Beberapa jam sebelum kejadian.Darren yang masih lemah, didudukkan di sofa empuk dengan kedua tangan di ikat di belakang. Kesadarannya berangsur pulih.Rosalin menjerit. "Ayah, ayah sudah sadar? tolong aku!""Tuan besar, tolong kami!" teriak perawat pribadi Darren."Tolong kami!""Tolong kami, tuan!"Teriak orang-orang yang dikenal Darren. Tidak, mereka bukan hanya sekedar kenalan tapi juga selingkuhan Darren. Apa yang terjadi?"Darren, sayang. Kamu sudah bangun?" tanya Agni yang masuk ke dalam ruangan dengan memakai gaun pengantin lama dan memegang buket berisi tulip merah, tulip kuning dan bunga higanbana.Semua orang yang sudah duduk di kursi masing-masing, menjerit ketakutan. Kursi itu ditempel melekat ke tanah secepat mungkin dan para tawanan diikat erat di kursi, letak kursi di samping kiri dan kanan, memberikan jalan untuk Agni lewati dengan kursi mahal yang ditempati Darren."Agni," desis Darren. "Dasar pembunuh!"Agni yang cantik mulai berhalusinasi, melihat wajah Darren yang
Vivi menerima dokumen laporan investigasi kebakaran rumah. Malam setelah kebakaran, Reza dan Vivi menginap di rumah Vivi sementara teman-teman dekat lainnya membantu mengamankan dokumen dan barang-barang yang bisa diselamatkan.Sudah hampir satu minggu kejadian itu berlalu, abu kedua orang tua Reza disebar ke laut sesuai permintaan ibunya, sementara yang lain sudah dimakamkan oleh keluarga masing-masing."Kebakaran berasal dari ruang makan lantai satu, meja disingkirkan lalu kursi di letakan di sebelah kiri dan kanan seolah membuat jalur jalan lalu di ujung adalah sofa yang diduga ditempati dua orang."Nina merinding mendengarnya. "Apakah itu adalah ibu dan ayah mertua kamu?"Vivi mengangguk pelan. "Tubuh mereka hancur tapi di puing ada sisa potongan kain gaun pengantin dan kain baju pasien. Jadi itu pasti ibu dan ayah.""Tubuh yang lainnya utuh dan sudah gosong, ada Rosalin di dalam kan?" tanya Kinara."Ya, tes Dna di gigi cocok," jawab Vivi."Bagaimana dengan suami kamu?" tanya Vio
Tindakan netizen semakin semena-mena, Almira juga mulai muncul di tv ibukota klarifikasi mengenai kematian calon ibu mertuanya sementara Krisna tidak diizinkan menyentuh manajemen ayahnya, buka suara di media sosial.Selama ini ayahnya selalu diam mengenai kehidupan istri dan anak-anaknya karena terlalu malas ikut campur. Jadi, saat netizen menyerang Vivi pasti tidak akan ikut campur.Yang paling parah Erika, dia membuat status dan kemarahan kepada ayah dan Vivi atas kematian ibunya. Netizen membela Erika dan mencaci Vivi.Vivi sibuk bekerja, mengabaikan cibiran di media sosial atau pun kehidupan nyata.Para investor dan manajer operasional tidak berani angkat bicara, mereka sudah melihat sendiri bagaimana cerdasnya Vivi dan juga bagaimana busuknya Rosalin. Andaikan tidak ada kendala soal perjanjian waktu itu, mereka pasti sudah menjadi garda depan membela Vivi.Saat pulang ke rumah, Vivi melihat Reza sudah menyiapkan makanan. "Kamu masak?" tanya Vivi sambil duduk setelah dibantu Rez
Setelah mendengar persetujuan Erika, Vivi dan Reza menyerahkan Choky untuk mengawasi rancangan pesta.Konsep dan lainnya sudah direncanakan dari awal oleh Rosalin dan Almira tapi karena Rosalin sudah meninggal dan Almira sibuk di tv. Erika jadi melanjutkan sendirian dengan dibantu EO terkenal.Erika hanya mengundang teman dekat dan keluarga dari pihak ibu. Keluarga dari pihak ayah tidak diundang karena tidak terlalu dekat dengan dirinya.Erika membuat status di i*******m dengan nada sedih dan menyebut ibunya, sontak netizen menyemangati Erika sekaligus menyidir Vivi.Putra yang melapor ke Vivi dan Reza tidak bisa berbuat apa-apa karena yang bersangkutan tidak mau meladeni anak kecil."Apa nyonya sudah lupa kalau usianya hanya selisih satu tahun dengan nona Erika?" tanya Choky ke Putra.Putra terlalu malas untuk berkomentar.Choky dan Putra tahu, Vivi konsentrasi dengan perusahaan, pengambil alihan bisnis keluarga Hutama dan membayar hutang yang membengkak sementara sang kepala keluarga
"Senang?" tanya Vivi sambil memeluk suaminya dari belakang tanpa memakai pakaian sehelai pun.Reza yang sedang menonton video di TV flat-nya tersenyum. "Waktu itu aku tidak bisa memberikan hadiah kejutan karena butuh dana besar dan pengalaman banyak. Sekarang, akhirnya aku bisa memberikan kejutan," ucap Vivi sambil membelai dada suaminya yang bidang dan mencium pipi."Kamu tidak merasa sayang?""Tidak," tegas Vivi. "Bisnis keluarga Hutama hanya terdiri dari hotel, saat merger aku sudah memisahkan bisnis milik keluarga ibu ku.""Apakah kamu sudah mendengar ceritanya?"Tangan Vivi yang rakus dan memainkan puting Reza, terhenti."Jadi, kamu sudah tahu?""Itu hanya masa lalu.""Ibu ku dulu terlalu fokus dengan impian dan cita-cita cintanya sehingga melupakan detail yang ditinggalkan kakek, kamu pasti sudah membacanya di perpustakaan.""Kamu sengaja membuat ku membacanya?" tanya Vivi tidak mengerti. Dulu dirinya tidak terlalu tertarik dengan sejarah keluarga Hutama dan Aditama tapi setela
Netizen semakin menggila dengan berita baru semalam. Politikus yang disebut malaikat, berselingkuh dengan pria lain dan memiliki anak. Tidak, bukan berselingkuh melainkan menjebak pria supaya bisa punya anak.Erika diusir dari rumah, mencoba menghubungi semua teman-temannya, tidak ada yang mengangkat.Akhirnya Erika memutuskan tidur di hotel milik keluarga Hutama, karena terlalu lelah mengambil semua barang berharga miliknya sekaligus menangis dan mendapat kabar tidak menyenangkan, dia jatuh tertidur di dalam kamar.Ibu, andaikan ibu masih hidup----Sudah dua hari Erika berdiam diri di dalam kamar, meratapi nasib. Bingung dengan perubahan nasib tidak terduga. Selama merenung, dia mengingat masa lalu saat mengusir Vivi pergi. Apakah ayah melakukan hal yang sama untuk menghukumku? waktu itu kan semua keputusan di tangan ibu, aku hanya ikut membantu ibu dan Almira saja.Erika lalu teringat dengan kakaknya di ibukota, dia mencoba menghubungi kakaknya.Tidak tersambung.Erika mencoba lag
Erika hampir gila melihat semua koleksi perhiasan dirinya dan ibu sudah tidak ada, bahkan gaun mewah diambil mereka. Untung saja mereka masih berbaik hati tidak mengambil handphone miliknya.Erika menangis dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Semenjak kakek dan ibu meninggal, semuanya berubah. Andaikan mereka masih hidup, aku sekarang sudah melewati ulang tahun dengan bahagia dan tidak perlu menangis seperti ini.KriiiingErika buru-buru membuka handphone. "Hallo, kakak?""Erika, kamu baik-baik saja disana?"Air mata Erika mengalir. "Kakak ipar? kakak dimana?""Kakak kamu sibuk bertemu orang-orang, kamu baik-baik saja?"Erika menghapus air mata dan mulai bercerita.Setengah jam kemudian, setelah selesai bercerita. Erika mengobarkan kebencian ke Vivi. "Andai saja ayah tidak membawa anak itu masuk ke dalam rumah- pasti aku- aku-""Sudahlah, tidak ada yang perlu ditangisi. Kamu coba bertemu teman-temanku, mungkin mereka mau bantu kamu.""Bantu bagaimana?""Yah, setidaknya kamu harus se
Almira dan Krisna duduk di hadapan seorang dukun. Dukun itu membaca mantra dan melempar sesuatu ke sebuah baskom kayu berukuran sedang yang mengeluarkan asap berwarna merah."Asap ini adalah asap persembahan anak buah saya untuk menyerang mereka. Semakin banyak kalian membayar saya, semakin banyak anak buah saya bekerja dan semakin cepat hasil yang kalian ingin dapatkan."Almira menowel Krisna.Dengan cemberut, Krisna memberikan segepok uang sepuluh juta rupiah.Dukun dengan cepat menyembunyikan uang itu ke bawah kakinya dan mulai merapal mantra dengan keras. "WAS WES WOS WAS WES WOS WAS WES WOS!"Krisna bertanya ke Almira. "Ini akan berhasil kan?"Almira mengangguk mantap. "Tentu saja."Krisna menjadi lega dan ikut menirukan mantra si dukun dengan pelan.Almira ikut menirukan juga.Asap itu melayang sampai ke rumah keluarga Vivi."Tahu kebodohan manusia nggak?" tanya Alex yang sudah di dalam rumah keluarga Vivi.Vio tertawa geli. "Serakah, gak bisa dapat lalu main dukun. Menuduh Vivi