya, Kalea langsung melayangkan protesnya.“Aku mau mengantarkan Kyna, jika kamu mau ikut ayo masuk.” Alby dengan entengnya menjawab. Kalea benar-benar kesal sekali. Bagaimana bisa dia berangkat dengan Alby, sedangkan ada sang suami di sini. “Mas, sebaiknya, Kyna berangkat dengan kami saja, nanti kita bisa bertemu di sana.” Kalea merasa jika tidak seharusnya Alby membawa Kyna. “Kyna mau ikut de
Dr. Derran meraih tangan Kalea. Menggenggamnya erat. Dari kaca di atas dasbor Alby melihat kemesraan itu. Rasanya dia tidak rela jika Kalea bermesraan dengan pria lain. Sayangnya, dia tidak bisa berbuat apa-apa mengingatMobil sampai di sekolah Kyna. Kalea, dr. Derran, dan Alby segera turun. Alby dan dr. Derran segera duduk di kursi penonton, sedangkan Kalea memilih menemani Kyna ke belakang panggung. Alby dan dr. Derran melayangkan perangnya, mereka memilih duduk berjauhan. Tak mau dekat-dekat. Walaupun tidak ada yang bicara di antara mereka, tetap saja aura permusuhan terlihat jelas. Kalea asyik menemani sang anak. Saat sang anak sudah bersama guru dan teman-temannya, dia segera bergabung dengan Alby dan juga suaminya. Alby melihat kursi di antara dirinya dan dr. Derran kosong. Dia yakin Kalea akan duduk di sana. Dengan begitu, dia bisa dekat dengan Kalea. Sayangnya, pikiran Alby itu harus sirna, karena dr. Derran tiba-tiba sekali berpindah duduk di kursi kosong itu. Memberikan
Alby hanya menatap malas pada sindiran dr. Derran itu. Sepertinya pria itu tahu jika dirinya berusaha mendekati Kalea. “Ternyata kamu takut juga aku mendekati Kalea.” Alby tertawa. Dr. Derran hanya tersenyum tipis. “Menikah selama bertahun-tahun, tentu saja tidak akan semudah itu melupakan. Aku yakin di hati Kalea masih ada aku di sana.” Alby sengaja memancing dr. Derran. Mendengar apa yang dikatakan Alby, membuat dr. Derran hanya bisa tertawa. “Percaya diri sekali kamu!” “Tentu saja aku percaya diri. Kalea bukan orang yang mudah jatuh cinta. Jadi aku yakin dia belum bisa jatuh cinta dengan cepat denganmu.” Waktu menikahi Kalea, istrinya itu juga tidak langsung jatuh cinta. Butuh waktu lama untuk jatuh cinta. Untuk sesaat, dr. Derran terpancing. Namun, dengan cepat dia mengendalikan diri. “Itu denganmu, tidak denganku. Apalagi aku hadir di saat yang tepat. Saat dia terluka, aku datang mengobati.” Dr. Derran tersenyum. Alby benar-benar kesal sekali. Dr. Derran menang dalam hal
“Menurutmu kita ke mana?” tanya dr. Derran.Dari jalanan yang dilalui, tentu saja dia tahu ke mana arah mobil. Namun, dia memang ingin memastikan saja.Benar saja. Akhirnya mobil berhenti di depan rumah milik dr. Derrran. Sudah tidak tampak pembangunan sama sekali di rumah tersebut.“Apa sudah jadi?” tanya Kalea menatap sang suami.“Ayo kita lihat saja.”Kalea segera turun sambil menggendong Davi, sedangkan Kyna tampak asyik berjalan bersama dengan sang daddy.Mereka masuk bersama. Saat masuk pekarangan, Kalea dibuat terkejut karena fasad depan benar-benar berubah sekali. Ternyata tidak hanya bagian dalam saja, tapi bagian depan juga yang dirubah. Dindingnya berwarna putih dengan aksen kayu di beberapa sudut, atapnya berwarna abu-abu gelap, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Di depan rumah, ada taman kecil yang dipenuhi bunga berwarna-warni—mawar, melati, dan beberapa tanaman hijau yang tumbuh subur. Sebuah bangku taman berwarna cokelat
Alby mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Tampak dr. Derran berjalan dengan langkah pasti-menghampiri.“Apa yang terjadi karena Tuhan ingin kamu sadar akan apa yang sudah kamu lakukan. Sehingga ke depan kamu tidak akan melakukan kesalahan lagi.” Dr. Derran kembali melanjutkan ucapannya.Senyum tipis menghiasi wajah Alby. Dr. Derran adalah lelaki yang bijak. Maka memang pantas Kalea mendapatkan pria itu.“Fokuslah pada keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman.” Dr. Derran menepuk bahu Alby. “Anak-anakmu adalah keluargamu. Jadi jagalah mereka dengan sepenuh hati.”Alby mengalihkan pandangan ke arah Kyna dan Alysa yang berada di stroller. Dua anaknya adalah hal berharga untuknya.“Kamu memang harus fokus pada anakmu yang sakit, tapi bukan berarti kamu melupakan anak pertamamu. Bagilah kasih sayangmu. Jangan sampai kamu kehilangan seperti dulu kamu kehilangan banyak hal di hidupmu.”Kata-kata yang diucapkan dr. Derran memang ada benarnya. Memang seharusnya Alby membagi w
“Mama.” Kyna langsung memegangi baju Kalea.Kalea tahu persis jika anaknya takut, karena itu dia berusaha untuk menenangkan. “Tidak apa-apa.”Alby yang berjalan sambil mendorong stroller pun langsung menghampiri Kalea dan Kyna.“Kyna.” Alby memanggil sang anak.Kyna takut saat papanya memanggil.“Kyna, tidak apa-apa.” Kalea berusaha meyakinkan sang anak.Kyna yang awalnya takut, akhirnya maju untuk menghampiri sang papa. Alby segera merentangkan tangan menyambut sang anak yang sedang menghampiri.Sebuah pelukan diberikan Alby pada Kyna. Kerinduan yang terpendam saat Alby memeluk anaknya. Rasa bahagia menyelimuti karena dapat melepaskan kerinduan pada anaknya.Kyna merasakan kehangatan sang papa, karena dia cukup lama tidak bertemu dengan papanya.“Kyna, apa kabar?” Alby melepaskan pelukan dan menatap sang anak.“Kyna baik Papa.”Alby membelai lembut wajah Kyna. Merasa benar-benar sedih sudah mengabaikan anaknya cukup lama. Selama ini Alby sibuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Haru
Seminggu sudah dr. Derran tidak bekerja. Dia memilih fokus untuk menjaga anaknya. Pagi ini dia mulai praktik lagi. Sengaja dr. Derran berangkat pagi-pagi, karena ada yang ingin dilakukannya.Rumah sakit masih terlihat sepi. Perawat juga baru datang beberapa. Dr. Derran segera ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang keluar dari ruangannya.“Kamu sudah apa, Olda?” tanya dr. Derran.Olda yang baru saja keluar dari ruangan dr. Derran seketika panik. Seperti maling yang ketahuan mencuri.“Saya hanya merapikan ruangan dr Derran.” Olda memberanikan diri untuk menjawab.Dr. Derran menatap dengan penuh curiga. Masih belum yakin jika Olda benar-benar merapikan ruangannya. Dengan segera, dia membuka pintu. Dilihatnya bunga segar terdapat di vas yang berada di atas meja.“Kamu yang menaruh bunga itu?” tanya dr. Derran penuh selidik.“Iya, Dok.” Olda tidak bisa mengalak lagi.Bunga yang terdapat di atas meja sama persis dengan yang ada di mejanya beberapa waktu lalu. Pik
“Dr. Derran.” Mayra yang melihat dr. Derran memanggilnya, karena ini masih di lingkungan rumah sakit, tentu saja Mayra harus sopan.Dr. Derran menghentikan langkahnya. Padahal dia berniat ke parkirkan untuk mengambil sesuatu di mobilnya.“Ada apa?” tanya dr. Derran dengan sikap dingin.“Bagaimana keadaan istrimu?” tanya Mayra penasaran.“Dia sudah melahirkan. Bayi kami selamat.”“Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Mayra kemarin harus pulang karena ada urusan, karena itu dia langsung meninggalkan Kalea setelah wanita itu dirawat.Saat bersama Mayra, dr. Derran teringat akan sesuatu. “Aku sudah dengar cerita dari Kalea. Maaf jika aku menuduhmu ingin mendekati aku.”“Tidak masalah. Yang terpenting masalahnya sudah diluruskan.” Mayra ikut senang jika ternyata semua sudah tidak ada kesalahpahaman. “Apa kamu sudah menemukan siapa pelakukanya?” tanyanya penasaran.“Belum, aku akan segera mencarinya.”Mayra mengangguk. Itu sudah ranah dr. Derran. Jadi tidak mau ikut campur.Usai berb
“Aku tahu, pasti itu jadi pertanyaan.” Mayra tersenyum. “Waktu itu direktur rumah sakit cabang meminta aku ke rumah sakit pusat. Aku sempat menolak, tetapi dia mengancam akan memecat aku, karena itu aku tetap memilih pindah.”Kalea hanya bisa mengembuskan napasnya kasar.“Jadi dapat atau tidak izin dari Derran, sebenarnya aku tetap akan bekerja di rumah sakit. Aku hanya menghargai dia, karena itu aku berniat meminta izin.”Urusan pekerjaan memang tidak selayaknya dicampur adukkan dengan urusan pribadi. Kalea tahu pasti itu.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Derran sebenarnya, karena aku tahu seberapa salah aku pada Derran, tapi aku butuh pekerjaan.” Mayra menatap Kalea lekat.Kalea pernah dengar cerita dari suaminya jika dia dan Mayra bercerai karena Mayra memilih pria lain. Saat dipindah tugaskan ke rumah sakit cabang, Mayra menjalin hubungan dengan pengusaha di sana. Hingga akhirnya memilih menikah dengan pengusaha itu dan sejak itu mereka mengakhiri semuanya.Ingin rasanya
Mendengar itu Kalea yang sedang memandangi sang anak, segera mengalihkan pandangan ke suaminya.“Tidak. Aku memang kontraksi sejak pagi. Jadi kontraksi yang terjadi murni memang aku sudah mau melahirkan.” Kalea tidak menutupi kejadian sebenarnya. Memang pada kenyataannya, dia sudah merasakan perutnya yang sakit sejak pagi.“Lalu, apa saja yang sudah kamu bicarakan dengan Mayra tadi?” Dr. Derran sangat yakin jika Kalea sempat bicara dengan Mayra, karena operasi tadi cukup lama. Jadi pasti ada waktu yang cukup lama untuk Kalea mengobrol dengan Mayra.“Iya, aku bicara banyak dengan Mayra tadi.”Beberapa jam sebelumnya ....Kalea sampai di restoran. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati pesan dari suaminya. Tentu saja itu membuatnya bingung.“Di sini.” Tepat pada saat kebingungan itu terjadi, Kalea melihat Mayra yang sedang melambaikan tangannya. Memberikan isyarat di mana dirinya berada.Kalea sudah berada di restoran dan melihat Mayra, sayang jika pulang, karena itu dia memutuskan u
Dengan satu dorongan terakhir, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Tangis itu begitu nyaring, begitu hidup, menghapus semua rasa sakit dan ketegangan yang baru saja mereka lalui.“Selamat, Kalea, dr. Derran. Bayi laki-laki yang tampan,” ujar dr. Nana, sambil menyerahkan bayi mungil itu ke pelukan Kalea.Kalea menangis tersedu-sedu saat menyentuh bayi itu untuk pertama kalinya. Tubuh mungil dengan kulit merah dan rambut tipis itu begitu sempurna di matanya. “Ini anak kita,” ucap Kalea dengan suara bergetar.Dr. Derran yang selama ini menahan air mata, akhirnya membiarkannya jatuh. Dia mencium kening Kalea, lalu bayi mereka. “Kamu luar biasa, Sayang. Kamu yang terbaik. Terima kasih sudah memberikan aku hadiah terindah ini.”Dr. Derran menatap bayi itu dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Selamat datang di dunia, anakku. Daddy janji akan selalu ada buat kamu dan Mama.”Saat itu, semua rasa sakit dan ketakutan sirna. Kalea dan dr. Derran saling berpandangan, mengetahui bahwa mereka
Mendengar hal itu, dr. Derran segera berlari ke UGD. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada sang istri.Saat sampai di sana, tak hanya sang istri yang ditemuinya. Ada Mayra juga di sana. Dia yakin jika sang istri dan Mayra sudah bertemu sebelum dirinya datang. Ingin rasanya bertanya, apa yang sudah dilakukan Mayra bersama istrinya. Namun, untuk saat ini tidak seharunya dia bertanya seperti itu. Ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Yaitu sang istri. “Sayang, kamu kenapa?” “Kontraksi yang aku rasakan sudah intens. Jadi aku ke sini.” Dr. Derran tentu kaget, karena sang istri tidak ada omongan sama sekali jika kontraksi. “Sayang, kenapa tidak mengatakan padaku?” Rasanya sebagai suami, dr. Derran merasa jahat. “Aku sudah konsultasi dengan dr. Nana. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Kalea mencoba menenangkan. Mungkin karena ini bukan kehamilan pertama, jadi Kalea tampak tenang. Dr. Derran hanya bisa pasrah ketika sang istri sudah mengambil tindakan itu. Artinya mema