Asistennya ternganga tak percaya dengan keputusan majikannya. Dia ingin melayangkan protes namun tatapan tajam Devan membuatnya mengurungkan niat untuk protes. “Pokoknya aku ingin seluruh keluarga besarku dan Alin bisa menginap di sini. Kau urus semuanya.”“Baik, Tuan. Saya hampir lupa ingin mengabarkan jika Nona Vani dari perusahaan Maju Jaya Group mengundang Anda untuk menghadiri makan malam di rumahnya Sabtu malam nanti, Tuan.” Devan menautkan kedua alisnya, “dalam rangka apa?” “Maaf, Tuan saya kurang tahu.”“Bagaimana jika kau saja yang datang?” tanya Devan memberi ide.“Lho kok saya?” “Aku sedang malas, Nik. Ayolah bantu aku,” ucap Devan memohon.Andai tidak takut dengan ancaman Devan, mungkin saat ini sang asisten sudah mengatakan jika sejak dulu dia selalu menjadi kambing hitam di setiap kencan buta yang diatur oleh ibu Devan. “Kenapa Anda dengan Nona tidak datang berdua saja?” usul asisten Devan.Devan menimbang sejenak, “idemu bagus. Aku akan datang bersama Alin.”Setela
Alin terpana dengan pertanyaan yang Devan layangkan padanya. Dirinya mulai menduga-duga hal yang tidak terlintas di pikirannya selama ini.“Aku akan tetap mempertahankan pernikahan kita, dan aku tidak akan pernah membiarkanmu mempunyai dua permaisuri dalam satu rumah. Tapi kalau kamu juga menginginkannya kembali ke sisimu, maka aku tidak akan menghalangi jalan kalian. Bahkan dengan senang hati aku akan mempermudah jalan kalian bersatu,” jawab Alin lantang.“Bagaimana caranya? Bukankah kau sangat tidak suka diduakan?”“Benar, aku memang tidak suka diduakan. Dan karena hal itulah yang membuatku memilih pergi dari hidupmu. Aku tidak akan pernah kembali lagi dalam kehidupanmu agar kau bisa bahagia dengan istri barumu. Tapi, aku akan pastikan jika setelah kepergianku kau tidak akan pernah bisa hidup dengan bahagia karena walau ragaku tidak ada di sampingmu, tapi bayang-bayangku akan selalu ada di hati dan pikiranmu,” ucap Alin dengan lugas.
Rahang Devan mengeras begitu rekan bisnisnya mempertanyakan seputar masa lalu Alin. Atmosfer di kamar Devan seketika berubah menjadi mencekam.“Apa pertanyaanmu itu penting untuk kujawab?” tanya Devan balik.“T-tidak Tuan, maafkan saya karena pertanyaan saya sangat lancang!” ucap lelaki itu sedikit takut.“Kalau kau ingin tahu kenapa aku menikahi Alin, jawabannya adalah karena aku menyukainya. Aku tidak merebut Alin dari Rendra karena saat itu Rendra lah yang telah memutuskan hubungannya dengan Alin dan lebih memilih wanita lain. Aku datang di waktu yang tepat bukan?” tanya Devan smirk.“Apa?" lelaki itu membeliak kaget, "kurang ajar, jadi selama ini mereka ternyata mengumbar kebohongan demi menjatuhkan nama baik Tuan Devan,” ujar lelaki itu geram.Devan juga Alin saling berpandangan, keduanya saling berkomunikasi lewat pandangan mata.“Memangnya apa yang telah mereka katakan pada Anda, Tuan?” tanya Alin.“Mereka bilang hubungan kalian kandas karena Anda lebih memilih Tuan Devan, Nona
Alin tersenyum penuh arti pada wanita itu. Keadaan semakin menegangkan karena wanita itu tidak terima dengan berbagai ucapan yang diucapkan Alin.“Di mana letak kalimat yang menunjukkan jika aku menyindirmu? Aku bahkan tidak menyebut namamu lho tadi. Kalau kamu tersindir, berarti itulah sikap yang kamu miliki saat ini,” sanggah Alin dengan tenang.“Van, ajari istrimu ini untuk menghormatiku. Kau tahu kan aku ini siapa bagi keluargamu?” ucap wanita itu sambil menuding Alin.“Harusnya kau sendiri bisa bersikap bijak dalam hal ini, jangan meminta di hormati jika kau sendiri tidak tahu caranya menghormati orang lain. Kalau kau memang tidak menyukai istriku, jangan pernah datang ke sini lagi!” “Kau berani mengancamku, Van?”“Memangnya kau ini siapa hingga harus kutakuti?” ujar Devan mengintimidasi.Wanita itu mengepalkan tangannya dengan kuat, “Baiklah kalau itu maumu, aku akan mengadukannya pada Tante!” ancam wanita itu.“Adukan saja kalau kau berani, aku akan menunggu aduanmu dengan sen
Malam harinya saat mereka berdua sedang menikmati makan malam, tiba-tiba Devan dan Alin merasakan pusing dan ingin muntah secara bersamaan. Mereka berdua segera menyudahi makan malam karena makin lama perut mereka juga ikut konslet. Devan terus menerus keluar masuk kamar mandi sedangkan Alin tak sadarkan diri akibat pusing yang tak kunjung reda. “Sialan, seperti ada yang sengaja menaruh racun di masakan tadi,” gumamnya.Devan segera mengambil kotak obat dan meminum obat diare. Dia lalu memindahkan Alin ke ranjang dan memanggil dokter untuk datang ke rumah. Setelah itu, dia bergegas menyalakan laptop dan melihat rekaman CCTV di area dapur. Dia memperhatikan dengan saksama mulai dari sebelum Alin masuk dapur hingga kedatangan Devan.‘Tidak ada yang mencurigakan, tapi kenapa bisa seperti ini? Tidak mungkin Alin sengaja ingin meracuni kami,’ gumamnya dalam hati.TokTokTokDokter
Beberapa hari setelah kejadian hari itu, rumah Devan sudah mulai kondusif. Mereka menjalankan aktivitas seperti biasa tanpa ada gangguan. Keadaan Alin dan Devan juga sudah membaik pasca keracunan. Dan Alin juga sudah menyelesaikan bulanannya.Hari ini Alin sangat sibuk mempersiapkan barang yang akan dibawa karena Devan akan mengajaknya berangkat ke Vila sore ini. Mereka akan mengadakan resepsi kedua mereka di vila.“Bawa apa saja, ya?” gumamnya.Gadis itu teringat jika sang suami baru saja membelikannya baju dan menyuruhnya untuk membawa baju itu.“Seperti apa ya baju yang dibelikan oleh Mas Devan? Aku harusnya membukanya,” namun Alin mengurungkan niatnya, “tapi kan aku dilarang membukanya sebelum sampai di vila,” gumamnya lagi. Akhirnya Alin tidak jadi membuka bungkusan berisi baju itu dan langsung memasukkan ke dalam koper. Setelah selesai mengemasi pakaian, gadis itu bergegas membersihkan diri dan beristirahat sejenak.***Sore harinya, Devan mengajak Alin untuk berangkat menuju
Keduanya saling memandang dan menerka siapa pengirim paket ini. Devan segera menelepon seseorang untuk mencari kurir tersebut. Dan tak berselang lama, Devan mendapat informasi jika ternyata kurir itu juga tidak tahu menahu siapa pengirim paket itu karena menolak menyebutkan namanya. “Mas, apa yang harus kita lakukan sekarang? Sepertinya orang itu mengikuti kita sampai ke sini,” ujar Alin cemas. “Kamu jangan cemas, aku pastikan kita aman di sini,” kata Devan menenangkan. *** Dua hari berlalu, kini Devan dan Alin kembali melaksanakan pesta yang kedua. Sesuai rencana Devan, pesta kali ini hanya dihadiri oleh kalangan keluarga kedua mempelai saja. Saat Devan dan Alin baru saja berfoto dengan salah satu saudara, sepupu Devan tiba-tiba datang dan menumpahkan minuman tepat ke tubuh Alin. “Upss, maaf aku tidak sengaja!” ucapnya enteng. “Alea, apa yang telah kamu lakukan?” ujar Devan mendesis. “Oh maaf sepupu, aku tidak sengaja melakukannya.” “Kau memang sengaja menumpahkan minumanmu di
Alin tersenyum misterius. Diam-diam sudah banyak rencana yang mengepung di kepalanya.“Lebih baik kita nikmati saja masa pengantin baru kita, Mas. Karena setelah ini, kita akan berjuang menghempas para musuh,” ujarnya– tersenyum smirk.Akhirnya mereka meneruskan kembali aktivitas mereka yang tertunda. Devan kembali mengajak Alin mereguk indahnya masa pengantin baru di kamar yang dingin itu.***Keesokan harinya saat mereka tengah sarapan pagi berdua, Alin teringat akan para pelayan mereka.“Mas, para pelayan kita kemarin bagaimana? Apakah kamu sudah mengecek CCTV?” “Aku sudah mengeceknya, dan aku sudah tahu siapa pengkhianat di rumah kita. Tunggu saja waktunya tiba, kita akan segera menangkapnya!” tutur Devan penuh misteri.“Syukurlah. Semoga setelah ini kita bisa hidup dengan tenang,” ucap Alin.Devan mengangguk, mereka kembali melanjutkan sarapan mereka sebelum berangkat ke perkebunan. Hari ini rencananya Devan akan mengajak Alin mengelilingi perkebunan lagi sebelum mereka kembal