Makasih masih stay tune baca. Moga rezeki kalian melimpah Amin.
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj
"Aaa..."Embun terbangun saat merasakan cipratan air mengenai wajahnya. Ia merasa tersentak lalu membelakan mata almondnya dengan penuh keterkejutan. Tangannya buru-buru mengusap air dingin yang membasahi wajahnya. Sepasang mata tajam langsung menyambut Embun. Seketika perempuan muda itu langsung menggerakan bibirnya, ingin menanyakan soal perjanjian yang dibuat antara ayahnya dan suaminya. Atau, mungkin wanita pesolek yang berdiri di hadapannya itu ikut terlibat di dalamnya! Sembari mencengkram sprei dan berusaha menegakkan tubuhnya, Embun langsung membuka mulutnya. “Tante, perjanjian apa yang dilakukan Ayah dengan Tuan Danar?”Suara Embun bergetar hebat. Sebetulnya sudah jelas Embun membaca surat kontrak yang dibawa suaminya. Hanya saja, ia tak terima karena merasa tidak pernah membuat kesepakatan apapun dengan Danar.Embun menyukai Danar dan jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika Danar melamarnya di depan sang ayah, ia langsung menerimanya dengan penuh sukacita. Indira-ibu t
Menaiki angkutan umum, Embun pergi ke sebuah villa sederhana dekat hutan pinus yang ia tinggali saat menjalani pernikahan dengan Danar Yudistira.Setelah dipersunting oleh Danar, Embun langsung diboyong oleh pria itu untuk menempati villa yang sepi dan sunyi itu. Letak villa itu jauh dari pemukiman warga. Di sana Embun tinggal dengan seorang asisten rumah tangga dan seorang security. Namun villa itu kini kosong!Usai ijab qabul, Danar hanya menginap semalam untuk melakukan ritual malam pertama dengan Embun. Keesokan harinya Danar pergi keluar kota karena harus bekerja. Perusahaan miliknya berada di luar kota. Semenjak menikahi Embun, hanya dalam hitungan jari, Danar pulang ke villa itu. Lagi, ia hanya datang untuk meminta haknya sebagai suami dan mengecek kehamilan Embun. Embun yang lugu tidak pernah menaruh curiga pada Danar. Air mata Embun kini tak terbendung ketika mengingat keping demi keping kenangan yang dilewatinya bersama Danar. Pantas saja, Danar hanya bersikap seperlunya p
Dua minggu berlalu dengan cepat.Danar yang baru saja pulang dari kantor, langsung berjalan menuju kamar bayinya. Namun, pria itu tampak begitu terkejut.“Kenapa dia menangis?” gumamnya.Baru pertama kali mendengar bayinya menangis kencang. Seingatnya jika bayi itu menangis kencang maka pasti ia kehausan. “Anu, Tuan, dia mau menyusu!” jawab babysitter dengan perasaan cemas. Ia begitu takut saat berhadapan dengan Tuan Danar yang pemarah dan dingin. Babysitter berusia dua puluh tahunan itu pun menyingkir dan memberi jalan pada Danar untuk masuk ruangan khusus bayinya.Danar tidak langsung memangku bayinya. Ia baru saja pulang bekerja. Ia tidak ingin mengambil resiko menyentuh bayinya dalam keadaan tubuhnya kotor akibat bersimbah keringat. Pria berwajah dingin itu hanya menatap bayinya dengan tatapan teduh. Lantas ia bertanya pada babysitter yang mengasuh putranya. “Di mana Nyonya, Maya?”Maya-babysitter itu menjawab dengan tergeragap. “Anu … Tuan … Nyonya sedang di kamar.”Mendengar ja
Dua pekan sudah Embun berusaha menegarkan dirinya. Ia bertekad akan melanjutkan hidupnya. Ia akan mencoba mencari pengalaman baru bekerja di luar kota. Selain itu, ada hal yang mendesak pula sebagai alasan yaitu sang ayah yang ternyata masih terlilit hutang pada beberapa orang rentenir. Oleh karena itu, Embun akan mencoba peruntungan bekerja di kota kendati tidak memiliki pengalaman sedikit pun. Nyaris dua puluh satu tahun, Embun Ganita hanya menghabiskan waktunya di kota kembang. Setelah lulus sekolah menengah atas, Embun hanya menghabiskan waktunya di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, sejak dini hari hingga malam menjemput. Adapun Bibik Lilis mulai bekerja di rumahnya ketika Embun dinikahi oleh Danar. Sebetulnya, Bagas tidak memberikan ijin Embun pergi keluar kota. Ia sudah memiliki rencana lain setelah putrinya itu berhenti nifas. Namun untuk mengendalikan kondisi psikis Embun yang tengah hancur akibat kehilangan bayinya, ia mengijinkannya. Ia yakin, Embun tidak akan berta
Barangkali bukan rezeki Embun untuk bekerja di cafe milik saudara temannya Yasmin?Ibu satu anak itu pun menghela napas.Digantinya seragam cafe dengan pakaian sebelumnya. Ia memutuskan berjalan keluar kafe dan berdiri mematung di tepi jalan dengan perasaan yang runyam. Ia bingung harus pulang ke apartemen Yasmin. Yasmin pasti marah padanya karena ia sudah merusak kepercayaan Yasmin. Padahal adik sambungnya itu sudah bersusah payah mencarikannya pekerjaan. “Ternyata, benar apa kata Ayah. Mencari kerja di kota sangat sulit. Apalagi aku hanya lulusan SMA di kampung.”Embun menghela nafas panjang. Tatapannya menyapu seluruh sudut jalan. Ia merasa dunianya kosong. Tangannya begitu saja mengusap perutnya. Lupa jika ia telah melahirkan. Mengingat bayinya yang tampan, dada Embun merasa sesak sekali. Hatinya terasa perih. Namun ia berusaha menegarkan dirinya kendati merasa hidup tidak adil baginya! Mengapa ia harus menanggung masalah ke dua orang tuanya?Jangan tanyakan perasaannya saat in
Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya. Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhi
Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sàdar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa
“Ough, Satria, apa yang kaulakukan?” ujar Mita saat Satria menarik kardigan yang dipakainya dengan kasar. Wanita bertubuh jangkung itu cukup kaget melihat tingkah Satria yang tak biasa. Sekalipun sikap pria itu menyebalkan, namun sejauh ini pria itu bersikap lembut padanya dalam keadaan sadar. Kecuali saat pria itu dalam keadaan mabuk.Pria berwajah oriental itu mendengus kesal. Ia pun menarik paksa sebuah benda yang menempel pada cardigan Mita. Sebuah benda kecil namun sangatlah berbahaya.“Kenapa ditarik sih kancingnya?” oceh Mita tak terima dengan sikap Satria. Ia menatap tajam Satria, tidak terima dengan sikapnya. Satria tertegun menatap sebuah benda bulat yang berbentuk mirip pin atau kancing itu. “Sialan! Seseorang menyadap kita, Mita! Seseorang telah mencurigaimu. Bahkan kau tidak menyadarinya.”Mita mengerjapkan matanya sekali dengan wajah bingung. “Apa maksudmu? Penyadap apa?” tanya Mita memperhatikan sekelilingnya, mencari apa yang diucapkan oleh Satria padanya. “Kamarmu tid
Embun menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Gadis bernama Laila cukup berhasil membuatnya mengalami sport jantung.“Mbak, sariawan?” Laila menatap Embun dengan tatapan interogatif. Kesal juga ketika ia bicara namun tidak ditanggapi oleh wanita bermanik almond di depannya. Padahal ia cukup letih berbincang panjang lebar namun hanya ditanggapi dengan kalimat singkat.Embun menghela nafas pelan. Menghadapi gadis cerewet membutuhkan kesabaran. Sikap gadis itu mengingatkan dirinya pada salah satu sepupunya yang menyebalkan.“Mbak cemburu ya? Bercanda kok? Aku belum mau menikah. Lagipula, aku tidak mau merebut calon suami orang,”Laila meralat perkataannya. Embun yang mendengarnya sampai menganga dibuatnya.Ke dua sudut bibirnya berkedut, Embun hendak mengomentari gadis berisik itu. Namun gadis itu lagi menyambar perkataannya.“Mbak pasti penasaran kan, kenapa aku tahu tentang kalian? Soalnya aku tadi mencuri dengar kalian bicara berbisik-bisik,” katanya dengan santai. Sese
“Kenapa marah-marah? Tolong jaga sikap!”Satria mengingatkan Mita. Semenjak pulang dari pesta ayahnya Manggala, wanita itu terlihat kesal dan murka. Bahkan mereka lebih dulu pulang. Mita merengek pada Satria ingin pulang lebih dulu. Mereka berada di dalam kendaraan milik Satria. Mereka baru saja tiba di depan tower apartemen milik Satria.“Aku bosan saja! Pesta apa di sana? Sama sekali tidak keren! Hanya minuman biasa yang disajikan,” jawab Mita asal. Sebetulnya, yang membuatnya kesal ialah kehadiran Embun. Ia muak melihat Embun kini sudah berada satu level dengannya.Satria menggelengkan kepalanya. Ia juga tahu soal Embun dari Mita yang dulu bercerita padanya. “Honey, kau mau minum vodka? Sampanye? Atau apa?” Jawab Satria dengan menarik sudut bibirnya dengan penuh arti. Mita bisa langsung tahu arah kemana pembicaraannya. “Dasar pria mesum!” umpat Mita namun ia juga tidak bisa memungkiri jika Satria sangat buas di atas ranjang. Ia selalu mengumpatinya namun menikmati permainannya.“Ay
Malam itu menjadi malam yang indah bagi seorang wanita dan pria yang baru saja mengungkapkan perasaan masing-masing. Embun menjawab pertanyaan Manggala dengan senyuman yang tipis. Senyuman yang menyiratkan bahwa ia bersedia menerima cinta dari seorang pemuda yang telah mengungkapkan perasaan padanya.Manggala memalingkan wajahnya, menahan euforia yang meledak-ledak di balik dadanya. Sempat ia berpikir harapan cintanya hanya sekitar lima puluh persen. Bukan tanpa alasan, selain Embun masih trauma dengan kisah cintanya dengan Danar, ada hal lain yang membuatnya memutuskan untuk menolaknya yaitu soal restu ke dua orang tua mereka. Bukankah ibunya Embun adalah mantan kekasih ayahnya?“Hum, jadi Jeena menerima cinta Mas Gala?”manggala bertanya kembali untuk ke dua kalinya. Baginya, ini seperti mimpi indah.Embun tersenyum melihat ekspresi Manggala yang mirip seorang anak kecil di mana ia baru saja mendapatkan mainan baru yang diinginkannya.Rona merah jambu menyembul di pipi Embun Ganita.
“Halo Om dan Tante!”Manggala menyapa sahabat ayahnya dengan ramah. Ia tersenyum menyalami mereka. Sesaat kemudian ia melirik ke arah seorang gadis bercadar dan menganggukan kepalanya pelan. Mata gadis itu menyipit, sepertinya ia juga membalas senyuman Manggala dari balik cadarnya. Matanya terlihat indah.“Gala, dari mana saja kau? Om Yuda dari tadi menanyakanmu,” sambung Aldino menyambut putranya. “Gala menyambut tamu, Pa,” jawab Manggala kemudian ia menoleh ke arah belakang. Ia akan memperkenalkan Embun pada sang ayah. Naasnya, saat Manggala menoleh ke belakang, Embun tidak ada berada di belakangnya.Pemuda tampan itu tampak panik, Embun menghilang. Apakah wanita bermanik almond itu tersinggung mendengar perkataan ayah dan sahabatnya?Manggala mengkhawatirkannya. Padahal ia ingin sekali memperkenalkan wanitanya secara langsung kepada ke dua orang tuanya dengan cara yang benar.“Papa, maaf Gala mau ke pergi dulu,” ujar Manggala meminta ijin pada ayahnya. Padahal ia ingin mencari Embu
Sebulan berlalu, Manggala menunggu jawaban Embun. Terpaksa ia memanjangkan sumbu kesabaran dan tak berani bertanya langsung pada Embun karena khawatir bisa menyinggung perasaan wanita itu.Manggala cukup memahami alasan mengapa Embun masih belum memberikan jawaban padanya. Pasti bukan hal yang mudah. Apalagi Embun sempat trauma karena pernikahannya dulu yang gagal. Wanita bermanik almond itu pasti tak mudah dalam memilih pasangan hidupnya.Namun sebuah kesempatan emas tiba, Manggala mengundang Embun dan the Great Duke untuk menghadiri acara pesta ulang tahun perusahaan milik ayahnya. Ia sudah kangen berat dengan ibunya Sagara. Betapa sulit ia bisa bertemu dengannya di tengah kesibukan masing-masing.“Gala, jangan lupa ya undang teman-temanmu ke acara pesta! Teman-teman terdekatmu saja. Toh, Papa membatasi tamu undangan yang hadir. Hum, sebetulnya Mama malas ada acara beginian. Tapi, Papa pengen yang rame-rame. Soalnya nanti di Salatiga juga pasti ada perayaan lagi.”Malati mengungkapka
Hari ini ke dua wanita cantik berbeda usia telah selesai melakukan yoga di ruang olahraga. Ana dan Embun sedang beristirahat. Embun mengelap keringat yang mengucur di dahinya dengan handuk kecil. Kemudian jemarinya yang lentik meraih botol minum. Ia menegak air minum perlahan. Air jernih mengaliri tenggorokannya dengan begitu nikmat. Melakukan yoga cukup lama membuatnya merasa kehausan.Tak lama kemudian, ia pun mengangsurkan botol minum lain pada ibunya termasuk dengan handuk kecil. “Makasih, Sayang,” ucap sang ibu dengan tersenyum lebar. Ia tidak pernah menyangka akan memiliki anak sedewasa Embun. Dulu ia tumbuh sebagai anak yang manja dan selalu ingin dilayani. Berbeda dengan Embun yang terlihat mandiri. Mungkin perjalanan hidup Embun yang membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan bijak di usianya yang terbilang muda.“Mami, kapan aku mulai kuliah?” tanya Embun setelah menaruh handuk dan botol minum di atas meja—yang berada di sampingnya. Ia merapikan anak rambut yang menjuntai d
Karena rasa ingin tahu yang tinggi, Manggala akhirnya membuntuti mobil Mita dan Satria hingga mereka tiba di sebuah unit apartemen mewah yang berada tak jauh dari apartemen di mana Manggala tinggal. Helaan nafas berat lolos dari sela-sela giginya. Ada banyak teka teki yang harus ia pecahkan.Jimmy sudah membebas tugaskan dirinya. Namun nuraninya tak bisa berdusta. Ia ingin mengungkapkan kasus Diajeng secara tuntas. Sisi kemanusiannya tergerak melihat sebuah kejahatan di depan mata. Dan, ia tidak bisa menutup matanya. “Apa mereka ada affair?” gumam Manggala saat salah satu tangannya menarik tuas persneling, memindahkan gigi transmisi. Ia membelokkan kendaraannya menuju sebuah resto yang berada di area sebelah apartemen. Ia akan memarkirkannya di sana. Jika ia memarkirkan kendaraannya di sekitar unit apartemen milik Satria, maka rencananya bisa gagal total. “Okay, pasti aku akan menemukan sesuatu di sana,” seru Manggala keluar dari dalam mobil miliknya kemudian berjalan menuju lobi apa
“Lihat! Ada yang sedang jatuh cinta,” ucap Alby menyenggol lengan Beryl. Diam-diam pemuda itu sedang mengamati sepupunya yang terlihat tersenyum mesem menatap kotak musik pemberian dari seseorang. Kini mereka sudah pulang kembali ke kediaman Ana. Mereka pulang cukup larut malam. Sulis dan ke dua anak kembarnya sengaja menginap di sana karena ada urusan.Mereka menikmati obrolan ringan di ruang keluarga setelah menyantap makan malam yang dimasakkan oleh koki di sana.Beryl pun mengikuti arah tatapan saudaranya dan tersenyum. “Pantesan ngilang! Tahunya mojok berduaan.”Pemuda itu melempar bantal sofa ke arah Pasha. Membuat Pasha yang asik memainkan ponselnya mendelik ke arahnya.Menyadari percakapan mereka tertuju pada siapa, Embun mendongak dan menatap si kembar berwajah Arab bergantian.“Aku gak mojok. Tadi ada bapaknya Gara. Dari pada ketemu sama dia—”“Mending mojok sama Mas Gala,” potong Beryl– yang memang benar adanya meskipun dengan cara penyampaiannya yang menyebalkan. Ia dan ib