Bersamaan dengan pintu yang dibuka, suara memanggil terdengar. Kalea segera mencari sumber suara karena suara itu terdengar familiar. Alangkah terkejutnya Kalea melihat Kyna tak jauh dari tempatnya berdiri. Tak sendiri Kyna bersama Alby. “Mama.” Kyna berlari menghampiri Kalea. Alby berjalan dengan santai di belakang Kyna. Menghampiri Kalea. Beberapa jam sebelumnya ....Kyna tahu tidak mama mau pergi ke mana?” tanya Alby menatap anaknya yang sedang asyik makan. “Mama bilang mau pergi dengan Daddy Derran.” Mendengar penjelasan anaknya ada perasaan kesal menyelimuti hatinya. Pertama, kesal karena Kyna mengganti panggilan ‘papa’ dengan ‘daddy’ padahal itu sama saja. Kedua, kesal karena mendengar jika Kalea akan pergi dengan suaminya. “Iya, Papa tahu. Maksud Papa, ke mana? Apa Kyna tahu?” Alby berusaha mencari tahu, siapa tahu Kyna tahu. “Emm ....” Kyna tampak berpikir. “Tadi, Daddy Derran bilang ke oma mau ke hotel.” Alby langsung terkejut. Tidak menyangka jika Kalea akan pergi k
Dr. Derran meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk bergabung makan malam. Alby dan Kyna yang masuk ke dalam lebih dulu segera duduk. Kebetulan ada dua kursi di sana. Beberapa saat kemudian pramusaji datang, dr. Derran meminta kursi tambahan lagi dua karena kursi yang ada hanya dua. Pramusaji pun akhirnya segera mengambil kursi yang diminta. Untuk sejenak Kalea dan dr. Derran berdiri. Padahal mereka adalah pemilik acara, tapi harus mengalah dengan Alby dan Kyna.Sejujurnya, Kalea benar-benar merasa tidak enak pada suaminya. Namun, mau bagaimana lagi. Alby yang duduk memerhatikan sekitar. Ruangan begitu indah dengan bunga-bunga. Sepertinya dr. Derran memang sengaja menyiapkan semuanya untuk Kalea. Akhirnya setelah beberapa saat kemudian kursi datang. Dr. Derran dan Kalea segera duduk, bergabung dengan Alby dan juga Kyna. “Bunga-bunganya begitu cantik.” Kalea menatap sang suami setelah melihat dekorasi yang berada di dalam ruangan. “Kamu suka? Aku menyiapkannya semua untuk ka
Sudah jelas pemandangan romantis itu membuat Alby semakin meradang. Terlebih lagi keromantisan itu diberikan pada dua orang yang disayanginya. Namun, karena melihat anaknya yang begitu bahagia, Alby tidak berani mengusiknya. Dr. Derran melihat wajah Alby yang begitu kesal. Alby bisa merusak makan malam romantisnya berdua dengan Kalea, tapi tidak bisa merusak kebahagiaan mereka. Ada banyak cara mengubah kebahagiaan itu.Sejujurnya, dr. Derran sudah membelikan semuanya untuk Kyna juga. Sengaja dilakukan agar besok saat Kyna melihat kalung atau bunga darinya untuk Kalea, dia tidak cemburu. Karena sekarang Kyna di sini, maka dia memberikan sekalian. Dr. Derran segera duduk kembali. Bersamaan dengan dia yang duduk, makanan penutup datang. Mereka menikmati makanan tersebut. “Kyna nanti mau tidur dengan siapa? Dengan Papa atau mama?” Di tengah-tengah makan, Alby memancing Kyna. Berharap Kyna meminta keduanya dan merusak kebahagiaan dr. Derran. Kyna tampak berpikir. Kalea yang mendengar
Pernyataan Kalea membuat dr. Derran langsung mendaratkan bibirnya di bibir sang istri. Menyesapnya manis bibir sang istri. Tangan Kalea yang berada di leher pun menarik lembut leher sang suami dan membuat ciuman semakin dalam. Keduanya larut dalam ciuman tersebut. Saat napas mulai terengah, dr. Derran melepaskan tautan bibir itu. Kemudian menjauhkan wajahnya. “Aku juga mencintaimu.” Kalimat itu keluar dari mulut dr. Derran, sebelum akhirnya mendaratkan ciuman lagi. Kalea menyambut ciuman kembali. Rasa cinta yang membara tentu saja membuat ciuman kali ini berbeda. Malam ini Kalea dan dr. Derran menikmati malam mereka dengan penuh cinta. Saat pertemuan dua tubuh diiringi cinta, sensasinya jadi berbeda. Kepuasan yang didapat pun tak seperti biasanya. Ada rasa bahagia yang meliputi hati seperti kupu-kupu yang sedang menari bersama. ****Kalea bangun lebih dulu. Dilihatnya sang suami yang masih tertidur pulas. Melihat hal itu, Kalea memilih untuk memerhatikan. Sejenak Kalea merasaka
Dari yang dilihat Alby, ini bukan berantakan karena maling. Ini berantakan karena disengaja. Beberapa barang sengaja dilempar. “Sandra!” Alby berteriak memangil Sandra. Sayangnya, wanita itu tidak datang saat dipanggil. Justru asisten rumah tangga yang datang. “Bu Sandra di kamar, Pak.” Asisten rumah tangga mencoba menjelaskan pada Alby. “Ada apa ini? Kenapa semua berantakan?” tanya Alby. “Bu Sandra marah karena Pak Alby tidak pulang.” Asisten rumah tangga menjelaskan pada Alby apa yang terjadi. Kemarin, Sandra marah ketika mengetahui jika Alby tidak pulang. Terlebih lagi ketika dihubungi Alby tidak menjawab panggilan darinya. Mendengar jika Sandra mengamuk, Alby segera mengayunkan langkahnya ke kamar. Melihat keadaan Sandra. Saat masuk ke kamar, Alby melihat kamar juga berantakan. Sama persis dengan yang di luar. Tentu saja itu membuat Alby kesal. Bagaimana bisa rumah seberantakan itu hanya karena dirinya tidak pulang. “Apa yang kamu lakukan?” Alby menatap Sandra ya
Dr. Derran melakukan pekerjaan seperti biasa. Hari ini dia praktik jam sepuluh sampai jam dua. “Pasien terakhir, Dok.” Perawat memberikan data rekam medis dari pasien pada dr. Derran. Dr. Derran segera membaca data rekam medis. Melihat namanya, dr. Derran merasa familiar. “Ibu Sandra Kamania.” Perawat memanggil nama pasien. Pasien segera masuk. Saat masuk, dr. Derran melihat Sandra di sana. Seperti dugaannya, benar jika yang datang adalah Sandra. “Silakan duduk.” Dr. Derran memperlakukan Sandra dengan sopan. Sandra segera menarik kursi di depannya dan segera duduk. “Saya ke sini tidak untuk memeriksakan kandungan.” Sandra tanpa basa-basi langsung mengatakan hal itu. Dr. Derran yang ingin menulis keluhan Sandra pun mengurungkan niatnya. Kemudian menatap Sandra yang berada di depannya. Dia segera memberikan kode pada perawat untuk keluar dari ruangannya.“Lalu, ada apa Anda ke sini?” tanya dr. Derran. “Saya ingin meminta tolong pada Anda dan Kalea untuk tidak mempertemu
“Iya, kami tahu, tapi kami benar-benar sedang acara keluarga. Jadi tidak bisa mengizinkan Kyna bersamamu.” Dr. Derran memberikan pengertian pada Alby. “Jika kamu mau acara keluarga, harusnya kamu berikan saja Kyna padaku. Kenapa juga Kyna harus ikut bersamamu.” Alby meluapkan kekesalannya. Kalea yang mendengar pembicaraan sang suami dan Alby merasa kesal. Dia segera meraih ponsel suaminya. “Mas, Kyna sedang bermain dengan teman-temannya. Jadi kami tidak bisa memberikan Kyna. Lagi pula kamu bisa pergi dengan istrimu dan menghabiskan waktu dengannya. Tidak melulu dengan Kyna.” Kalea berusaha urnuk memberitahu Alby. “Jangan berusaha mengaturku! Berikan saja Kyna padaku. Kamu sudah enam hari bersama, apa tidak bisa memberikan sehari saja untukku!” Suara Alby setengah membentak. Kalea merasa jika Alby benar-benar marah sekali. Namun, saat ini dia tidak bisa memberikan Kyna, karena mertuanya pasti bertanya.“Kamu bisa menjemput Kyna besok pagi. Jadi berhenti membentak!” Dr. Derra
Alby mendorong kursi roda ibunya. Dia menemui Kyna yang sudah menunggu di ruang keluarga. “Kita jalan-jalan.” Alby begitu senang ketika hendak jalan-jalan bersama ibu dan anaknya. Dua orang yang begitu dicintainya. Namun, langkah Alby terhenti ketika melihat Kyna tidak ada di ruang keluarga. “Kyna.” Alby memanggil anaknya itu. Sayangnya, tidak ada jawaban dari Kyna. “Bu, Alby cari Kyna dulu.” Alby menepuk bahu sang ibu. Bu Salma mengangguk. Alby mencari Kyna di dapur. Berpikir mungkin Kyna di sana. Sayangnya, Kyna tidak ada. Alby segera pergi ke kamar Kyna. Sayangnya, anaknya itu juga tidak ada. Karena kamar Kyna tidak terlalu jauh ke kamarnya, langkah Alby langsung diayunkan ke kamarnya. Tampak Sandra sedang tiduran di tempat tidur. “Di mana Kyna?” Pertanyaan itu langsung dilemparkan Alby.“Mana aku tahu.” Dengan entengnya dia menjawab. Mendapati jawaban itu, Alby segera keluar. Dia mencari ke ruang tamu, ke taman depan, ke tempat parkir, dan di dalam mobil. Saya
“Menurutmu kita ke mana?” tanya dr. Derran.Dari jalanan yang dilalui, tentu saja dia tahu ke mana arah mobil. Namun, dia memang ingin memastikan saja.Benar saja. Akhirnya mobil berhenti di depan rumah milik dr. Derrran. Sudah tidak tampak pembangunan sama sekali di rumah tersebut.“Apa sudah jadi?” tanya Kalea menatap sang suami.“Ayo kita lihat saja.”Kalea segera turun sambil menggendong Davi, sedangkan Kyna tampak asyik berjalan bersama dengan sang daddy.Mereka masuk bersama. Saat masuk pekarangan, Kalea dibuat terkejut karena fasad depan benar-benar berubah sekali. Ternyata tidak hanya bagian dalam saja, tapi bagian depan juga yang dirubah. Dindingnya berwarna putih dengan aksen kayu di beberapa sudut, atapnya berwarna abu-abu gelap, dan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Di depan rumah, ada taman kecil yang dipenuhi bunga berwarna-warni—mawar, melati, dan beberapa tanaman hijau yang tumbuh subur. Sebuah bangku taman berwarna cokelat
Alby mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Tampak dr. Derran berjalan dengan langkah pasti-menghampiri.“Apa yang terjadi karena Tuhan ingin kamu sadar akan apa yang sudah kamu lakukan. Sehingga ke depan kamu tidak akan melakukan kesalahan lagi.” Dr. Derran kembali melanjutkan ucapannya.Senyum tipis menghiasi wajah Alby. Dr. Derran adalah lelaki yang bijak. Maka memang pantas Kalea mendapatkan pria itu.“Fokuslah pada keluarga. Karena keluarga adalah tempat ternyaman.” Dr. Derran menepuk bahu Alby. “Anak-anakmu adalah keluargamu. Jadi jagalah mereka dengan sepenuh hati.”Alby mengalihkan pandangan ke arah Kyna dan Alysa yang berada di stroller. Dua anaknya adalah hal berharga untuknya.“Kamu memang harus fokus pada anakmu yang sakit, tapi bukan berarti kamu melupakan anak pertamamu. Bagilah kasih sayangmu. Jangan sampai kamu kehilangan seperti dulu kamu kehilangan banyak hal di hidupmu.”Kata-kata yang diucapkan dr. Derran memang ada benarnya. Memang seharusnya Alby membagi w
“Mama.” Kyna langsung memegangi baju Kalea.Kalea tahu persis jika anaknya takut, karena itu dia berusaha untuk menenangkan. “Tidak apa-apa.”Alby yang berjalan sambil mendorong stroller pun langsung menghampiri Kalea dan Kyna.“Kyna.” Alby memanggil sang anak.Kyna takut saat papanya memanggil.“Kyna, tidak apa-apa.” Kalea berusaha meyakinkan sang anak.Kyna yang awalnya takut, akhirnya maju untuk menghampiri sang papa. Alby segera merentangkan tangan menyambut sang anak yang sedang menghampiri.Sebuah pelukan diberikan Alby pada Kyna. Kerinduan yang terpendam saat Alby memeluk anaknya. Rasa bahagia menyelimuti karena dapat melepaskan kerinduan pada anaknya.Kyna merasakan kehangatan sang papa, karena dia cukup lama tidak bertemu dengan papanya.“Kyna, apa kabar?” Alby melepaskan pelukan dan menatap sang anak.“Kyna baik Papa.”Alby membelai lembut wajah Kyna. Merasa benar-benar sedih sudah mengabaikan anaknya cukup lama. Selama ini Alby sibuk mengurus anaknya yang sedang sakit. Haru
Seminggu sudah dr. Derran tidak bekerja. Dia memilih fokus untuk menjaga anaknya. Pagi ini dia mulai praktik lagi. Sengaja dr. Derran berangkat pagi-pagi, karena ada yang ingin dilakukannya.Rumah sakit masih terlihat sepi. Perawat juga baru datang beberapa. Dr. Derran segera ke ruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang keluar dari ruangannya.“Kamu sudah apa, Olda?” tanya dr. Derran.Olda yang baru saja keluar dari ruangan dr. Derran seketika panik. Seperti maling yang ketahuan mencuri.“Saya hanya merapikan ruangan dr Derran.” Olda memberanikan diri untuk menjawab.Dr. Derran menatap dengan penuh curiga. Masih belum yakin jika Olda benar-benar merapikan ruangannya. Dengan segera, dia membuka pintu. Dilihatnya bunga segar terdapat di vas yang berada di atas meja.“Kamu yang menaruh bunga itu?” tanya dr. Derran penuh selidik.“Iya, Dok.” Olda tidak bisa mengalak lagi.Bunga yang terdapat di atas meja sama persis dengan yang ada di mejanya beberapa waktu lalu. Pik
“Dr. Derran.” Mayra yang melihat dr. Derran memanggilnya, karena ini masih di lingkungan rumah sakit, tentu saja Mayra harus sopan.Dr. Derran menghentikan langkahnya. Padahal dia berniat ke parkirkan untuk mengambil sesuatu di mobilnya.“Ada apa?” tanya dr. Derran dengan sikap dingin.“Bagaimana keadaan istrimu?” tanya Mayra penasaran.“Dia sudah melahirkan. Bayi kami selamat.”“Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Mayra kemarin harus pulang karena ada urusan, karena itu dia langsung meninggalkan Kalea setelah wanita itu dirawat.Saat bersama Mayra, dr. Derran teringat akan sesuatu. “Aku sudah dengar cerita dari Kalea. Maaf jika aku menuduhmu ingin mendekati aku.”“Tidak masalah. Yang terpenting masalahnya sudah diluruskan.” Mayra ikut senang jika ternyata semua sudah tidak ada kesalahpahaman. “Apa kamu sudah menemukan siapa pelakukanya?” tanyanya penasaran.“Belum, aku akan segera mencarinya.”Mayra mengangguk. Itu sudah ranah dr. Derran. Jadi tidak mau ikut campur.Usai berb
“Aku tahu, pasti itu jadi pertanyaan.” Mayra tersenyum. “Waktu itu direktur rumah sakit cabang meminta aku ke rumah sakit pusat. Aku sempat menolak, tetapi dia mengancam akan memecat aku, karena itu aku tetap memilih pindah.”Kalea hanya bisa mengembuskan napasnya kasar.“Jadi dapat atau tidak izin dari Derran, sebenarnya aku tetap akan bekerja di rumah sakit. Aku hanya menghargai dia, karena itu aku berniat meminta izin.”Urusan pekerjaan memang tidak selayaknya dicampur adukkan dengan urusan pribadi. Kalea tahu pasti itu.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan Derran sebenarnya, karena aku tahu seberapa salah aku pada Derran, tapi aku butuh pekerjaan.” Mayra menatap Kalea lekat.Kalea pernah dengar cerita dari suaminya jika dia dan Mayra bercerai karena Mayra memilih pria lain. Saat dipindah tugaskan ke rumah sakit cabang, Mayra menjalin hubungan dengan pengusaha di sana. Hingga akhirnya memilih menikah dengan pengusaha itu dan sejak itu mereka mengakhiri semuanya.Ingin rasanya
Mendengar itu Kalea yang sedang memandangi sang anak, segera mengalihkan pandangan ke suaminya.“Tidak. Aku memang kontraksi sejak pagi. Jadi kontraksi yang terjadi murni memang aku sudah mau melahirkan.” Kalea tidak menutupi kejadian sebenarnya. Memang pada kenyataannya, dia sudah merasakan perutnya yang sakit sejak pagi.“Lalu, apa saja yang sudah kamu bicarakan dengan Mayra tadi?” Dr. Derran sangat yakin jika Kalea sempat bicara dengan Mayra, karena operasi tadi cukup lama. Jadi pasti ada waktu yang cukup lama untuk Kalea mengobrol dengan Mayra.“Iya, aku bicara banyak dengan Mayra tadi.”Beberapa jam sebelumnya ....Kalea sampai di restoran. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati pesan dari suaminya. Tentu saja itu membuatnya bingung.“Di sini.” Tepat pada saat kebingungan itu terjadi, Kalea melihat Mayra yang sedang melambaikan tangannya. Memberikan isyarat di mana dirinya berada.Kalea sudah berada di restoran dan melihat Mayra, sayang jika pulang, karena itu dia memutuskan u
Dengan satu dorongan terakhir, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Tangis itu begitu nyaring, begitu hidup, menghapus semua rasa sakit dan ketegangan yang baru saja mereka lalui.“Selamat, Kalea, dr. Derran. Bayi laki-laki yang tampan,” ujar dr. Nana, sambil menyerahkan bayi mungil itu ke pelukan Kalea.Kalea menangis tersedu-sedu saat menyentuh bayi itu untuk pertama kalinya. Tubuh mungil dengan kulit merah dan rambut tipis itu begitu sempurna di matanya. “Ini anak kita,” ucap Kalea dengan suara bergetar.Dr. Derran yang selama ini menahan air mata, akhirnya membiarkannya jatuh. Dia mencium kening Kalea, lalu bayi mereka. “Kamu luar biasa, Sayang. Kamu yang terbaik. Terima kasih sudah memberikan aku hadiah terindah ini.”Dr. Derran menatap bayi itu dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Selamat datang di dunia, anakku. Daddy janji akan selalu ada buat kamu dan Mama.”Saat itu, semua rasa sakit dan ketakutan sirna. Kalea dan dr. Derran saling berpandangan, mengetahui bahwa mereka
Mendengar hal itu, dr. Derran segera berlari ke UGD. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada sang istri.Saat sampai di sana, tak hanya sang istri yang ditemuinya. Ada Mayra juga di sana. Dia yakin jika sang istri dan Mayra sudah bertemu sebelum dirinya datang. Ingin rasanya bertanya, apa yang sudah dilakukan Mayra bersama istrinya. Namun, untuk saat ini tidak seharunya dia bertanya seperti itu. Ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Yaitu sang istri. “Sayang, kamu kenapa?” “Kontraksi yang aku rasakan sudah intens. Jadi aku ke sini.” Dr. Derran tentu kaget, karena sang istri tidak ada omongan sama sekali jika kontraksi. “Sayang, kenapa tidak mengatakan padaku?” Rasanya sebagai suami, dr. Derran merasa jahat. “Aku sudah konsultasi dengan dr. Nana. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Kalea mencoba menenangkan. Mungkin karena ini bukan kehamilan pertama, jadi Kalea tampak tenang. Dr. Derran hanya bisa pasrah ketika sang istri sudah mengambil tindakan itu. Artinya mema