Beberapa hari ini, Kalea naik taksi untuk pergi bekerja dan antar Kyna. Kalea mengantarkan Kyna lebih dulu sebelum pergi ke toko bunga. Rutinitas yang dilakukannya beberapa hari ini. “Kalea, ada yang mencarimu.” Saat sedang asyik bekerja, Kalea merasa heran karena ada yang mencarinya. Padahal dia tidak punya janji.“Baiklah.”Segera Kalea menemui orang yang mencarinya. Saat di lobi, dia melihat Sandra di sana. Alangkah kesalnya Kalea melihat wanita itu. Untuk apa lagi wanita itu datang padanya. “Wah ... ternyata kamu masih di sini.” Sandra menatap dengan tatapan merendahkan.Kalea tahu persis Sandra sedang meledeknya. Namun, dia tidak mau ambil pusing. “Ada apa kamu ke sini?” Kalea tahu persis jika tidak mungkin Sandra tidak datang tanpa punya maksud. “Aku hanya ingin memberitahu kamu jika mobil yang biasa kamu pakai sudah dijual Mas Alby. Jadi bisa dipastikan jika kamu tidak akan mendapatkan harta gono-gini, karena barang-barang yang dibeli denganmu beberapa sudah dijual. Jadi
“Kalea, terima kasih kamu bisa ajak Derran ke sini. Aku berharap dia bisa dekat dengan anak temanku ini.” Mama Arra mengalihkan pandangan ke arah temannya, seolah ingin menunjukkan pada Kalea. “Sama-sama, Tante.” Kalea ragu-ragu menjawab. Sejujurnya ada penyesalan yang besar yang dirasakannya. Namun, mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. “Ra, aku pulang dulu saja. Biar nanti anakmu antar anakku.” Teman Mama Arra pun segera berpamitan.“Baiklah, biarkan anakmu nanti diantar Derran.” Mama Arra langsung setuju. Akhirnya teman Mama Arra pergi. Kini tinggal Mama Arra, Kalea, dan Kyna saja di sana. “Nanti kamu pulang denganku saja.” Mama Arra menatap Kalea yang kebetulan duduk di depannya. “Iya, Tante.” Di tempat yang sama, dan hanya beda kursi, dr. Derran sedang mengobrol dengan Veronika. Sebenarnya dia malas. Namun, mau bagaimana lagi. Dia sudah berada di depan seorang wanita. “Aku dengar kamu seorang dokter kandungan?” Veronika membuka obrolan itu.Dari apa yang ditanyakan Ve
Kelea yang menerima pesan tersebut hanya bisa mengembuskan napasnya. Dia tahu pasti jika dr. Derran pasti kesal dengan apa yang dilakukannya. Namun, mau bagaimana lagi, semua itu sudah terjadi. Jadi Kalea harus menanggung semuanya. “Derran selalu saja begitu. Susah sekali dekat dengan wanita.” Selepas dr. Derran pergi, Mama Arra meluapkan rasa kesalnya itu. Kalea hanya tersenyum tipis sambil mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mama Arra. “Coba kamu bayangkan, mereka tadi baru sebentar bicara. Bagaimana bisa saling kenal jika baru sebentar seperti itu?” Mama Arra masih terus menggerutu. “Harusnya mereka mengobrol lama agar bisa saling dekat.” Mama Kalea benar-benar kesal. “Mungkin ini baru awal, Tante. Nanti juga mereka akan dekat dengan perlahan.” Tak punya pilihan, akhirnya Kalea memilih untuk menenangkan Mama Arra. “Aku berharap begitu. Di perjalanan nanti mereka akan bicara.” Mama Arra hanya bisa berharap jika anaknya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jadi bisa dekat dengan
Apa yang dilakukan dr. Derran itu membuat Kalea membulatkan matanya. Jantungnya berdegup dengan kencang ketik jarak begitu dekat. Sampai-sampai tak bisa menjawab pertanyaan dari dr. Derran itu.Dr. Derran yang niat menggoda Kalea justru tergoda. Pandangannya yang melihat ke arah bibir Kalea, membuatnya tak kuasa untuk mendekat. Perlahan, dr. Derran mengikis jarak wajahnya. Tempat yang dituju adalah bibir manis Kalea.Semakin dr. Derran mendekat, Kalea semakin takut. Hingga dia memejamkan matanya.Saat Kalea memejamkan matanya, dr. Derran tak kuasa menahan diri. Sebuah kecupan pun mendarat. Sayangnya, bukan di bibir. Hanya di dahi.Apa yang dilakukan dr. Derran membuat Kalea langsung membuka matanya. Sambutan pertama yang dilihatnya adalah senyum manis dr. Derran. Kalea pikir dr. Derran akan menciumnya tepat di bibir, tetapi ternyata tidak.Dr. Derran tak mau mencium Kalea dalam situasi ini. Dia mau mencium Kalea dengan situasi romantis. Lagi pula, ada hal penting yang harus diselesai
Apa yang dikatakan dr. Derran itu membuat Mama Arra terkejut. Dia masih tidak percaya dengan yang didengarnya.“Kamu sedang dekat dengan seorang wanita?” tanya Mama Arra memastikan.“Iya.” Dr. Derran mengangguk.“Siapa?” tanya Mama Arra.“Nanti jika waktunya sudah tepat aku akan beritahu, Ma.”“Kenapa harus menunggu waktu tepat? Kenapa tidak dikenalkan sekarang?” Mama Arra merasa begitu penasaran, jadi dia ingin tahu.“Sudahlah, Sayang. Jangan memaksa Derran. Nanti jika Derran sudah siap, maka dia akan mengenalkan pada Kita. Jadi jangan ditanya terus. Yang penting dia sudah punya pacar. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Dr. Dean berusaha untuk menenangkan sang istri.Mama Arra sebenarnya sangat penasaran. Namun, sepertinya sang anak masih belum bisa memberitahu.“Baiklah.” Akhirnya Mama Arra setuju dengan yang dikatakan suaminya.Dr. Derran merasa senang sang papa mendukungnya dan membuat sang mama berhenti mendesak.Sengaja dia melakukan hal itu untuk membuat mamanya berhenti mengena
“Berdasarkan bukti-bukti dan pertimbangan yang telah disampaikan di persidangan, Pengadilan memutuskan mengabulkan gugatan cerai yang diajukan oleh Kalea Amanta. Dengan ini, pengailan menyatakan bahwa ikatan perkawinan antara penggugat dan tergugat telat berakhir. Hak asuh anak diberikan pada Kalea Amanta, dan tergugat diwajibkan memberikan nafkah sebesar tiga juta perbulan.”Saat hasil putusan cerai itu dibacakan, Kalea merasa lega. Akhirnya inilah akhir dari drama panjang pernikahannya.Harta gono-gini yang diberikan Alby ternyata berubah tabungan. Semua aset yang dimiliki berdua dijadikan uang oleh Alby dan disimpan dalam tabungan, yang akan bisa diambil oleh Kyna jika sudah tujuh belas tahun.Kalea cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Alby. Dia pikir, Alby akan mencurangi pembagian harta gono-gini mereka. Masalah hanya bisa diambil Kyna nanti, bagi Kalea tidak masalah. Lagi pula jika pun dia dapat, semua itu hanya akan diberikan pada Kyna.Tidak adanya banding yang diberikan
“Kamu ingat jika kamu pernah diberikan vitamin oleh mantan suamimu?” Dr. Derran mengingatkan Kalea tentang cerita itu.Kalea berusaha untuk mengingat hal itu. “Tapi, tidak mungkin Mas Alby melakukannya.”“Aku juga tidak yakin jika mantan suamimu yang melakukannya. Aku lebih percaya jika istrinya yang melakukannya.”Sejenak Kalea terdiam. Memikirkan bisa jadi Sandra yang melakukan hal ini, karena waktu itu Sandra yang memberikan obat itu. Satu hal lagi yang Kalea ingat, yaitu saat setelah minum vitamin itu, perutnya justru sakit.Menyadari jika yang melakukan semua itu adalah Sandra, membuat Kalea kembali menangis.“Kenapa dia tega melakukan itu semua?” Dia benar-benar tidak menyangka jika Sandra akan sekejam itu.“Tenang.” Dr. Derran berusaha untuk menenangkan Kalea dengan membawa Kalea ke dalam pelukannya.“Kenapa dia begitu kejam? Mengorbankan anak tidak berdosa untuk ambisinya.” Kalea yakin Sandra melakukan itu semua agar dirinya bisa bercerai dari Alby secepatnya. Karena jika anak
Di depan rumah sakit sudah banyak orang. Dr. Derran benar-benar merasa heran apa yang terjadi.“Permisi.” Dr. Derran menerobos kerumunan orang untuk melihat apa yang terjadi.Saat melihat apa yang dilihat oleh orang-orang, kedua bola mata dr. Derran langsung membulat sempurna.Ada beberapa karangan bunga yang terdapat di sana. Tulisan-tulisan yang terdapat di karangan bunga itu benar-benar mencengangkan.Selamat untuk dr. Derran atas usahanya untuk merebut seorang wanita dari suaminya.Selamat untuk dr. Derran karena sudah menjadi pebinor yang hebat.Selamat untuk dr. Derran yang sudah merusak rumah tangga orang lain.Hati-hati untuk ibu hamil di rumah sakit Maxton, kalian bisa tergoda oleh dr. Derran.Untuk para suami, jangan memeriksakan kandungan istri ke dr. Derran jika tidak mau rumah tangga berantakan.Kalimat-kalimat yang tertulis itu sontak membuat dr. Derran keheranan. Bagaimana bisa karangan bunga seperti itu masuk ke rumah sakit.Di belakang dr. Derran, ada dr. Dean dan jug
“Menurutmu kita ke mana?” tanya dr. Derran.Dari jalanan yang dilalui, tentu saja dia tahu ke mana arah mobil. Namun, dia memang ingin memastikan saja.Benar saja. Akhirnya mobil berhenti di depan rumah milik dr. Derrran. Sudah tidak tampak pembangunan sama sekali di rumah tersebut.“Apa sudah jadi?” tanya Kalea menatap sang suami.“Ayo kita lihat saja.”Kalea segera turun sambil menggendong Davi, sedangkan Kyna tampak asyik berjalan bersama dengan sang daddy.Mereka masuk bersama. Saat masuk pekarangan, Kalea dibuat terkejut karena fasad depan benar-benar berubah sekali. Ternyata tidak hanya bagian dalam saja, tapi bagian depan juga yang dirubah. Dindingnya berwarna putih dengan aksen kayu di beberapa sudut, atapnya berwarna abu-abu gelap, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Di depan rumah, ada taman kecil yang dipenuhi bunga berwarna-warni—mawar, melati, dan beberapa tanaman hijau yang tumbuh subur. Sebuah bangku taman berwarna cokelat
Alby mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Tampak dr. Derran berjalan dengan langkah pasti-menghampiri.“Apa yang terjadi karena Tuhan ingin kamu sadar akan apa yang sudah kamu lakukan. Sehingga ke depan kamu tidak akan melakukan kesalahan lagi.” Dr. Derran kembali melanjutkan ucapannya.Senyum tipis menghiasi wajah Alby. Dr. Derran adalah lelaki yang bijak. Maka memang pantas Kalea mendapatkan pria itu.“Fokuslah pada keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman.” Dr. Derran menepuk bahu Alby. “Anak-anakmu adalah keluargamu. Jadi jagalah mereka dengan sepenuh hati.”Alby mengalihkan pandangan ke arah Kyna dan Alysa yang berada di stroller. Dua anaknya adalah hal berharga untuknya.“Kamu memang harus fokus pada anakmu yang sakit, tapi bukan berarti kamu melupakan anak pertamamu. Bagilah kasih sayangmu. Jangan sampai kamu kehilangan seperti dulu kamu kehilangan banyak hal di hidupmu.”Kata-kata yang diucapkan dr. Derran memang ada benarnya. Memang seharusnya Alby membagi w
“Mama.” Kyna langsung memegangi baju Kalea.Kalea tahu persis jika anaknya takut, karena itu dia berusaha untuk menenangkan. “Tidak apa-apa.”Alby yang berjalan sambil mendorong stroller pun langsung menghampiri Kalea dan Kyna.“Kyna.” Alby memanggil sang anak.Kyna takut saat papanya memanggil.“Kyna, tidak apa-apa.” Kalea berusaha meyakinkan sang anak.Kyna yang awalnya takut, akhirnya maju untuk menghampiri sang papa. Alby segera merentangkan tangan menyambut sang anak yang sedang menghampiri.Sebuah pelukan diberikan Alby pada Kyna. Kerinduan yang terpendam saat Alby memeluk anaknya. Rasa bahagia menyelimuti karena dapat melepaskan kerinduan pada anaknya.Kyna merasakan kehangatan sang papa, karena dia cukup lama tidak bertemu dengan papanya.“Kyna, apa kabar?” Alby melepaskan pelukan dan menatap sang anak.“Kyna baik Papa.”Alby membelai lembut wajah Kyna. Merasa benar-benar sedih sudah mengabaikan anaknya cukup lama. Selama ini Alby sibuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Haru
Seminggu sudah dr. Derran tidak bekerja. Dia memilih fokus untuk menjaga anaknya. Pagi ini dia mulai praktik lagi. Sengaja dr. Derran berangkat pagi-pagi, karena ada yang ingin dilakukannya.Rumah sakit masih terlihat sepi. Perawat juga baru datang beberapa. Dr. Derran segera ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang keluar dari ruangannya.“Kamu sudah apa, Olda?” tanya dr. Derran.Olda yang baru saja keluar dari ruangan dr. Derran seketika panik. Seperti maling yang ketahuan mencuri.“Saya hanya merapikan ruangan dr Derran.” Olda memberanikan diri untuk menjawab.Dr. Derran menatap dengan penuh curiga. Masih belum yakin jika Olda benar-benar merapikan ruangannya. Dengan segera, dia membuka pintu. Dilihatnya bunga segar terdapat di vas yang berada di atas meja.“Kamu yang menaruh bunga itu?” tanya dr. Derran penuh selidik.“Iya, Dok.” Olda tidak bisa mengalak lagi.Bunga yang terdapat di atas meja sama persis dengan yang ada di mejanya beberapa waktu lalu. Pik
“Dr. Derran.” Mayra yang melihat dr. Derran memanggilnya, karena ini masih di lingkungan rumah sakit, tentu saja Mayra harus sopan.Dr. Derran menghentikan langkahnya. Padahal dia berniat ke parkirkan untuk mengambil sesuatu di mobilnya.“Ada apa?” tanya dr. Derran dengan sikap dingin.“Bagaimana keadaan istrimu?” tanya Mayra penasaran.“Dia sudah melahirkan. Bayi kami selamat.”“Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Mayra kemarin harus pulang karena ada urusan, karena itu dia langsung meninggalkan Kalea setelah wanita itu dirawat.Saat bersama Mayra, dr. Derran teringat akan sesuatu. “Aku sudah dengar cerita dari Kalea. Maaf jika aku menuduhmu ingin mendekati aku.”“Tidak masalah. Yang terpenting masalahnya sudah diluruskan.” Mayra ikut senang jika ternyata semua sudah tidak ada kesalahpahaman. “Apa kamu sudah menemukan siapa pelakukanya?” tanyanya penasaran.“Belum, aku akan segera mencarinya.”Mayra mengangguk. Itu sudah ranah dr. Derran. Jadi tidak mau ikut campur.Usai berb
“Aku tahu, pasti itu jadi pertanyaan.” Mayra tersenyum. “Waktu itu direktur rumah sakit cabang meminta aku ke rumah sakit pusat. Aku sempat menolak, tetapi dia mengancam akan memecat aku, karena itu aku tetap memilih pindah.”Kalea hanya bisa mengembuskan napasnya kasar.“Jadi dapat atau tidak izin dari Derran, sebenarnya aku tetap akan bekerja di rumah sakit. Aku hanya menghargai dia, karena itu aku berniat meminta izin.”Urusan pekerjaan memang tidak selayaknya dicampur adukkan dengan urusan pribadi. Kalea tahu pasti itu.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Derran sebenarnya, karena aku tahu seberapa salah aku pada Derran, tapi aku butuh pekerjaan.” Mayra menatap Kalea lekat.Kalea pernah dengar cerita dari suaminya jika dia dan Mayra bercerai karena Mayra memilih pria lain. Saat dipindah tugaskan ke rumah sakit cabang, Mayra menjalin hubungan dengan pengusaha di sana. Hingga akhirnya memilih menikah dengan pengusaha itu dan sejak itu mereka mengakhiri semuanya.Ingin rasanya
Mendengar itu Kalea yang sedang memandangi sang anak, segera mengalihkan pandangan ke suaminya.“Tidak. Aku memang kontraksi sejak pagi. Jadi kontraksi yang terjadi murni memang aku sudah mau melahirkan.” Kalea tidak menutupi kejadian sebenarnya. Memang pada kenyataannya, dia sudah merasakan perutnya yang sakit sejak pagi.“Lalu, apa saja yang sudah kamu bicarakan dengan Mayra tadi?” Dr. Derran sangat yakin jika Kalea sempat bicara dengan Mayra, karena operasi tadi cukup lama. Jadi pasti ada waktu yang cukup lama untuk Kalea mengobrol dengan Mayra.“Iya, aku bicara banyak dengan Mayra tadi.”Beberapa jam sebelumnya ....Kalea sampai di restoran. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati pesan dari suaminya. Tentu saja itu membuatnya bingung.“Di sini.” Tepat pada saat kebingungan itu terjadi, Kalea melihat Mayra yang sedang melambaikan tangannya. Memberikan isyarat di mana dirinya berada.Kalea sudah berada di restoran dan melihat Mayra, sayang jika pulang, karena itu dia memutuskan u
Dengan satu dorongan terakhir, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Tangis itu begitu nyaring, begitu hidup, menghapus semua rasa sakit dan ketegangan yang baru saja mereka lalui.“Selamat, Kalea, dr. Derran. Bayi laki-laki yang tampan,” ujar dr. Nana, sambil menyerahkan bayi mungil itu ke pelukan Kalea.Kalea menangis tersedu-sedu saat menyentuh bayi itu untuk pertama kalinya. Tubuh mungil dengan kulit merah dan rambut tipis itu begitu sempurna di matanya. “Ini anak kita,” ucap Kalea dengan suara bergetar.Dr. Derran yang selama ini menahan air mata, akhirnya membiarkannya jatuh. Dia mencium kening Kalea, lalu bayi mereka. “Kamu luar biasa, Sayang. Kamu yang terbaik. Terima kasih sudah memberikan aku hadiah terindah ini.”Dr. Derran menatap bayi itu dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Selamat datang di dunia, anakku. Daddy janji akan selalu ada buat kamu dan Mama.”Saat itu, semua rasa sakit dan ketakutan sirna. Kalea dan dr. Derran saling berpandangan, mengetahui bahwa mereka
Mendengar hal itu, dr. Derran segera berlari ke UGD. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada sang istri.Saat sampai di sana, tak hanya sang istri yang ditemuinya. Ada Mayra juga di sana. Dia yakin jika sang istri dan Mayra sudah bertemu sebelum dirinya datang. Ingin rasanya bertanya, apa yang sudah dilakukan Mayra bersama istrinya. Namun, untuk saat ini tidak seharunya dia bertanya seperti itu. Ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Yaitu sang istri. “Sayang, kamu kenapa?” “Kontraksi yang aku rasakan sudah intens. Jadi aku ke sini.” Dr. Derran tentu kaget, karena sang istri tidak ada omongan sama sekali jika kontraksi. “Sayang, kenapa tidak mengatakan padaku?” Rasanya sebagai suami, dr. Derran merasa jahat. “Aku sudah konsultasi dengan dr. Nana. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Kalea mencoba menenangkan. Mungkin karena ini bukan kehamilan pertama, jadi Kalea tampak tenang. Dr. Derran hanya bisa pasrah ketika sang istri sudah mengambil tindakan itu. Artinya mema