Happy weekend gaes
“Sayang, kamu tidak apa-apa?”Ana langsung memeluk putrinya dengan erat. Kini Ana dan Jeena sedang berada di rumah setelah mendapat kabar bahwa telah terjadi aksi penembakan yang dilakukan oleh seorang sniper di taman kota.Target penembakan ialah Jeena. Namun ia selamat karena Bang Alex reflek menolongnya saat tak sengaja ia melihat seorang pria dari kejauhan menodongkan moncong senapan ke arah Jeena Mahira Basalamah.Jeena hanya menangis dengan tersedu sedan saat mengingat kondisi Bang Alex yang kritis. Pemuda itu telah mengorbankan diri demi menyelamatkan nyawanya.“Sudah, sudah, anak Mami jangan bersedih lagi! Temanmu sudah ditangani, Sayang!” nasehat Ana pada putrinya. Ia mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Jeena. Jeena terlihat syok atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Tubuhnya gemetar hebat dan jantungnya berdegup kencang. Jangan tanyakan perasaannya! Saat ini perasaannya berkecamuk, tak karuan. “Jeena, kamu gak apa-apa?”Dari arah berlawanan Pasha dan Manggala
Brugh, Seorang gadis terjatuh saat ia menginjak lantai yang licin. Ia baru saja mengepel lantai. Ibu sambungnya menjatuhkan piring berisi rendang hingga mengotori lantai ruang makan. Alhasil ia lah yang bertugas untuk membersihkannya. Tak hanya membersihkan lantai bekas tumpahan kuah rendang, namun membersihkan seluruh lantai hingga ke teras rumah. “Ibu, kenapa aku sih yang harus mengepel lantai! Seharusnya yang mengepel lantai itu Mbak Dania. Mbak Dania kan cuman diam aja. La, aku yang malah disuruh-suruh bersih-bersih. Aku harus pergi ke pondok lagi,” omel gadis itu dengan helaan nafas panjang. Bahkan saking omelannya panjang pendek, tahu-tahu ia sudah selesai mengepel.Saat ibunya lengah, gadis itu buru-buru pergi setelah mengambil tas miliknya. Tak lupa ia mencari kunci mobil milik ayahnya, namun ternyata kunci mobilnya tidak ada.“Cari ini?”Seorang wanita bertubuh tinggi menggoyang-goyangkan kunci di depan wajah gadis cerewet tadi.“Mbak Dania, aku butuh kuncinya tolong!” ucap
Saat Ana dan Pasha pergi ke Bogor, Jeena masih berada di rumah sakit menunggu kabar tentang Bang Alex. Setelah mendapat hasil diagnosa dokter, Jeena pun memutuskan akan pulang. Ia lupa ada Sagara yang menunggu kepulangannya.Manggala menatap wanita di sampingnya yang tertunduk lesu. Sedari tadi Jeena tidak mau makan ataupun minum. Wajahnya menjadi pucat pasi. Pemuda itu menjadi mengkhawatirkannya.Namun Jeena keras kepala. Karena saking merasa sedih akibat insiden itu Jeena terlihat murung dan lemas.“Jeen, kita pulang! Kamu harus istirahat di rumah. Pasti Sagara menunggumu,” ucap Manggala penuh perhatian. Ia juga tidak ingin melihat kekasih hatinya jatuh sakit akibat insiden penembakan itu.Sepertinya Jeena memang terlihat sangat syok. Baru pertama kali melihat adegan tembakan di depan mata secara langsung.Jeena melirik sejenak ke arah Manggala namun tak lama kemudian tubuhnya ambruk ke sebelah Manggala. Manggala berjingkat kaget melihat Jeena yang sudah kehilangan kesadarannya.“Jee
“Kau mau kemana?”Seorang pria dengan luka sayat di pipinya mendekati seorang gadis yang terlihat membuka pintu balkon kamar di sebuah apartemen. Gadis itu terlihat cantik alami dalam balutan piyama tidur pendek. Ia biarkan rambutnya tergerai begitu saja, tersapu angin yang masuk melalui jendela kaca raksasa.Gadis itu menoleh dengan wajah kesal. “Aku bukan hewan piaraan yang kau bisa kurung seenaknya. Aku manusia! Aku butuh udara segar,” jawab gadis itu dengan suara yang dingin. Wajah cantiknya terlihat ketus. Namun, sial, di mata pria berwajah blasteran itu, ia terlihat menggemaskan dan seperti merengek ingin ditiduri. Pikiran pria itu memang dipenuhi oleh fantasi mesum seorang pria dewasa.“Come here Sweety! I wanna fuck you now,” ujar pria paruh baya tersebut dengan memasang senyum seringai culas. Gadis itu hanya mendesah pelan. Ia benar-benar telah terjebak di kandang singa. Ia tidak bisa melarikan diri. Sudah puluhan kali ia berusaha melarikan diri. Namun pada akhirnya ia pasrah
“Serina, makasih Sayang, kamu udah nyelamatin Nena Hanum,” imbuh Ana menatap Serina dengan penuh syukur. Mungkin jika tidak ada Serina, Hanum sudah tewas.Serina hanya terdiam dengan menyematkan senyuman teramat tipis. Ada rasa bersalah terselip di dadanya saat ia berdusta. Ia telah mengambil kesempatan.“Iya, Serina, makasih banget loh,” sambung Sulis juga tak kalah bersyukur melihat mertuanya selamat dari insiden kebakaran di mall MENARA DUA.“Keren Serin! Kamu wonder woman deh bisa gendong Nena. Kebayang, Nena kan lumayan gemuk.”Alby ikut berkomentar dengan kekehan pelan. Ia melirik ke arah Beryl yang juga duduk di sampingnya.“Sudah seharusnya aku menolong Nena. Mas Beryl, Mas Alby dan Mas Pasha juga sudah menolongku waktu itu dari orang jahat.” Serina menimpali mereka. Ia mengaitkan kejadian yang dialaminya dulu sewaktu diculik oleh Mafia. Ia juga berhutang nyawa pada mereka.“Ah, ya, Tante baru dengar. Kamu yang jadi korban penculikan itu kan?”Sulis berkomentar kala mengingat
“Jeena!”Manggala terpekik kaget saat ia tidak menemukan Jeena di dalam ruangannya. Tatapannya menyisir sudut ruangan itu dengan tajam. “Mas Gala, ada apa?”Jeena tampak keluar dari toilet di ruangannya. Ia juga terkejut saat mendengar suara Manggala yang nyaring.Manggala menghela nafas panjang ternyata Jeena ada di ruangannya. Pikirannya sudah berkelana ke sana kemari. Ia takut jika kekasihnya diculik. Ia mengusap dadanya beberapa kali. “Maaf, aku meninggalkanmu. Tadi aku berbincang dengan perawat soal Alex,”Manggala menahan diri untuk tidak menceritakan kondisi Alex yang cukup kritis. Ia tidak ingin membuat Jeena khawatir. “Mas, bagaimana kondisi Bang Alex?” tanya Jeena dilanda penasaran. Hingga detik itu, Jeena masih merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Bang Alex. Ia selalu menyalahkan dirinya.“Jeena, Alex masih harus dirawat. Kamu gak usah khawatir ya! Yang terpenting Alex sudah ditangani. Kamu harus percaya Tim dokter,” imbuh Manggala setelah berusaha menormalkan perasa
Malam itu di sebuah restoran Timur tengah yang terletak di dekat rumah sakit di mana Hanum dirawat, dua orang wanita dewasa terlihat sedang duduk mengobrol dengan serius. Di tangan mereka, ada secangkir teh khas Arab. Mereka meneguknya dengan perlahan. Mereka adalah Ana dan Sulis.Beberapa kali Ana terlihat menghela nafas panjang kemudian meneguk teh favoritnya supaya menenangkan perasaannya yang tak karuan. Menaruh cangkir teh Adeni yang sudah kosong, wanita berhidung bangir itu pun mulai menceritakan kronologis apa yang terjadi pada putrinya. Sementara itu Sulis memasang wajah serius menyimak penjelasan Ana.Setelah penjelasan selesai, Sulis pun berkomnetar. “Ana, kita harus segera kirim Jeena keluar negeri kalau begitu. Lebih aman! Di sana dia juga pasti senang karena bisa kuliah. Bukankah dia ingin segera kuliah?” imbuh Sulis berusaha berbicara tenang. Namun dalam hati ia merasa sangat gelisah. Barusaja Manggala mengirim sebuah pesan yang menceritakan soal sniper yang berusaha menc
“Jadi siapa pelakunya?”Manggala bertanya pada Kombes Hasan tentang perkara insiden kejadian penembakan yang tertuju pada Jeena.“Yang pasti bukan pihak Satria dan Paramita. Dari kaliber yang digunakan biasanya dipakai oleh mafia. Jujur, saya mencurigai seorang mafia sekaligus pengusaha. Dia bukan orang sembarangan. Sniper itu orang suruhannya yang sudah terlatih. Dia juga bukan gagal menembak. Atau istilahnya meleset. Dia seorang profesional. Namun sepertinya dia mengalihkan tembakannya karena sesuatu hal.”Kombes Hasan menghisap cerutunya dengan begitu nikmat. Secangkir kopi dan sebatang cerutu menemani pertemuannya dengan Manggala malam itu di sebuah kedai kopi bergaya vintage.Manggala mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Kombes Hasan. Ia sedang berusaha mencerna situasi. Asumsinya juga sama. Namun ia tak lantas menarik kesimpulan sebelum data yang ditemukan valid.“Laporan sudah masuk. Tapi pelaku sniper belum ada tanda-tanda ditemukan?” imbuh Manggala mempertanyakan soal sn
“Mas?” imbuh Jeena mendekati pria yang tak asing itu. Manggala terlihat tampan dalam balutan casual. Sehelai kaos putih dan celana panjang berwarna light blue. Jauh dari kesan penampilannya yang mirip eksekutif.Saat menyadari ada tamu, Rosa langsung menyingkir dari hadapan mereka. Jeena menyongsong Sagara kemudian memangkunya. “Anak Mama, lagi main sama siapa nih?” tanya Jeena seraya mencium pipi tembem putranya. Sagara yang dicium namun Manggala yang tertangkap basàh tersenyum mesem.“Papa Gala,” jawab Sagara yang terlihat jujur dan menggemaskan. Tatapan Jeena kini terpacak pada Manggala. “Kita ngobrol di taman aja ya Mas,”Manggala mengangguk pelan. Jeena pun menyerahkan putra tampannya pada babysitter Linda. Kini mereka berdua duduk di taman dan mulai berbincang.“Ada apa Mas tumben ke sini?” tanya Jeena penasaran melihat Manggala yang bertamu tiba-tiba ke rumahnya.Manggala menghela nafas panjang kemudian bersuara. “Jeena, kamu yakin mau pergi ke Manhattan lusa?”Jeena terdiam. M
“Jadi siapa pelakunya?”Manggala bertanya pada Kombes Hasan tentang perkara insiden kejadian penembakan yang tertuju pada Jeena.“Yang pasti bukan pihak Satria dan Paramita. Dari kaliber yang digunakan biasanya dipakai oleh mafia. Jujur, saya mencurigai seorang mafia sekaligus pengusaha. Dia bukan orang sembarangan. Sniper itu orang suruhannya yang sudah terlatih. Dia juga bukan gagal menembak. Atau istilahnya meleset. Dia seorang profesional. Namun sepertinya dia mengalihkan tembakannya karena sesuatu hal.”Kombes Hasan menghisap cerutunya dengan begitu nikmat. Secangkir kopi dan sebatang cerutu menemani pertemuannya dengan Manggala malam itu di sebuah kedai kopi bergaya vintage.Manggala mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Kombes Hasan. Ia sedang berusaha mencerna situasi. Asumsinya juga sama. Namun ia tak lantas menarik kesimpulan sebelum data yang ditemukan valid.“Laporan sudah masuk. Tapi pelaku sniper belum ada tanda-tanda ditemukan?” imbuh Manggala mempertanyakan soal sn
Malam itu di sebuah restoran Timur tengah yang terletak di dekat rumah sakit di mana Hanum dirawat, dua orang wanita dewasa terlihat sedang duduk mengobrol dengan serius. Di tangan mereka, ada secangkir teh khas Arab. Mereka meneguknya dengan perlahan. Mereka adalah Ana dan Sulis.Beberapa kali Ana terlihat menghela nafas panjang kemudian meneguk teh favoritnya supaya menenangkan perasaannya yang tak karuan. Menaruh cangkir teh Adeni yang sudah kosong, wanita berhidung bangir itu pun mulai menceritakan kronologis apa yang terjadi pada putrinya. Sementara itu Sulis memasang wajah serius menyimak penjelasan Ana.Setelah penjelasan selesai, Sulis pun berkomnetar. “Ana, kita harus segera kirim Jeena keluar negeri kalau begitu. Lebih aman! Di sana dia juga pasti senang karena bisa kuliah. Bukankah dia ingin segera kuliah?” imbuh Sulis berusaha berbicara tenang. Namun dalam hati ia merasa sangat gelisah. Barusaja Manggala mengirim sebuah pesan yang menceritakan soal sniper yang berusaha menc
“Jeena!”Manggala terpekik kaget saat ia tidak menemukan Jeena di dalam ruangannya. Tatapannya menyisir sudut ruangan itu dengan tajam. “Mas Gala, ada apa?”Jeena tampak keluar dari toilet di ruangannya. Ia juga terkejut saat mendengar suara Manggala yang nyaring.Manggala menghela nafas panjang ternyata Jeena ada di ruangannya. Pikirannya sudah berkelana ke sana kemari. Ia takut jika kekasihnya diculik. Ia mengusap dadanya beberapa kali. “Maaf, aku meninggalkanmu. Tadi aku berbincang dengan perawat soal Alex,”Manggala menahan diri untuk tidak menceritakan kondisi Alex yang cukup kritis. Ia tidak ingin membuat Jeena khawatir. “Mas, bagaimana kondisi Bang Alex?” tanya Jeena dilanda penasaran. Hingga detik itu, Jeena masih merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Bang Alex. Ia selalu menyalahkan dirinya.“Jeena, Alex masih harus dirawat. Kamu gak usah khawatir ya! Yang terpenting Alex sudah ditangani. Kamu harus percaya Tim dokter,” imbuh Manggala setelah berusaha menormalkan perasa
“Serina, makasih Sayang, kamu udah nyelamatin Nena Hanum,” imbuh Ana menatap Serina dengan penuh syukur. Mungkin jika tidak ada Serina, Hanum sudah tewas.Serina hanya terdiam dengan menyematkan senyuman teramat tipis. Ada rasa bersalah terselip di dadanya saat ia berdusta. Ia telah mengambil kesempatan.“Iya, Serina, makasih banget loh,” sambung Sulis juga tak kalah bersyukur melihat mertuanya selamat dari insiden kebakaran di mall MENARA DUA.“Keren Serin! Kamu wonder woman deh bisa gendong Nena. Kebayang, Nena kan lumayan gemuk.”Alby ikut berkomentar dengan kekehan pelan. Ia melirik ke arah Beryl yang juga duduk di sampingnya.“Sudah seharusnya aku menolong Nena. Mas Beryl, Mas Alby dan Mas Pasha juga sudah menolongku waktu itu dari orang jahat.” Serina menimpali mereka. Ia mengaitkan kejadian yang dialaminya dulu sewaktu diculik oleh Mafia. Ia juga berhutang nyawa pada mereka.“Ah, ya, Tante baru dengar. Kamu yang jadi korban penculikan itu kan?”Sulis berkomentar kala mengingat
“Kau mau kemana?”Seorang pria dengan luka sayat di pipinya mendekati seorang gadis yang terlihat membuka pintu balkon kamar di sebuah apartemen. Gadis itu terlihat cantik alami dalam balutan piyama tidur pendek. Ia biarkan rambutnya tergerai begitu saja, tersapu angin yang masuk melalui jendela kaca raksasa.Gadis itu menoleh dengan wajah kesal. “Aku bukan hewan piaraan yang kau bisa kurung seenaknya. Aku manusia! Aku butuh udara segar,” jawab gadis itu dengan suara yang dingin. Wajah cantiknya terlihat ketus. Namun, sial, di mata pria berwajah blasteran itu, ia terlihat menggemaskan dan seperti merengek ingin ditiduri. Pikiran pria itu memang dipenuhi oleh fantasi mesum seorang pria dewasa.“Come here Sweety! I wanna fuck you now,” ujar pria paruh baya tersebut dengan memasang senyum seringai culas. Gadis itu hanya mendesah pelan. Ia benar-benar telah terjebak di kandang singa. Ia tidak bisa melarikan diri. Sudah puluhan kali ia berusaha melarikan diri. Namun pada akhirnya ia pasrah
Saat Ana dan Pasha pergi ke Bogor, Jeena masih berada di rumah sakit menunggu kabar tentang Bang Alex. Setelah mendapat hasil diagnosa dokter, Jeena pun memutuskan akan pulang. Ia lupa ada Sagara yang menunggu kepulangannya.Manggala menatap wanita di sampingnya yang tertunduk lesu. Sedari tadi Jeena tidak mau makan ataupun minum. Wajahnya menjadi pucat pasi. Pemuda itu menjadi mengkhawatirkannya.Namun Jeena keras kepala. Karena saking merasa sedih akibat insiden itu Jeena terlihat murung dan lemas.“Jeen, kita pulang! Kamu harus istirahat di rumah. Pasti Sagara menunggumu,” ucap Manggala penuh perhatian. Ia juga tidak ingin melihat kekasih hatinya jatuh sakit akibat insiden penembakan itu.Sepertinya Jeena memang terlihat sangat syok. Baru pertama kali melihat adegan tembakan di depan mata secara langsung.Jeena melirik sejenak ke arah Manggala namun tak lama kemudian tubuhnya ambruk ke sebelah Manggala. Manggala berjingkat kaget melihat Jeena yang sudah kehilangan kesadarannya.“Jee
Brugh, Seorang gadis terjatuh saat ia menginjak lantai yang licin. Ia baru saja mengepel lantai. Ibu sambungnya menjatuhkan piring berisi rendang hingga mengotori lantai ruang makan. Alhasil ia lah yang bertugas untuk membersihkannya. Tak hanya membersihkan lantai bekas tumpahan kuah rendang, namun membersihkan seluruh lantai hingga ke teras rumah. “Ibu, kenapa aku sih yang harus mengepel lantai! Seharusnya yang mengepel lantai itu Mbak Dania. Mbak Dania kan cuman diam aja. La, aku yang malah disuruh-suruh bersih-bersih. Aku harus pergi ke pondok lagi,” omel gadis itu dengan helaan nafas panjang. Bahkan saking omelannya panjang pendek, tahu-tahu ia sudah selesai mengepel.Saat ibunya lengah, gadis itu buru-buru pergi setelah mengambil tas miliknya. Tak lupa ia mencari kunci mobil milik ayahnya, namun ternyata kunci mobilnya tidak ada.“Cari ini?”Seorang wanita bertubuh tinggi menggoyang-goyangkan kunci di depan wajah gadis cerewet tadi.“Mbak Dania, aku butuh kuncinya tolong!” ucap
“Sayang, kamu tidak apa-apa?”Ana langsung memeluk putrinya dengan erat. Kini Ana dan Jeena sedang berada di rumah setelah mendapat kabar bahwa telah terjadi aksi penembakan yang dilakukan oleh seorang sniper di taman kota.Target penembakan ialah Jeena. Namun ia selamat karena Bang Alex reflek menolongnya saat tak sengaja ia melihat seorang pria dari kejauhan menodongkan moncong senapan ke arah Jeena Mahira Basalamah.Jeena hanya menangis dengan tersedu sedan saat mengingat kondisi Bang Alex yang kritis. Pemuda itu telah mengorbankan diri demi menyelamatkan nyawanya.“Sudah, sudah, anak Mami jangan bersedih lagi! Temanmu sudah ditangani, Sayang!” nasehat Ana pada putrinya. Ia mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Jeena. Jeena terlihat syok atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Tubuhnya gemetar hebat dan jantungnya berdegup kencang. Jangan tanyakan perasaannya! Saat ini perasaannya berkecamuk, tak karuan. “Jeena, kamu gak apa-apa?”Dari arah berlawanan Pasha dan Manggala