Have a great day my lovely readers... Selamat berlibur!
Jeena tercengang saat melihat pemandangan di salah satu taman kota terbesar di Manhattan. Ia belum pernah datang ke sana sebelumnya. Bagaimana bisa Manggala tahu tempat yang indah di sana.“Mas, kamu kok bisa tau sih ada spot indah di sini?”Jeena turun dari mobil dengan mengedarkan pandangannya ke segala arah. Senyumannya melengkung indah mirip bulan sabit.Meskipun landskap di sekitarnya terlihat sangat indah, namun Manggala lebih memilih keindahan dari wajah wanita yang dicintainya. Tak ada yang lebih indah dari kekasih hatinya. Ia mengambil kamera dan langsung memotret Jeena secara candid. Sungguh, baginya Jeena adalah gadis tercantik yang pernah ia lihat. Mungkin cara pandangnya dipengaruhi oleh hatinya. Ia menganggap wanita paling cantik di dunia selain ibunya ialah calon istrinya. “Mas!”Jeena melambaikan tangannya ke arahnya. Manggala seketika tertawa pelan. “Apa Sweetie?”Mendengar panggilan manis, Jeena buru-buru menormalkan suasana hatinya yang seringkali cepat terhipnoti
“Bagaimana? Indah gak?” Pasha turun dari dalam mobil setengah meloncat. “Ini pilihan Gala,”“Indah, Tuan muda,” jawab Rosa kemudian ia pun ikut turun menyusul Pasha yang sudah lebih dulu tiba di salah satu taman kota di sana. Rosa pernah pergi ke sana hanya saja tidak sampai menjelajahi bagian dalamnya.“Ros, belum pernah ke sini?”Pasha memperhatikan wanita bertubuh tinggi di depannya yang terlihat mematung tidak semangat.Rosa mendengus pelan. “Mau ngepod ya?” tanya Pasha dengan kekehan pelan. “Emang bisa ngepod di depan Jeena?” (Ngepod: ngevape)Rosa mendengus kesal kemudian menampilkan wajah yang seperti orang menderita. “Gak lah,”“Berhentilah Rosa! Dulu, Tante Sulis juga perokok berat saat muda. Dia kena sakit paru-paru apa gitu. Saat dia sudah nikah berhenti soalnya Om Ali ngelarang,” jelas Pasha memperingati Rosa. “Iya, Pak Dokter. Enggak janji,” jawab Rosa dengan menendang batu kerikil ke sembarang arah. “Ini! Ganti permen,” seru Pasha mengeluarkan beberapa permen coklat d
Manggala yang mendengar ucapan Sagara langsung merenggut kesal. Ia tahu pasti Danar akan memanfaatkan Sagara agar bisa mendekati Jeena kembali. Ia mendengus kesal lalu berdehem pelan.[Gara, kamu sehat Nak? Kamu jaga kesehatan ya!]Jeena menatap putranya dengan mata yang berembun. Ia sangat merindukan putranya. Sudah sebulan ia tidak bertemu dengannya.Sagara lantas tersenyum dan melambaikan tangannya pada Jeena. [Dah, Mama! Aku main dulu sama Papa,]Jeena memberikan kecupan jarak jauh pada putranya. Saat Jeena hendak berpamitan pada putranya, Manggala menggeser duduknya hingga ia menatap Sagara di balik layar ponsel Jeena.[Halo, Gara!]Manggala menyapa Sagara dengan santai. Sementara itu Jeena hanya mengerutkan keningnya melihat sikap Manggala. Jeena akhirnya menggeser ponselnya agar Manggala juga bisa bertatap muka dengan putranya.[Papa Gala! Papa gak ajak Gara?] Suara anak lelaki tampan itu terdengar jernih. Ia senang bisa melihat Manggala namun merasa kesal karena Manggala tid
“Bagaimana Nona? Apakah hari ini menyenangkan?”Rosa bertanya pada Jeena yang terlihat sumringah setelah melakukan piknik bersama orang-orang tersayang. Kini mereka sudah tiba di apartemen dan bersiap-siap akan makan malam bersama. Jeena mengangkat mata dan menggerakan ke dua sudut bibirnya. “Aku happy banget hari ini. Meskipun awalnya aku kesal sama Mas Gala. Dia pria pencemburu ternyata,” Mendengar curhatan Jeena tentang calon suaminya, Rosa terkekeh pelan. Begitulah drama yang terjadi dalam hubungan sepasang kekasih.“Ada yang lucu?” tanya Jeena dengan dahi yang berkerut. Ia memperhatikan Rosa yang tertawa mendengar curhatannya.Wanita tomboy itu mengusai rambutnya yang bergaya bob beberapa kali lalu berkomentar.“Enggak, dia itu cemburuan. Berarti dia itu sayang banget dong sama Nona,” jelas Rosa dengan asumsinya. “Cemburunya juga masih tahap wajar kok,”“Aku tau kok. Tapi dia kelihatan berlebihan aja. Aku kan malu di depan Dion. Kesannya aku dan Dion selingkuh gitu,” jelas Jeena
Malam itu Jeena tidak bisa tidur. Ia juga tidak bisa mengobrol dengan putranya seperti biasanya. Sagara sedang menginap di rumah Danar. Danar meminta ijin pada Jeena agar Sagara menginap di rumahnya sehari. Karena tak ingin mengecewakan putranya, ia pun mengijinkan. Sesungguhnya, Jeena masih menaruh rasa benci pada pria itu. Namun dalam sudut hatinya, ia merasa simpatik padanya melihat kondisinya saat ini.Jeena sedang asik memainkan piano di dalam ruang musik yang kedap udara. Kemampuan pianonya semakin terasah. Selain itu, Jeena kini mulai menciptakan lagu-lagu sendiri dengan pianonya. Kemampuannya dalam membuat lagu dan bernyanyi semakin membuatnya lebih bersemangat dalam bermusik. Ia ingin seperti ibunya menjadi pianis terkenal dari ASIA.Pada acara Amal yang diadakan oleh pihak kampus, ia akan melakukan debut pertamanya bersama Dion. Itulah alasan mengapa ia marah pada Manggala karena perihal cemburu itu. Kapan lagi untuk seorang mahasiswa baru mendapat kesempatan pihak kampus un
“Benar apa kata Mas Beryl, Mas Pasha gak boleh buka cadar sembarangan. Bukan mahram.”Serina ikut angkat suara menimpali ucapan Beryl. Gadis bermata biru itu melirik ke arah Laila dan mendecak sebal.‘Dasar caper!’Laila terbatuk pelan. “Gak apa-apa, Mas. Aku baik-baik aja. Aku udah biasa kok kalo kecapekan mimisan. Nothing serious.”Meskipun Laila merasa tubuhnya sudah tak bisa diajak kompromi, ia tetap berusaha kuat dan tak ingin merepotkan orang. Apalagi sampai membuka cadar. No way! Ia hanya akan membuka cadar di depan calon suaminya selain keluarganya.Pasha menjadi bingung ingin menolongnya. Ia pun berinisiatif mengeluarkan kotak obat dan kompres berisi es batu. Sementara itu Beryl langsung menelpon seseorang.“Laila, kamu pake ini kompres dulu! Kamu taruh kompres di belakang kepalamu. Ini kasa buat bersihin darahnya.”Karena Laila merasa dirinya baik-baik saja, Pasha juga tidak bisa berbuat banyak. Ia khawatir takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Ia mendengar obrolan Zuned dan
“Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Pasha perhatian pada Laila. Pagi itu mereka sedang sarapan bersama di resto hotel.Setelah mendapatkan pengobatan dari seorang dokter, demam Laila langsung turun. Ia sudah berangsur pulih.“Alhamdulillah, baik,” jawab Laila bahkan tak berani menatap Pasha yang berada di depannya. Laila memilih menjatuhkan tatapannya pada spaghetti.Beryl menatap Laila dengan raut wajah dingin. Laila menjadi ketakutan melihat tatapan Beryl terhadapnya. Mungkin pria itu marah karena Laila tidak bisa bekerja dengan baik akibat sakit.Eh hem,Beryl berdehem pelan kemudian berkata. “Tentu saja, dia sudah sembuh. Aku panggilkan dokter untuk mengobatinya. Kalau tidak segera diobati nanti merepotkan,”Mendengar perkataan Beryl, Laila menelan salivanya yang terasa kecut. Ia menjadi kehilangan selera makan. Bukan keinginan dirinya sakit. Ia hanya kelelahan. Biasanya ia cukup tangguh dan tak cepat sakit.Sisi lain, Serina tersenyum mendengar perkataan Beryl. Ia sempat tantrum d
Jeena berlatih bermain piano dengan serius untuk persiapan debut pada acara amal. Setiap hari ia bekerja keras berlatih piano, memainkan beberapa lagu yang sukar hingga hari jemarinya yang lentik kapalan. Tidak hanya berlatih piano, Jeena juga berlatih bermain gitar akustik saat ia menciptakan lirik lagu. Ia benar-benar serius dalam kuliah seni musik. Ia ingin segera lulus sebab ia ingin segera kembali ke tanah air. Jeena ingin mengantar sekolah Sagara. Ia ingin menjadi ibu yang teladan karena akan menyiapkan bekal makan untuk putra semata wayangnya.Suara alarm pada jam weker pagi itu terdengar nyaring, membangunkan Jeena yang terlelap dalam tidurnya. Wanita bermanik almond itu gegas mematikan alarm meskipun matanya masih dalam keadaan terpejam.Ia mendengus kesal sebab suara alarm telah merusak acara konser tunggal pertamanya.“Ya Allah, aku cuman mimpi. Tapi, jujur, meskipun cuman mimpi aku senang sekali. Moga aku bisa menjadi pianis terkenal seperti Mami.”Jeena tersenyum di depa
“Sulis, kemana calon cucu menantu? Mama pengen ketemu. Sudah lama dia gak datang. Apa hubungan mereka baik-baik aja?”Hanum bertanya pada Sulis soal Serina. Dengan berjalan tertatih, Hanum menghampiri Sulis yang tengah berdiri di depan kompor. Sulis sedang memasak puding untuk mertua kesayangannya. Ia sedang menginap di rumah Hanum.Mendengar suara Hanum, Sulis buru-buru mematikan kompor dan menghampirinya. “Mama, mau apa? Nanti Sulis ambilin. Mama kan lagi kurang sehat. Mama diam aja di kamar.”Hanum terlihat berwajah masam mendengar nasehat menantunya. Ia tidak mau diperlakukan seperti orang sakit dan orang jompo meskipun kenyataannya demikian.Alih-alih merespon menantunya, Hanum kembali berkata dan menanyakan Serina. “Kenapa kamu gak ajak Serina? Mama kepikiran dia terus. Bagaimana kabarnya?”Sulis terdiam mendengar rentetan kalimat yang mama mertuanya sampaikan. Ia malas membahas soal gadis itu. Sebagai seorang ibu, ia bisa merasakan jika Serina sepertinya bukan gadis yang cocok
“Jangan! Please! Aku gak tau siapa dia!” seru pria bertato dengan perasaan takut. Cairan bening sudah menggenang di sudut matanya. Rian tidak main-main dengan ancamannya. Cengkraman tangannya sangat kuat. Pria itu nyaris kehilangan pasokan oksigen.Mata Rian nyaris loncat dari tempatnya saat mendengar pengakuan pria itu. Pria bajingan itu ingin lepas begitu saja namun ia tidak mau membeberkan Bos yang menyuruh mereka.“Lempar saja dari rooftop!” pekik Rian kemudian menendang perut pria itu.Pria itu terbatuk-batuk. Ia terlihat sangat ketakutan. Dua orang pria yang tak lain rekan Rian langsung menarik lengan pria yang diikat dengan tambang. Mereka menyeret pria itu dan segera membawanya ke lantai atas. Pria itu sontak berkata kembali.“Jangan! Aku benar gak tau! Wajahnya pake masker. Dia cuma ngasih perintah dan bayar kami. Udah gitu dia pergi!”“Benar, emang dia gak lihatin wajahnya,” timpal pria asing lainnya.Rian mendengus pelan. Benar-benar tidak masuk akal!Namun dari tatapan me
Tak terasa hari demi hari telah dilewati oleh Jeena dengan latihan persiapan debut. Ia senang sekali karena ia dan Dion mulai mendapatkan chemistry. Mereka bisa menunjukan penampilan perdana untuk debut sebentar lagi.Tak hanya itu, Jeena juga merasa senang karena semenjak ia melapor pada pihak kampus, mobilnya kini tidak ada lagi yang merusak. Jeena tidak tahu jika di balik semua itu ada campur tangan Manggala. Manggala telah menemukan orang yang berusaha mengganggu Jeena. Meskipun mereka menjalani hubungan LDR, Manggala menempatkan beberapa pengawal untuk menjaganya dari jarak jauh. “Sekarang kita akan pergi ke butik! Ayo semangat! Kita akan cari kostum untuk tampil,” seru Laura di depan para mahasiswa calon peserta debut acara Amal.Jeena ikut rombongan Laura pergi ke butik langganannya. Mereka akan memilih kostum untuk tampil. Mobil-mobil mewah dari area kampus itu pun keluar dan merangkak membelah jalan di kota NY menuju sebuah butik milik desainer ternama."Jeena dan Dion kema
Akhirnya, terpaksa, Laila ikut bersedia menumpang mobil milik Beryl. Daya ponsel miliknya mati oleh karena itu ia tidak bisa memesan ojek online. Jika ia menunggu angkutan umum akan lama dan ia bisa terlambat pulang ke rumah.Sisi lain, Serina sebetulnya keberatan Laila ikut. Namun salah sendiri ia mencoba membujuk Beryl–yang ternyata di luar dugaan bersedia mengantar Laila pulang. Sungguh, tidak sesuai rencana.Sial, Serina harus lebih dulu turun di kontrakan elit yang disewa oleh Hanum untuknya. Oleh karena itu pasti Beryl akan berduaan dengan Laila. Gadis bermata biru itu merasa menyesal telah mengajak Laila.Selama perjalanan pulang, Serina begitu berisik. Ia bercerita banyak hal pada Beryl. Padahal Beryl hanya menanggapinya dengan gumaman dan anggukan kecil. Gadis itu tampak seperti gadis lugu yang polos.“Dulu waktu di Jogja, aku dan Laila berteman. Kami diam-diam suka pergi jalan-jalan untuk makan bakso. Laila suka diam-diam keluar pondok. Masih ingat gak Laila?”Serina mulai m
[Pak, pengawal Nona Jeena pulang. Tapi sepertinya, Nona Jeena tidak mengatakan pada siapapun. Terbukti ibunya juga tidak tahu kalau pengawalnya pulang.][Apa? Jadi dia sendirian di apartemen?][Iya, Pak.]Manggala mengepalkan ke dua tangannya erat. Mengapa Jeena berdusta padanya? Mungkin Jeena tidak ingin membuatnya khawatir. Namun sikapnya seperti itu justru semakin membuat Manggala khawatir. [Pak, satu lagi, hari ini mobil Nona ada yang mencorat coret. Maaf, saya tidak menyaksikan langsung. Soalnya saya tidak bisa masuk ke kampus begitu saja. Saya hanya mengamati Nona Jeena dari kejauhan. Nona Jeena naik mobil seorang pria bernama Dion. Mobilnya dibawa ke bengkel oleh orang suruhannya.]Manggala semakin geram mendengar laporan dari anak buahnya. Pasti ada orang yang berusaha mengganggu Jeena atau bahkan mencelakainya. [Kamu lihat siapa pelakunya?]Manggala mulai menginterogasi anak buahnya.[Maaf, Pak. Saya tadi sempat buang air kecil. Jadi, saya buru-buru cari toilet. Kejadiannya
Jeena mulai latihan kembali di kampus. Sore itu ia berlatih piano dengan Dion. Hampir dua jam lamanya mereka berlatih dengan keras di bawah bimbingan Laura.Clap, clap, clap,Beberapa anak mahasiswa yang ikut masuk untuk melihat latihan bertepuk tangan. Mereka menatap pertunjukan Jeena dan Dion dengan penuh takjub.Tak lama kemudian Laura mengangkat ke dua tangannya dan meminta Jeena dan Dion berhenti.“Cukup untuk hari ini!” pekik Laura dengan mengusap keningnya dengan yang basah karena keringat. Wanita yang sudah tidak lagi muda itu harus segera pulang. Sore sudah menjelang dan ia tidak ingin pulang kemalaman karena jarak rumah dan kampus sangat jauh, berbeda dengan Jeena dan Dion.Jeena dan Dion saling tatap dan melempar senyum. Mereka cukup puas latihan hari itu. Mereka merasa sudah berusaha menampilkan Performa yang maksimal. Selanjutnya, mereka akan mencari dress code untuk dipakai saat acara nanti. Mereka harus berpenampilan sempurna dengan pakaian yang senada.“Makasih buat har
Jam terasa merangkak lama. Setelah mengakhiri panggilan dari Manggala, Jeena pasrah untuk tidak menelepon yang lain. Ia sudah keburu ngantuk dan kesal.Nada bicara Manggala terdengar marah dan cemburu. Ia selalu memperingati Jeena untuk menjauhi Dion. Namun ia juga tidak memberikan alasannya. Jeena merasa pikiran Manggala itu terlalu dibuat-buat. Padahal Jeena hanya berurusan dengan Dion terkait dengan persiapan debut. Selebihnya ia tidak pernah berhubungan secara langsung. Mungkin satu-satunya alasan Manggala menyuruhnya menjauhi Dion hanyalah karena cemburu buta.“Mas Gala berlebihan,” gumam Jeena yang mulai menguap. Sebetulnya Jeena ingin mengadu soal ia menemukan sebuah surat misterius dari seseorang pada Manggala. Namun pasti Manggala akan semakin cemas padanya. Semua akan semakin rumit bagi wanita bermanik almond itu. Terlebih ia merasa sangat lelah. Biarlah besok ia akan membahasnya dengan Rosa.Jeena pun pergi ke kamar tidur setelah mematikan lampu seluruh ruangan apartemen.
Saat ini Laila seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Ia tidak bisa maju maupun mundur. Jika ia mengundurkan diri dari pekerjaan, maka ia akan mendapatkan penalti karena gadis itu sudah menandatangani surat perjanjian kontrak kerja. Ia tidak bisa mengundurkan diri dari pekerjaan apapun yang terjadi dalam kurung waktu satu tahun jabatannya.Sebaliknya, jika ia terus bekerja, ia akan terus merasa menderita. Karena kesalahan yang tidak dilakukannya akhirnya jabatannya di kantor diturunkan menjadi seorang staf. Otomatis gaji yang diperolehnya tiap bulan lebih kecil dari sebelumnya. Namun gadis bercadar itu tidak punya pilihan. Ia pasrah sampai ia bisa bekerja di sana selama setahun sesuai perjanjian kontrak.“Laila, aku turut prihatin. Aku gak tahu kenapa Pak Beryl sampai marah besar padamu gara-gara Pak Surya. Tapi kamu masih beruntung lo. Soalnya waktu itu Pak Beryl pernah pecat manajer SDM dan gak ada drama jabatannya turun. Padahal kesalahannya kecil banget.”Serina menepuk-nep
“Panggil Laila!"Beryl membentak Zuned sesaat mereka telah melakukan meeting internal para petinggi di kantornya. Semua peserta rapat terdiri dari pemimpin di semua divisi. Zuned tergugu kaget mendengar bentakan Beryl padanya. Pemuda itu memang pemarah mirip seperti ayahnya. Namun ia lebih pemarah karena sering memecat pegawai dengan seenaknya jika melakukan hal sepele.“Maaf, Pak Beryl. Kalau boleh saya tahu mengapa Bapak meminta saya untuk memanggil Laila? Apa Laila berbuat kesalahan?” tanya Zuned sangat berhati-hati. Ia sangat ketat dalam mengajari Laila. Laila juga cepat menguasai pekerjaannya. Selama dalam masa probation, kinerja Laila cukup memuaskan.Mengapa Beryl semarah itu pada Laila? Pasti Laila telah berbuat kesalahan."Pak Surya membatalkan kerjasama!" lanjut Beryl bernada emosi.Setelah dipanggil oleh Beryl, Zuned segera menuju ruangannya dengan wajah merah karena kesal. Baru saja ia menikmati euforia karena menenangkan pesanan yang banyak dari India melalui Surya Pradi