“Apa maksudnya dipertimbangkan lagi? Bukankah sudah jelas jika proposal yang aku kirimkan sempurna?” Rafa kesal karena ucapan Nona, lantas membantah pendapat wanita itu. “Memangnya masih ada yang salah?” tanyanya kemudian dengan tatapan tidak senang.
Nona tersenyum tipis mendengar komplain Rafa, hingga kemudian membalas dengan bijak, tanpa memandang jika pria itu adalah mantan suaminya.
“Ini bukan kesepakatan kecil, ada nilai miliaran dalam kerjasama ini. Jadi aku pikir sudah seharusnya dipertimbangkan dengan matang juga. Dicek semua, agar ke depannya tidak lagi ada masalah, menurutku tidak ada yang dirugikan, ini semata-mata agar kedua pihak nantinya tidak memiliki keluhan.”
Rafa semakin kesal mendengar apa yang diucapkan Nona, sedangkan Biru terlihat memperhatikan dan merasa kalau apa yang dikatakan wanita itu ada benarnya.
“Sepertinya yang dikatakan Nona benar. Mungkin kita memang harus mempertimbangkan d
Nona masuk disambut anak-anak dan juga ibu panti yang bernama Dewi, ibu panti itu sangat baik dan ramah, apalagi sudah mengenal Nona sejak lama.Setelah membersihkan diri, Nona pun pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan makan malam seperti belakangan ini.Beginilah kesibukannya setelah tinggal di panti asuhan itu.**“Semuanya sudah siap, panggil anak-anak untuk makan,” kata Dewi setelah semua masakan sudah selesai dimasak.Nona mengangguk, kemudian berjalan ke ruang depan di mana anak-anak berkumpul untuk menunggu makan malam siap. Hingga dia terkejut saat melihat siapa yang kini sedang duduk bersama anak-anak panti.Segara ada di sana, duduk manis bersama anak-anak sambil bercanda dan sesekali mengajak main. Nona melihat senyum tulus di wajah Segara, tidak menyangka jika pria itu bisa bersikap manis ke anak-anak.“Apa Om akan datang lagi?” tanya salah satu anak panti berumur sekitar sepuluh ta
**Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di rumah paman Segara. Nona melihat banyak mobil mewah dan orang dari kalangan atas hadir ke pesta itu. Belum-belum dia sudah gemetaran, takut jika sampai melakukan kesalahan dan membuat malu dirinya sendiri juga Segara yang mengajaknya.“Ini pesta dalam rangka apa?” tanya Nona saat keduanya berjalan menuju ke dalam.“Anniversary pernikahan paman dan bibiku,” jawab Segara santai.Nona semakin gugup, dia tidak bisa membayangkan siapa saja yang hadir di pesta itu. Saat baru saja menginjakkan kaki di dalam, Nona semakin malu dan panik karena semua mata kini tertuju kepadanya dan Segara.“Bagaimana kalau ada yang tahu bajuku ini sewaan, tas ini juga dan … “ Nona menggelengkan pelan kepalanya untuk menepis pikiran buruk.Segara meraih tangan Nona dan tersenyum karena merasakan keringat dingin akibat rasa takut yang mendera, pria itu membawa Nona menemui paman
Nona masih bingung dengan yang dilakukan Segara, belum lagi dia melihat semua mata kini tertuju ke arah mereka. Segara masih memandangi Nona, hingga pria itu melihat keraguan dan merasa kalau Nona tidak akan menerima lamaran palsunya ini. Segara pun kehilangan kesabaran, lantas hendak berdiri karena tak ingin terlalu lama berlutut.“Aku bersedia!”Namun, belum juga Segara bangkut, ternyata Nona lebih dulu mengulurkan tangan dan menerima lamarannya. Pria itu mengulas senyum, lantas memakaikan cincin yang dibawanya ke jari manis Nona.Semua orang pun bertepuk tangan seolah ikut merasakan kebahagian keduanya, Nona tak percaya, dia dibuat semakin terkejut karena Segara tiba-tiba berdiri dan memeluk tubuhnya.“Tunggu! kenapa harus pakai acara peluk-peluk?”Nona berbisik di telinga Segara, matanya melirik ke orang-orang yang sedang bertepuk tangan dan memandang mereka.“Sudah, diam saja,” jawab Segara. &ld
***Keesokan harinya adalah hari libur. Nona membantu Dewi dan pengurus panti lainnya untuk menyiapkan sarapan, setelah memandikan anak panti yang masih bayi atau yang belum bisa mandi sendiri.Nona terlihat bahagia, mengurus anak-anak itu menjadi suatu kebahagiaan tersendiri untuknya. Dia kini berada di ruang bermain, bersandar di tembok sambil memangku bayi dan memberinya susu lewat dot. Tidak hanya mengurus satu anak, Nona mengurus empat anak sekaligus, tiga lainnya kini sedang duduk menunggu Nona membacakan buku cerita.Ketiga anak itu memandang Nona yang sudah memegang buku cerita sambil membacakannya. Anak-anak itu terlihat senang, mereka merasa mendapatkan kasih sayang, meski bukan dari orangtua kandung mereka.“Di luar ada tamu yang datang,” ucap pengurus panti ke Dewi.Nona dan anak-anak yang berada di sana pun menoleh, hingga Nona sangat terkejut melihat siapa yang datang. Segara datang membawa dua boneka, sedang
**Saat sampai di kantor, Biru dibuat bingung dengan perubahan sikap Senja. Ia merasa aneh saat mendengar Senja ingin bekerja di sana, padahal sebelumnya Senja tidak pernah berminat. Dahi Biru berkerut, sebuah pemikiran melintas di kepala.“Mungkinkah Senja iri ke Nona? Tapi kenapa? Itu tidak mungkin. Aku tahu bagaimana sifat Senja.”Biru menerka-nerka, tapi juga menepis pemikirannya sendiri. Pria itu masih melamun sampai tidak sadar kalau Nona masuk membawa berkas untuk diserahkan kepadanya.“Pak.” Nona memanggil untuk yang ke dua kali karena Biru hanya diam.Biru sangat terkejut mendengar suara Nona, hingga menatap dan melihat sekretarisnya itu sudah berdiri di depan mejanya.“Ini berkas yang Anda minta,” ucap Nona meletakkan berkas yang dibawa ke meja.Biru mengangguk, kemudian mengambil berkas lain yang ada di mejanya, lantas memberikan ke Nona.“Tolong cek proposal yang ditaw
Segara tersenyum menanggapi pertanyaan Nona yang sedang terkejut. Hingga dia kembali memberikan lauknya ke piring wanita itu.“Aku bilang, calon istriku harus makan banyak dan tidak boleh kurus.”Tentu saja ucapan Segara membuat semua karyawan di sana langsung membungkam mulut dengan rasa tidak percaya yang menyergap dada, sedangkan Nona sendiri terlihat kesusahan menelan makanan yang sudah masuk ke kerongkongan, rasanya tersangkut hingga membuatnya susah bicara.Nona menggelengkan kepala menolak pengakuan Segara, sungguh pria itu tampaknya salah minum obat atau ketempelan jin di ruang kerjanya, sampai menyebutnya calon istri di depan banyak orang.Segara menyadari kalau Nona kesusahan menelan. Dia pun mengambil botol air di dekat Nona, lantas membuka tutupnya dan memberikannya dengan penuh perhatian.“Minumlah! jangan sampai kamu mati tersedak.”Nona mengambil botol minum dari tangan Segara, lantas menenggak dengan c
***Di ruangannya, Segara terlihat tersenyum sendiri. Emir yang baru kembali dari kantin, tampak keheranan melihat sikap Segara yang berbeda.Emir meletakkan berkas yang dibawanya ke meja Segara, tapi tampaknya sang atasan masih tidak menyadari kehadirannya di sana dan terlihat tidak fokus sama sekali.“Apa ada yang terjadi? Kenapa Anda senyum-senyum sendiri?” tanya Emir penasaran.Segara menatap Emir yang memandangnya penasaran, hingga kemudian menjawab, “Sepertinya aku sangat menyukai Nona.”“Apa Anda serius mengatakan itu? Jika iya, lantas kenapa Anda masih memesan wanita untuk menemani tidur malam ini,” sindir Emir.Segara terkejut dan begitu tertampar dengan ucapan Emir, hingga kemudian dia pun memberi perintah. “Kamu saja yang datangi wanita itu sana, atau batalkan saja dan beri dia uang.”Emir semakin melongo, karena Segara memberi perintah dengan sangat enteng bahkan tersenyum ma
Nona mendorong tubuh Segara agar tautan bibir mereka terlepas, hingga dia pun menatap tajam dengan penuh rasa kesal ke pria itu, sebelum akhirnya memukul dada Segara. Begitu lift terbuka, Nona pun segera pergi dari sana, dan tingkah Nona benar-benar membuat Segara tertawa karena dianggapnya sangat lucu.Nona berjalan cepat menghindar dari Segara, tapi siapa sangka pria itu mengejar dan langsung meraih serta menggenggam telapak tangan Nona.“Segara lepas.” Nona bicara dengan suara yang sedikit ditekan, berusaha melepas tangan dari pria itu tapi tidak berhasil.“Aku tidak akan melepasmu, aku akan tetap mengantarmu pulang,” ucap Segara santai, sambil melangkah di lobi dengan tangan menggandeng Nona.Nona benar-benar terjebak dengan permainan Segara, dia tidak bisa berkutik karena banyak orang yang melihatnya. Segara langsung memaksa Nona masuk mobil dan memastikan wanita itu tidak kabur.“Pakai seatbelt, aku tidak mau kamu kenapa-napa saat di
Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se
Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi
[Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb
Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.
Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb
Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel
“Ya, kacau. Aku yakin kalau Segara membeberkan masalah ini ke perusahaan-perusahaan yang bekerjasama denganku. Sehingga mereka kini juga ikut mundur dan tidak mau bekerjasama. Mereka tidak mau karena takut aku tipu!” geram Rafa hingga memukul pahanya sendiriKarin syok mendengar ucapan Rafa, jika seperti ini bisa dipastikan kalau perusahaan Rafa sebentar lagi akan bangkrut.“Jika mereka membatalkan kerjasama, apa itu artinya kamu akan bangkrut?” tanya Karin dengan ekspresi wajah cemas. Dia takut Rafa tidak akan memiliki apa-apa lagi dan tidak bisa menjadi ATM berjalannya. Tentu saja Karin tidak mau hidup miskin.Rafa mengusap kasar wajahnya berulang kali. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dan otaknya terasa buntu.“Rafa, jawab! Apa kamu akan bangkrut dan kamu akan jatuh miskin!” Karin geram dan terus memastikan kelanjutan nasib perusahaan kekasihnya itu.“Kemungkinan itu akan terjadi, apalagi bebera
Hari itu Rafa berada di ruangannya sibuk mengecek berkas. Dia juga masih bingung karena tekanan dan ancaman Segara. Hingga tiba-tiba sekretarisnya masuk dan membuat Rafa terkejut.“Ada apa? Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, hah!” bentak Rafa yang geram karena dia sendiri sedang banyak beban pikiran. Belum lagi Maya yang tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, membuatnya cemas jika sampai wanita itu membocorkan perbuatan buruk yang sudah dia lakukan.Sekretaris Rafa tampak takut juga bingung, apalagi dia harus menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat Rafa semakin murka.“Ada apa? Kenapa kamu sekarang diam?” Rafa membentak, wajahnya memerah sudah dipenuhi oleh amarah.“Itu, Pak. Kita baru saja mendapatkan konfirmasi pembatalan sepihak dari beberapa perusahaan yang ingin bekerjasama dengan kita,” jawab sekretaris Rafa.“Apa?” Rafa syok bahkan terbengong m
Beberapa menit berselang, Senja pun sudah berada di kafe tempatnya janjian bertemu Sandra, dia menunggu di sana cukup lama karena Sandra tidak kunjung datang. Hingga akhirnya sepupu Nona itu tiba dan Senja pun langsung memicingkan mata."Bukankah aku pernah bilang untuk tidak mendekati kak Biru, kenapa kamu masih terus mendekatinya!" ketus Senja."Ya, suka-suka aku. Biru juga tidak keberatan," balas Sandra.Senja dengan penuh percaya diri menunjukkan cincin yang tersemat di jari manis, kemudian berkata, "Aku dan kak Biru sudah kembali bersama, jadi kamu tidak usah macam-macam."Sandra terkejut, tapi tentunya tidak terima begitu saja."Kamu pasti bohong hanya agar aku tidak mendekati Biru."Senja kesal karena Sandra tidak percaya, dia pun bersiap menjawab, tapi terlebih dulu ada suara lain yang membalas."Dia tidak berbohong."Senja dan Sandra pun menoleh bersamaan, mereka sama-sama terkejut dan tak menyangka melihat