Share

Bab 58

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-10-15 18:48:18

Embun bersyukur karena sebelumnya karyawan senior selalu meremehkan dirinya sebagai karyawan baru. Namun sekarang ia dihargai berkat kinerjanya yang baik. Hasil pekerjaannya bagus dan ia bisa menghibur rekan kerja dengan permainan pianonya. Kendati selalu saja ada beberapa rekan kerja wanita yang menaruh iri padanya.

Namun Embun yang sekarang tidak terlalu ambil pusing dan ia juga tidak mau ditindas lagi oleh rekan kerja lainnya.

“Bun, kamar nomor 28 bersihkan!” seru salah satu housekeeper senior berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Gadis muda itu menudingkan telunjuknya pada kamar yang dimaksud. Ia mulai bersikap bossy pada beberapa karyawan baru. Termasuk Embun menjadi target berikutnya.

“Sekalian, bawa bantal yang baru!” lanjutnya lagi dengan tatapan tajam.

“Oh, sekalian bawa bedcover baru,” ucapnya lagi tanpa merasa bersalah.

Embun mendesah pelan. Para karyawan senior wanita memanfaatkan junior mereka. Di balik ada banyak orang yang menyukainya, pasti ada saja orang yang membe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 59

    Bab 59Malam itu langit terlihat kelam dan ganas. Berawal dari suara gemuruh guntur yang bersahutan, tak lama kemudian butiran air berjatuhan. Hujan turun begitu lebat. Tidak hanya itu, angin berembus dengan begitu kencang, menggoyangkan dedaunan dan ranting pohon. Semua orang gegas mencari tempat berteduh termasuk Embun dan Manggala. Tak mungkin ia mengemudikan kuda besi saat hujan lebat. Bisa-bisa ia pulang tanpa nama. Manggala terjebak di rumah Embun. Embun pun mengijinkan pemuda bertubuh ideal itu berteduh di teras. Tak mungkin Embun mempersilakan pemuda itu masuk ke dalam rumah.Bisa-bisa Embun digrebek warga kampung karena memasukan lelaki asing. Apalagi malam semakin larut di mana mungkin sebagian besar penghuni daerah itu sudah terdampar di alam mimpi. Begitulah yang Embun pikirkan saat pertama kali tinggal di sana.Sebaliknya, penduduk kota cenderung individualis. Mereka tidak terlalu memikirkan kehidupan tetangganya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mana sempat m

    Last Updated : 2024-10-16
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 60

    Suasana di Basecamp tempat para staf hotel terdengar ramai. Bima–manajer hotel tengah memarahi salah seorang housekeeper. Kejadian itu mengundang atensi semua staf hotel yang baru masuk. Beruntung mereka tidak sedang berada di lobi sehingga tidak mengganggu kenyamanan tamu hotel.“Kau dipecat! Tindakanmu itu semena-mena. Tidak ada ampunan bagimu!” pekik Bima seraya bertelekan pinggang. Ia menatap wanita muda itu dengan tatapan menghunus tajam.“Aku mohon maaf Pak! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan meminta maaf padanya langsung,” jawab wanita berwajah menor dan berpenampilan seksi itu.Embun menyelip di antara kerumunan housekeeper di sana sambil memicingkan matanya untuk melihat siapa yang tengah dimarahi oleh Bima.“Itu orangnya datang!” seru salah satu housekeeper menunjuk pada sosok Embun. Mendengar teriakannya, otomatis semua tatapan terpacak pada sosok Embun yang baru saja masuk.Embun terperangah mendapat begitu banyak tatapan. “Um, ada apa?”“Embun, kau tidak apa

    Last Updated : 2024-10-16
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 61

    Seorang wanita muda tengah mondar mandir di depan toko alat musik. Ia tengah mengamati alat musik di depan etalase. Matanya berbinar bagaikan kembang api tatkala melihat deretan berbagai alat musik yang terpajang rapi di dalamnya. Wanita muda itu ingin masuk ke dalam namun ia merasa gamang sebab ia tidak berniat membeli salah satu alat musik. Oleh karena itu ia hanya mengintipnya dari luar. Wanita yang selalu keluar mengenakan masker itu ialah Embun Ganita. Usai melakukan pertunjukan musik bersama kawan-kawannya di sekitar stasiun, ia menyempatkan diri mampir ke salah satu toko alat musik yang lengkap tak jauh dari sana.Hanya iseng, ia pergi ke sana. Ia ingin melihat-lihat saja. Ia ingin membeli piano yang berharga 20 jutaan sesuai spek yang dibutuhkan namun uangnya masih belum terkumpul. Tabungannya hanya berkisar tiga jutaan. Masih butuh waktu lama ia bisa membeli piano idamannya. “Mbak, masuk aja! Lihat-lihat gratis kok,” ucap salah satu pramuniaga toko saat ia keluar dari toko.

    Last Updated : 2024-10-16
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 62

    Akhir-akhir ini Embun merasa tidak semangat bekerja. Entahlah, mungkin karena Manggala adalah pemilih hotel di mana ia menyambung lidah. Ia sebelumnya begitu mengagumi sosok pemuda tampan nan baik hati itu. Naasnya, ia sudah berdusta padanya. Namun ia harus tetap bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.Malam itu, sebelum tidur, ia selalu melamun dan memikirkan banyak hal yang terjadi pada hidupnya.Sebuah pertanyaan mencuat di kepalanya. Mengapa pemuda bernama Manggala menyembunyikan identitasnya?“Argh,” gumam Embun menggeram pelan. Ia tidur sembari berguling ke kanan dan ke kiri. Sungguh, ia kesal pada Manggala. Jika ia punya pekerjaan lebih baik dari hotel itu, ia akan resign dan pergi dari sana. Ia tidak sudi bertemu dengan pemuda bernama Manggala.“Dia pikir, aku cewek matre gitu? Seperti di novel-novel, cowoknya pura-pura kaya untuk melihat ketulusan si cewek menerima dia apa adanya. Hum, maaf, aku bahkan tidak tertarik pada pria kaya sekalipun! Semua pria kaya semua sama hany

    Last Updated : 2024-10-17
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 63

    Di tempat yang berbeda, Manggala merasa gelisah dan tak bisa tidur. Ia pun tengah memikirkan sosok gadis yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam kepalanya.Pertemuan di toko alat musik terasa berbeda. Embun terlihat menghindarinya. “Apa dia sudah tahu kalau aku pemilik hotel? Jadi dia gak mau berteman denganku lagi?”Arggh,Manggala duduk dan mengusak rambutnya hingga berantakan. “Seharusnya aku tidak menyembunyikan identitasku. Siapa orang yang mau dibohongi?”Manggala pun duduk lalu menurunkan kakinya untuk melihat sesuatu dari lemari nakas. Diambillah sebuah berkas berisi CV seseorang. Ia pun mulai membuka dan melihat isinya.Seketika Manggala mengernyitkan keningnya terheran-heran tatkala ia melihat CV milik Embun Ganita. Ia mengamati foto Embun yang mengingatkannya pada wajah seseorang. Tapi siapa? Wajahnya tampak familiar. Selama ini Manggala hanya melihat beberapa kali ia membuka masker yang selalu dipakainya. Kemudian ia melirik sebuah frame foto yang berada di atas nakas. Di

    Last Updated : 2024-10-17
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 64

    Manggala akhirnya mengalah. Ia tidak akan memaksa Embun untuk bicara saat itu. Embun terlihat punya masalah. Ia tidak boleh memaksakan kehendaknya. Embun akan menjauh jika tertekan.Manggala mengangsurkan sapu tangan buat Embun agar bisa mengusap air matanya. Embun pun mengambil uluran sapu tangan darinya. Ia pun menyusut air matanya dan menghentikan tangisannya. “Kalau kau tak enak badan. Kau bisa pulang lebih awal,” imbuh Manggala dengan begitu pengertian. Ia berhati lembut saat berhadapan dengan wanita. Manggala sosok lelaki yang tidak bisa melihat wanita menangis. Jika ia melihat wanita menangis, seakan-akan ia melihat ibunya—yang begitu lembut padanya.Embun pun berusaha menormalkan nafasnya yang sempat sesak akibat menahan tangisan. Namun ia juga memang tak mungkin meneruskan pekerjaannya saat ia dalam kondisi badmood. Ia juga sedang pms banyak. “Pak, tapi kalau aku ijin pulang, gajiku dipotong ya?” tanya Embun masih sadar soal gaji.Manggala menahan tawa kemudian menggeleng.

    Last Updated : 2024-10-17
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 65

    Manggala dan Pasha saling lirik saat ditanya oleh Mustafa Ali Basalamah. Mereka cukup syok melihat kedatangan pria berhidung bangir itu yang terlihat penuh kharismatik. Jantung mereka seakan copot dari tempatnya. Mereka khawatir jika Ali berpikir macam-macam tentang mereka.“Mereka sedang bermain peran, Dad,” jawab Beryl mewakili ke dua pemuda yang tampak sawan itu. Pria berambut gondrong itu menghampiri ayahnya diikuti Alby di belakangnya. Ali mengerutkan keningnya, menatap Pasha lalu menggelengkan kepalanya. Pria dingin itu berjalan masuk ke dalam rumah tanpa memperpanjang percakapan. Ia baru saja pulang dari kantor perusahaan. Ia merasa letih dan tak sabar ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang.“Malam, anak-anak! Kalian lagi apa? Buat penyamaran? Ayo nanti Tante ajarin! Tante jago menyamar,” seru wanita cantik berambut bergelombang di belakang Ali. Ia adalah Sulis—ibunya Beryl dan Alby. Wanita itu juga memiliki profesi sebagai detektif di sela-sela kegiatannya sebagai dosen d

    Last Updated : 2024-10-18
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 66

    “Bagaimana kalau yang ini?” Manggala memperlihatkan kemeja miliknya pada Beryl.Beryl dan Pasha sudah sedari pagi mendatangi apartemen milik Manggala. Mereka mengira Manggala sudah siap dan tinggal berangkat. Ternyata, pemuda itu masih bingung memilih kemeja tak seperti biasanya. Padahal ia selalu bersikap biasa saja saat akan bertemu klien. Namun hari itu Manggala tampak seperti seorang perawan yang akan pertama kali ikut kencan.“Gala, perasaan yang seharusnya rempong itu Pasha. Secara Pasha yang punya hajat. Ini malah lo yang sok rempong? Emang lo mau ketemu siapa sih?” beo Beryl namun tatapannya terpacak pada Pasha yang menahan tawa.Mengabaikan mereka, Manggala masih mematut di depan cermin, mencoba kemejanya beberapa kali.Kesal melihat tingkah Manggala, Beryl mendesah pelan kemudian bersungut-sungut, “Gue cabut! Gue banyak kerjaan! Ini juga sudah ijin sama Daddy. You know, kalau gak nurut sama Daddy siap-siap gue dipukul tongkat bisbol. Kalau gue sakit, lo mau tanggung jawab?

    Last Updated : 2024-10-18

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 352

    Laila duduk di ruang tamu rumahnya yang luas. Seorang perancang kondang dari Paris, Madam Coett, tengah sibuk menata beberapa gaun pengantin mewah di hadapannya. Meski masih duduk di kursi roda, Laila kini sudah bisa berjalan meskipun beberapa langkah. Itulah sebabnya, ia sangat bersemangat mencoba satu per satu gaun yang akan dikenakannya saat pesta pernikahannya di Indonesia.“Mademoiselle Laila, saya rasa yang ini akan sangat cocok untuk Anda!” kata Madame Coett sambil mengangkat gaun berlapis renda dengan ekor panjang.Laila tersenyum dan menyentuh lembut kain sutra itu. “Sus, bantu aku berjalan,” perawat Febi, pintanya pada pengasuh setianya. Ia harus berjalan sedikit untuk menatap cermin di depannya. Perawat Febi dengan sigap membantu Laila berdiri. Meski masih harus berpegangan pada kursinya, ia merasa lebih kuat dari sebelumnya. Gaun itu segera dikenakan, dan begitu ia melihat bayangannya di cermin, matanya berbinar.“Cantik sekali,” gumam Laila penuh kagum. Ia memang bukan g

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 351

    Rosa menatap dua garis merah di test pack dan foto USG yang digenggamnya. Tangannya gemetar. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga ia merasa bisa mendengarnya sendiri. “Tidak mungkin,” bisiknya, suaranya bergetar. Tapi kenyataan sudah terpampang jelas di hadapannya. Dua garis itu nyata. Ia hamil. Rosa merosot ke lantai kamar mandi, punggungnya bersandar pada dinding dingin. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menggigit bibir, menahan isakan yang hendak pecah. Ini semua gara-gara malam itu. Malam yang seharusnya tidak pernah terjadi. Rosa merutuki kebodohannya sendiri. Tapi yang sudah terjadi tak bisa diubah. Ia berpikir semuanya akan berlalu begitu saja. Rosa wanita yang cerdas. Ia bahkan meminum obat kontrasepsi setelah melakukan hubungan terlarang itu. Ia juga tidak mau hamil di luar nikah. Namun ternyata takdir berkata lain. Sekalipun, ia berusaha menolak, takdir memiliki cara sendiri untuk datang.Rosa menutup matanya rapat-rapat. Napasnya tersengal. “Apa

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 350

    Senyum Rahes perlahan muncul. Ia mengangguk dan kembali menatap Ali. “Jika ini yang terbaik untuk Laila, aku merestui.”Sulis yang sejak tadi menunggu momen ini, segera membuka kotak beludru yang dibawanya. Di dalamnya, terdapat cincin emas putih bertatahkan berlian kecil yang berkilau di bawah cahaya lampu. Dengan penuh kelembutan, Sulis mengambil cincin itu dan berlutut di depan Laila.“Laila, izinkan aku mewakili Beryl untuk menyematkan cincin ini di jarimu sebagai tanda bahwa kau telah menjadi calon menantuku,” kata Sulis dengan suara bergetar penuh haru.Laila menatap cincin itu dengan mata berbinar, lalu perlahan mengulurkan tangannya. Dengan hati-hati, Sulis menyematkan cincin itu di jari manisnya. Suasana dipenuhi rasa haru, terutama bagi Yuda yang tanpa sadar menitikkan air mata bahagia.Yuda merasa bermimpi jika gadis kecil yang dibesarkan olehnya ternyata sudah ada yang melamar. Namun ia merasa senang sekali. Ia berpikir jika Laila menikah dengan Beryl maka ia juga akan mud

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 349

    Rosa menghela nafas, lalu melangkah mundur, membiarkan Pasha masuk ke dalam kamar sempitnya. Begitu pintu tertutup, keheningan menyelimuti mereka berdua. Pasha berdiri canggung di tengah ruangan, sementara Rosa berjalan ke meja kecil di sudut kamar, mengambil segelas air, lalu meneguknya tanpa tergesa-gesa.Kemudian ia pun membawakan air minum untuk Pasha.“Ada yang mau kamu omongin?” tanya Rosa akhirnya setelah menaruh nampan berisi segelas air minum.Pasha mengembuskan napas panjang menatap Rosa yang duduk di sebelahnya. “Rosa, aku... aku ingin minta maaf.”Rosa menoleh padanya, mata gelapnya menelisik. “Untuk apa?”Pasha mengatupkan rahangnya, merasa semakin bersalah. “Untuk tadi malam. Aku seharusnya... aku seharusnya lebih kuat menahan diri. Aku merasa bersalah. Aku ingin bertanggung jawab.”Rosa tersenyum kecil, tapi senyumnya tidak sampai ke matanya. Ia meletakkan gelasnya kembali ke meja, lalu berjalan mendekat. “Kenapa kamu merasa bersalah?” tanyanya pelan. “Karena kamu pikir

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 348

    Pasha terbangun dengan kepala berat. Pandangannya masih kabur, tubuhnya terasa lelah. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi ingatannya seperti kepingan puzzle yang tidak bisa tersusun dengan benar. Ia menoleh ke samping. Kosong.Pasha mengangkat tubuhnya perlahan, menyandarkan kepala ke sandaran tempat tidur. Kamar ini bukan kamarnya. Ia menatap langit-langit, mencoba mengingat sesuatu. Samar-samar, ia mengingat seseorang bersamanya tadi malam. Sosok seorang wanita. Tapi siapa?Tangannya meraba ke meja di samping tempat tidur, mengambil ponselnya. Saat ia membuka layar, sebuah pesan masuk dari salah satu temannya.[Pasha, lo aman? Semalam gue lihat Rosa yang anter lo ke hotel. Lo mabuk berat.]Jantungnya berdetak lebih cepat. Rosa? Pasha buru-buru membuka riwayat panggilannya. Ada beberapa panggilan tidak terjawab dan satu panggilan dari Rosa sekitar tengah malam. Ia menelan ludah.“Tidak mungkin…” gumamnya dengan perasaan yang gelisah.

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 347

    Beryl duduk dengan gelisah di ruang tamu, menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin sejak tadi. Berhadapan dengannya, Rahes duduk dengan sikap yang sedikit terlalu santai untuk seorang pria yang sedang diuji kesabarannya. Rahes baru saja tiba di rumah. Ia langsung menemani pemuda itu di sana. Sementara itu, Laila duduk di sebelah sang ayah dengan perasaan yang tak kalah gugup. “Pak Rahes, aku ingin melamar Laila,” imbuh Beryl akhirnya, dengan nada penuh keyakinan dan percaya diri. Ia sangat yakin jika Laila akan menerima cintanya. Jika tidak, ia akan sedikit memaksa. Lama kelamaan Laila akan jatuh cinta padanya. Begitulah isi kepala pria berhidung bangir itu.Rahes menaikkan sebelah alis, menatap Beryl dengan ekspresi setengah geli, setengah skeptis. “Oh? Langsung ke inti, ya? Aku suka anak muda yang to the point. Sayangnya, aku gak suka anak muda yang gak bisa membaca situasi.”Beryl mengerutkan dahi. “Maksudnya?”Rahes meletakkan cangkirnya dengan bunyi kecil di meja. “Aku baru s

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 346

    Pukul lima pagi keesokan harinya, Serina dibangunkan oleh suara gong. Bukan alarm lembut di ponselnya, tetapi gong sungguhan yang dipukul oleh salah satu pelayan rumah. GONG! GONG! GONG!Serina terlonjak dari tempat tidur. “APAAN NIH? GEMPA?!”Nadia, sepupunya yang tinggal di rumah itu, menyeringai dari ambang pintu. “Bukan gempa, Sayang. Itu tanda bahwa kita harus bangun dan bersiap.”Serina mengusap wajahnya yang masih mengantuk. “Ini masih subuh! Aku butuh lima jam tidur lagi!”Nadia tertawa. “Selamat datang di rumah Tante Rosalinda!” Serina menggerutu sepanjang jalan menuju halaman belakang, tempat olahraga pagi dilakukan. Di sana, Rosalinda sudah menunggu dengan setelan olahraga yang sangat rapi. Beberapa pelayan rumah tangga juga ikut serta. “Baiklah, kita mulai dengan lari keliling halaman sepuluh putaran,” perintah Rosalinda. Serina terkejut. “Sepuluh?!” “Kalau protes, aku tambah jadi lima belas.”Serina langsung tutup mulut dan mulai berlari, meskipun rasanya seperti

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 345

    Setelah berbincang lama dengan Laila dengan mengangkat topik yang berbeda-beda, Beryl mengambil jeda. Sudah cukup! Laila sudah terlihat lebih baik. Sudah saatnya ia mengungkapkan maksud inti kedatangannya ke sana. Sebagai seorang pria, ia akan memberanikan diri mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam. Perkara Laila menolaknya terserah nanti. Namun ia sudah tak bisa lagi memanjangkan sumbu kesabaran untuk menahannya. Nanti bisa-bisa kepalanya meledak.“Laila,” panggil Beryl menatap Laila lurus, terdengar serius.Laila pun mengangkat mata setelah mengecek ponselnya. Ayahnya mengirim pesan padanya, ia masih berada di jalan. Laila mengabari ayahnya soal tamu yang datang. Tak mungkin ia membiarkan tamunya begitu saja. Sang ayah harus tahu siapa tamu yang datang untuk putrinya.“Apa, Pak?” tanya Laila dengan tenang.Beryl menekuk wajahnya saat Laila memanggilnya dengan Bapak.Laila—yang peka terhadap perubahan ekspresi wajahnya itu langsung meralat panggilnya. “Ada apa Kak Bery

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 344

    Beryl turun dari mobil dengan hati berdebar. Sudah sekian lama ia menunggu saat ini—bertemu Laila lagi, setelah semua kejadian yang menimpa mereka. Sengaja, ia tidak memberikan kabar padanya. Ia ingin memberikan kejutan.Meninggalkan Alby yang masih berada di luar, Beryl melangkah masuk ke rumah mewah itu dengan napas yang sedikit tertahan, seperti anak kecil yang hendak membuka hadiah ulang tahun.Pintu rumah mewah itu terbuka, matanya langsung tertuju pada sosok yang begitu dirindukannya. Laila, dalam balutan gamis berwarna merah muda sedang berjuang berdiri tegak di ruang tamu yang luas. Perawat Febi dengan sabar menopangnya, sementara Laila berkali-kali menggerutu, “Aku bisa sendiri! Jangan perlakukan aku seperti anak kecil!”Laila kembali cerewet, pertanda ia mulai sembuh. Namun, belum sampai tiga detik, tubuhnya oleng ke samping.“Ya Allah, Nona! Jangan maksa!” pekik Febi panik, buru-buru menangkapnya agar tidak jatuh.Namun Laila yang gigih tidak akan menyerah begitu saja. Ia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status