Happy reading 🤍🤍🤍
“Sudah cukup Mbak,” imbuh Laila mendorong garpu berisi potongan buah dari tangan Jeena.Dengan telaten Jeena menyuapi Laila. Laila kini merasa sendirian dan kesepian, oleh karena itu ia akan menemaninya selagi ia di sana. Bahkan ia ingin merawatnya.“Satu potong lagi ya, Laila cantik!” bujuk Jeena yang kini bisa melihat wajah cantik Laila. Berhubung hanya ada mereka berdua, Laila melepas maskernya. Selama dirawat ia lebih sering mengenakan masker daripada cadar.Laila pun terpaksa membuka mulutnya lebar. Ia berhasil menghabiskan potongan buah. Ia juga ingin sembuh dan segera masuk kerja. Mungkin dengan bekerja ia bisa melupakan sejenak kesedihannya.Jeena menaruh piring kecil bekas potongan buah di atas meja nakas. Kemudian ia mengambil segelas air putih dan mengangsurkannya pada Laila.“Minum dulu ya!” titah Jeena dengan lembut.Laila pun mengangguk patuh. Ia minum air putih kemudian memperbaiki duduknya. Jeena menaruh beberapa bantal ditumpuk di belakang punggung Laila agar ia merasa
Yuda tidak tahu jika Bos yang menyebabkan putrinya celaka memiliki kembaran. Ia buru-buru menarik tangannya kembali, menatap Beryl dan Alby bergantian.“Jangan buat keributan! Apa perlu aku ingatkan? Ini rumah sakit, Pak Yuda Tarumanegara,” seru Beryl dengan suara yang dingin. Meskipun di depannya adalah ayah Laila, namun ia tidak suka caranya memperlakukan adiknya.Yuda menelan salivanya mendengar suara penuh kharismatik. Ia tentu pernah mendengar sosok Mustafa Ali Basalamah yang bersikap dingin dari cerita Aldino. Ternyata putranya juga mewarisi sikap dingin dan tegas sang ayah. Pantas saja, ia digadang-gadang akan menjadi penerus perusahaan Group Basalamah.“Anda salah orang. Anda harus minta maaf pada adik saya. Dia Alby! Saya Beryl, orang yang telah membuat Putri Anda celaka.”Beryl melanjutkan kalimatnya. Ia sama sekali tak merasa terancam ditatap dengan sengit oleh Yuda.Yuda tidak berkata apapun. Ia sudah salah orang pastinya. Ia merasa sedikit malu namun gengsi. Namun ia juga
“Serina, kamu ada kerjaan. Kenapa kamu ikut?” tanya Beryl dengan berusaha menahan kesal. Serina terlihat berwajah masam. “Mas Beryl, pekerjaanku sudah selesai. Aku juga baru tahu kalau Laila sakit dan dirawat di sini. Laila temanku sekaligus teman kantorku, masa aku gak jenguk dia,” imbuhnya dengan suara yang terdengar menyedihkan. Beryl berusaha menepis pelan tangan Serina yang merangkulnya. “Ya sudah kamu bisa jenguk sekarang. Di dalam ada Jeena juga,” ucap Beryl dengan berusaha sabar mengingat jika Serina telah berjasa besar baginya karena telah menyelamatkan nenek tercintanya.“Mbak Jeena pulang? Asik, sudah lama aku gak ketemu Mbak Jeena.”Serina berkata dengan penuh antusias. Alby hanya bisa mendesah pelan melihat tingkah Serina yang manja dan cerewet.Namun sebelum langkahnya terayun, Serina menoleh ke arah Manggala sesaat dan menyapanya. “Mas Gala, bagaimana kabarmu?”“Baik, Serina,” jawab Manggala dengan singkat.Serina pun masuk ke dalam ruangan dengan senyum yang mengemb
“Assalamualaikum! Bagaimana kabarmu, Laila? Maaf nih aku baru datang.”Alby menaruh buket bunga di atas nakas. Ekor mata Laila mengikuti kemana Alby berjalan. Hum, ia menjadi tak enak hati tapi senang. Siapapun wanita akan merasa senang ketika diberi perhatian dengan bunga. Laila bangun dan tersenyum di balik maskernya. “Waalaikumsalam. Baik, Mas. Gak apa-apa Mas. Sebetulnya aku juga sudah baikkan.”Laila menjawab dengan sungkan. Namun ia bersyukur, ketika ia sakit banyak orang yang membesuknya. Baik dari teman kerjanya di istal kuda, toko busana muslim maupun teman kantor bagian staf admin. Terutama keluarga Basalamah.Hatinya berdebar-debar. Apakah ternyata Alby yang menyelamatkannya? Ia bersikap baik dan sopan. Ia juga tidak berkata kasar. Ia juga pria yang manis!Melihat itu semua, rona wajah Laila memerah karena malu. Beruntung, pemuda berhidung bangir itu tidak bisa melihat wajahnya di balik masker.Haruskah ia menanyakannya soal insiden kecelakaan waktu itu? Tapi … Laila meras
Di tempat yang berbeda, saat ini Ana sedang sibuk mengasuh Sagara yang mulai aktif. Wanita itu membawa cucunya masuk ke ruang musik miliknya. Teringat ia harus merapikan partitur lagu yang sudah lama ia buat. Seperti halnya putrinya, Ana juga suka menciptakan lagu lalu menjualnya. Hari itu ia sedang merapikan buku-buku lamanya dan berniat akan memperbaikinya. Berharap putrinya akan bisa menyanyikan salah satu lagu ciptaannya nanti.“Nyonya, bisa saya bantu?” Tanya Rosa yang sedari tadi menemani majikannya dengan siap sedia di ruangannya. Ia mendapat tugas extra yakni mengawasi Sagara. Saat Ana sedang sibuk, Sagara juga tak kalah sibuk dengan mengacak-acak buku dari rak lemari padahal Rosa sudah mencegahnya.Anak lelaki Jeena memang super aktif. Lama kelamaan siapapun akan merasa letih mengasuhnya. Babysitter Linda sedang pulang kampung karena ibunya sakit. Oleh karena itu hari itu Ana mengasuhnya sendirian. Beruntung, Rosa kebetulan datang ke sana karena ingin mengkonfirmasi soal k
Malam ini di kediaman Sulaiman Basalamah terlihat ramai. Semua anak, menantu, cucu dan cicit datang.Hanum dan Sulaiman duduk di singgasananya dengan perasaan penuh sukacita. Kebahagiaan mereka lengkap karena kehadiran Jeena. Mereka sangat merindukan Jeena.“Jeena, kamu kok kurusan. Kamu makan bagus di sana?” cecar Hanum seraya mencium wajah Jeena dengan penuh haru.Jeena terkekeh geli ketika ia diperlakukan seperti anak kecil olehnya. Setelah merenggangkan pelukannya, Jeena pun memeluk Sulaiman bergantian. Kemudian ia duduk di samping Hanum dan merangkul lengannya. Kepalanya bersandar pada lengannya dengan manja. “Aku makan bagus dong, Nena. Nena gak usah khawatir! Justru Nena yang harus makan yang banyak, minum vitamin dan rajin yoga biar kayak Mami. Orang mengira jika Mami kakakku karena awet muda.”Jeena berkata sembari menahan tawa melihat ekspresi ibunya yang kerepotan mengasuh Sagara.Baru saja tiba di sana anak kecil itu langsung membuat keributan.“Sekarang Nena makan sedikit
Ali tidak suka ibunya menyuruh istrinya saat mereka sedang makan. Mengapa tidak menyuruh art saja? Lagipula ia juga kurang suka pada Serina. Mungkin pada awalnya ia menyukai sifatnya yang terlihat baik dan lugu. Bahkan ia terlihat alim. Namun lama kelamaan gadis itu berubah menjadi gadis yang manja. Ali tidak suka anak gadis yang manja. Dulu ia memilih Sulis sebagai istrinya—yang meskipun terkenal tomboi dan keras kepala namun ia sangat mandiri.Jika bukan karena Hanum, ia akan menolak perjodohan itu. Namun ia juga tidak akan memaksa putranya. Sedari awal, ia membiarkan ke dua putranya mencari wanita yang cocok dengan mereka.“M-Mas,” imbuh Sulis merasa tak enak hati menolak permintàan mama mertuanya. Meskipun Ali berbicara pelan, namun bahasa tubuhnya menunjukan ia keberatan.Sulis tetap akan bersikap baik pada gadis itu sebelum ia benar-benar bisa membuktikan jika gadis itu memang penyelamat nyawa Mama mertuanya.Tiga hari yang lalu, tercetus sebuah ide. Saat Sulis pergi ke mall MEN
“Bagaimana kabarmu?”Dania menarik kursi lalu duduk di depan Laila dengan bersedekap tangan di dada. Laila pun berusaha bangun meskipun masih lemah. “Gak usah bangun! Santai aja,” imbuh Dania yang terlihat berwajah pucat. Di pergelangan tangannya masih menempel perban kecil. Seperti halnya dirinya, Dania masuk rumah sakit karena penyakit lambungnya kumat.Mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga suara Dania lebih dulu keluar meskipun lemah.“Sekarang kamu sudah ingat semua?”Dania berkata dengan nada dingin tak seperti biasanya.Mendengar perkataan itu keluar dari bibir Dania, hati Laila terasa pedih. Ia pun berusaha tegar dan menjawab. “Aku sudah ingat semuanya. Aku bukan anak kandung Ayah.”Dania menatap Laila dengan perasaan yang lega. Sudah seharusnya Laila tahu diri. Ia sudah mengambil tempat dirinya dari sisi ayahnya.“Baguslah! Ingatanmu sudah kembali,” lanjut Dania dengan menyisir ruangan Laila. “Bos kamu baik banget! Kalau gak salah, ruangan ini biasanya di
“Neng Laila, ada apa?” Mendengar suara ponsel yang jatuh, Bik Nur langsung tergopoh-gopoh menghampiri Laila.Laila panik saat baru sàdar ponsel kesayangannya jatuh.“Ya … ponselku rusak,” gerutu Laila, membungkukkan tubuhnya dan merogoh ponselnya. Kaca ponsel pintar itu sudah pecah dan terlihat gelap.Beberapa kali Laila mencoba menyalakannya namun berakhir sia-sia. “Neng Laila, ada apa?”Bik Nur bertanya kembali dengan lembut. Ia menatap Laila dengan tatapan yang hangat. Melihat Laila mengingatkannya pada almarhum ibunya.Di dalam rumah Laila tidak menggunakan cadarnya. Oleh karena itu wajahnya terlihat oleh Bik Nur.Laila menatap Bik Nur dan mendesah pelan. “Gak ada apa-apa, Bik. Tadi ada orang gila iseng telepon.”Laila mendengus pelan saat mengingat siapa yang menelponnya. Seseorang mencoba menerornya. Sial, sebelumnya Laila sudah sering mendapat telepon dari nomor yang tak dikenal.Gadis bermanik hitam itu tidak mengira jika Serina bisa melakukan hal senekad itu. Gadis itu benar
“Ayah!”Laila terpekik kaget karena seorang pria yang menarik lengannya adalah sang ayah.Bagaimanapun, Yuda menyayangi Laila seperti anak kandung sendiri. Ia pun mengikuti Laila hingga ke Bandung. Sudah Yuda kira jika pasti ada seseorang yang berniat jahat pada putrinya.Laila tidak banyak protes karena Yuda menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Pria dewasa itu terlihat sangat marah saat tahu jika Laila pergi sendiri ke Bandung. Padahal sebelumnya Laila berkata padanya ia akan pergi bersama temannya.Di dalam mobil suasana cukup hening.Laila hanya diam dengan memainkan bibirnya. Ia tahu, Yuda mengkhawatirkannya. Tapi … Yuda bukan ayah kandungnya. Yuda memanaskan mesin mobil lalu melirik ke arah Laila yang diam membisu.“Ayah antar ke rumah Ibu,” imbuh Yuda dengan helaan nafas lega. Ia sangat bersyukur putrinya selamat dari penguntit tadi. Yuda merasa lega karena dulu ia meminta ke dua putrinya untuk berlatih bela diri dengan tujuan untuk tindakan defensif. Me
Keesokan paginya, Manggala sedang berada di kantornya ketika sebuah panggilan telepon penting masuk. Dari seberang, suara asistennya terdengar panik. "Pak Manggala, saya baru saja menerima laporan dari tim hukum. Ada dokumen-dokumen yang sangat mencurigakan ditemukan dalam folder proyek Anda. Mereka mengklaim dokumen itu berisi informasi ilegal yang bisa mencoreng nama perusahaan." Manggala terkejut. "Dokumen apa? Saya tidak pernah memasukkan hal semacam itu ke dalam folder proyek." "Saya tidak tahu, Pak, tapi dokumen-dokumen ini sudah mulai menyebar di lingkaran investor. Mereka mengatakan bahwa Anda terlibat dalam manipulasi data proyek." Wajah Manggala berubah serius. Ia langsung memerintahkan asistennya untuk membawa dokumen itu ke ruangannya. Saat dokumen sampai di tangannya, ia memeriksa isinya dengan teliti. Ada sesuatu yang tidak beres—data-data ini jelas palsu, dan jelas dimasukkan untuk menjebaknya. Saat itulah Manggala teringat malam sebelumnya, saat Dahlan dan Lun
Rosa panik saat mendengar Jeena berteriak di dalam kamarnya.“Nona Jeena, ada apa?”Rosa menggoyangkan lengan Jeena. Jeena berteriak dalam tidurnya. Matanya terpejam dengan keringat dingin mengucur deras di tubuhnya.“Sepertinya mimpi buruk,” gumam Rosa kemudian berusaha kembali membangunkan Jeena untuk ke dua kalinya.“Non, bangun!”Rosa yang tak sabaran pun langsung memercikan air ke wajah Jeena. Berhasil, Jeena bangun pada akhirnya.Jeena terlihat panik kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah.“Tadi … aku cuma mimpi ya?”Jeena menatap Rosa dengan sorot mata yang hidup.Rosa mengangguk. “Nona, sekarang bukankah punya jadwal kuliah?”Rosa sudah mencatat agenda Jeena dalam goo*le calendar. Jeena pun melirik ke arah jam weker dan beranjak dari ranjangnya.Wanita bermanik almond itu pun bersiap-siap akan pergi ke kampus.Satu jam kemudian Jeena sudah tiba di kampus diantar Rosa. Ia lantas merapikan jilbabnya sambil melirik jam tangan. Kuliah pagi ini cukup membuatnya terburu-bu
Hari ini Manggala menghadiri undangan makan malam oleh pengusaha bernama Dahlan Sanjaya. Kali ini Manggala mewakili Perusahaan PT Yudistira Group. Dahlan adalah salah satu pengusaha yang terkenal di kalangan pengusaha. Ia juga terkenal pemurah karena sering memberikan bonus pada karyawannya dan banyak mendapatkan tender dari luar negeri.Sisi lain, Dahlan pun sudah mengenal baik sosok Manggala dan seluruh keluarga Waluyo. Ia tidak menyangka jika Manggala juga membeli perusahaan milik keluarga Yudistira yang kini jatuh miskin.Pria dengan kepala plontos itu ingin bekerja sama dalam proyek property dengan Manggala.Dahlan bangkit, menjabat tangan Manggala. "Selamat datang, Pak Manggala. Saya sangat mengagumi Anda. Meskipun Anda berusia jauh dari saya. Tapi kemampuan Anda dalam berbisnis tidak bisa diabaikan. Anda sudah meraih kesuksesan saat masih muda.”Manggala tersenyum tipis. Ia tidak suka dipuji secara berlebihan. Apalagi jika pujian itu terdengar tidak tulus namun justru terkesan m
Di luar gedung, Serina berteriak dan menangis saat ke dua orang petugas keamanan mengusirnya.“Lepas! Kalian sudah kurang ajar tau! Aku ini calon istrinya Pak Beryl. Kalau kalian kurang ajar padaku, kalian akan dipecat.”Serina menjadi tontonan bagi karyawan Basalamah. Untuk pertama kalinya, sejak kepemimpinan Beryl, ada seorang karyawan yang diusir secara paksa oleh Beryl. Serina berteriak histeris, rambutnya berantakan, mata merah karena air mata. "LEPAS! KALIAN GAK BISA LAKUKIN INI! AKU CALON ISTRI PAK BERYL!"Dua petugas keamanan, berwajah serius dan tak tergoyahkan, memegang lengannya dengan kuat. Mereka menyeretnya keluar dari gedung, melewati karyawan Basalamah yang terkejut."Kalian akan dipecat! Kalian gak tahu siapa aku! Aku sudah dijodohkan oleh Nyonya Hanum dengan Mas Beryl. Nanti aku laporkan kalian pada Nyonya Hanum." Serina melotot, mencoba melepaskan diri.Petugas keamanan tetap tenang, tidak terpengaruh oleh ancamannya. Sudah jelas Beryl yang memerintah mereka untuk m
“Siang, Pak Beryl!”“Siang, Pak!”Beberapa karyawan perempuan menyapa Beryl yang baru saja menginjakan kakinya di depan kantor Basalamah.Mereka terheran-heran sebab tak biasanya, atasan mereka tidak menjawab sapaan mereka. Setidaknya Beryl– tersenyum tipis atau mengangguk saat berhadapan dengan mereka.Namun siapa sangka siang itu, bertepatan makan siang, para karyawan yang hendak istirahat dan mencari tempat makan terlihat heran melihat aura atasan mereka yang gelap dan menakutkan.Mereka pun mulai bergosip dan beprasangka buruk. Pasti ada masalah berkaitan dengan pekerjaan. Melihat raut muka Beryl yang menakutkan setiap karyawan mulai berpikir keras. Apakah mereka telah berbuat kesalahan? Jika iya, mereka harus menyiapkan mental mereka sebab Beryl akan mudah menyingkirkan mereka.Beryl menaiki pintu lift diikuti oleh Dito di belakangnya. Dito berada di kantor saat Beryl tidak berada di sana. Ia mendapat tugas dari Beryl saat dirinya tidak berada di sana.“Panggil Serina!” titah Bery
“Sial, aku kecolongan!”Sulis mendengus kasar saat melihat email yang dikirim oleh orang suruhannya. Karena ia disibukkan dengan proyek membangun gedung bimbingan belajar bersama suaminya, ia tidak punya waktu untuk mencari tahu sendiri soal Serina.Sampai detik itu hanya dirinyalah yang menaruh curiga pada sosok gadis itu. Oleh karena itu ia pun menyelidikinya.Sulis memiliki banyak kenalan orang-orang yang masih aktif di agency detektif. Mudah baginya untuk mencari salah satu dari mereka dan memberinya tugas.Wanita berambut panjang itu tidak pernah mengira jika Serina itu akan berbuat nekad. Bahkan gadis itu merencanakan segala sesuatunya dengan begitu mulus. Ia merasa tertipu!Sulis memperhatikan setiap detail rekaman CCTV yang menayangkan Hanum secara utuh. Dimulai dari Hanum pergi ke mall hingga diselamatkan oleh seseorang dan dibawa ke rumah sakit.Saat di depan ruang ICU barulah Sulis menyetop video tersebut.“Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya berpura-pura jadi heroine! Awas
Laila menengadah untuk menatap pemuda tampan yang menjulang tinggi di depannya. Ia takut salah mengenali orang. Alby biasanya banyak bicara saat bersamanya. Namun pemuda di depannya itu tidak.“Ayo!” seru pemuda itu dengan tersenyum manis. Laila merasa lega ternyata pemuda di depannya Alby. Alby selalu tersenyum saat berbicara dengannya. Sebetulnya pemuda di depannya adalah Beryl. Hari itu penampilannya terlihat berbeda. Karena sebentar lagi ia akan diangkat menjadi presdir di perusahaan, ia memaksimalkan penampilannya. Ia mencukur rambutnya hingga membuat Laila salah mengenalinya. Seingatnya Alby memotong rambutnya. Selain itu hari itu memang Beryl tidak mengenakan jasnya. Ia malas kembali ke dalam mobil untuk memakai jasnya. Beryl dan Alby merupakan saudara kembar identik. Siapapun tidak akan bisa membedakan rupanya. Barulah setelah mereka bicara, siapapun akan bisa membedakan siapa Beryl dan Alby.Dalam keseharian ke duanya sama-sama komunikatif dan supel. Apalagi Beryl– yang ser