“Ju-Julian!” Aruna merasakan kedua tungkai kakinya yang lemas.Terseok ia bergerak mundur secara spontan, menjauhi Julian yang melangkah kian mendekat.“Apa ma-maksudmu! Kamu mau ngapain?!” Seruan Aruna sama sekali tidak digubris oleh Julian.Mata laki-laki itu menyala dengan amarah dan nafsu yang membuncah.“Apa salahnya, aku mencicipimu juga? Bertahun-tahun kita dulu pacaran, aku selalu menahan diri karena kupikir kamu wanita baik-baik yang juga menjaga diri!”“Julian!”“Apa?! Aku benar, kan? Kamu menjual dirimu dan memberi kepuasan untuk para lelaki hidung belang?!” Julian kini tepat berada di depan Aruna. “Dan itu dilakukan sejak kamu SMA!”PLAK!!Wajah Julian terpaling ke kanan oleh tamparan kuat tangan Aruna.“Tuduhanmu benar-benar keji! Setan apa yang merasukimu Jul?! Keluar kau dari tempatku!!” pekik Aruna.“Tuduhan k
Tangan Brahmana terkepal kuat hingga membuat buku-buku jarinya memutih, sementara dokter di depannya masih memberikan penjelasan.“Tidak ada luka sayatan atau robek, tapi benturan itu cukup kuat sehingga--”“Berapa kali tadi Anda katakan?” potong Brahmana dengan suara yang dingin.Dokter di depannya menelan ludah.Aura yang menguar dari diri Brahmana begitu mencekam, membuat sang dokter bahkan menjadi sedikit kesulitan bernapas.“Dilihat dari memar di punggungnya, kemungkinan dua hingga tiga kali Nona Aruna di benturkan ke benda keras.”Kedua kelopak mata Brahmana menutup sesaat. Rahangnya mengeras dengan gigi mengatup erat.Ada satu penyesalan bertengger pula dalam hatinya selain rasa panas yang membuatnya begitu geram.Ia menyesali kedatangannya yang cukup terlambat.Saat itu, saat mobilnya telah meluncur meninggalkan Aruna turun di dekat gang itu, Brahmana mendapat panggilan masuk d
“Bapak beneran CEO Dananjaya?” Jasmine tak menghiraukan pukulan Shanti dan tanpa sadar melangkah maju mendekati Brahmana.Jika dugaan dan apa yang dikatakan Shanti benar, bahwa pria di hadapannya ini adalah sang CEO Dananjaya, berarti ini adalah hari bersejarah bagi seorang Jasmine!Tak ada dalam mimpi terindah mana pun dalam hidup Jasmine, ia akan bisa bertemu muka dengan sosok legenda dunia bisnis, yang jarang sekali tertangkap kamera.Warga negara ini hanya tahu nama keluarga, jabatan, kecemerlangan prestasi dan deretan kekayaannya, namun sangat jarang yang bisa mengetahui nama apalagi rupanya.Karena itu, Jasmine termasuk satu dari sekian ratus juta warga negara ini yang serasa kejatuhan durian runtuh!Jackpot!! Bingo!! Horaay!! Eurekaa!!Dan entah apalagi ungkapan kegirangan yang bisa mewakili perasaannya saat ini.Jasmine menatap tanpa berkedip pria berpostur atletis dan berwangi maskulin serta jantan di depannya.
“Ada apa? Apa yang terjadi dengan Julian? Apa kamu tahu sesuatu, Fer?” Lisa bertanya bingung. Sejak beberapa saat lalu, ia mondar-mandir tak tenang dan beberapa kali tangan kanannya menjambak rambut untuk meringankan kepala yang terasa berat. Ferliana, hanya diam duduk mematung. Kerutan nampak begitu dalam di keningnya, menandakan ia pun tidak memiliki jawaban jelas atas hal yang ditanyakan sang ibu. “Bagaimana bisa dia masuk bui?! Kesalahan apa yang dilakukan Julian? Apa dia korupsi? Apa dia melakukan pelanggaran hukum lainnya? Atau apa?” Lisa berhenti di depan putrinya duduk. “Jawab dong Fer! Jangan diam saja!” “Ya aku gak tahu, Bu!!” Ferliana menyentak kesal. “Kalo aku tahu aku gak akan kebingungan kaya gini!” “Kamu beneran gak tahu apa-apa?” Kedua mata Lisa menyipit. “Beneran, Bu!” Lisa pun mengempas tubuhnya di sebelah Ferliana. “Bagaimana ini…” keluh Lisa. “Dia bahkan dipecat tidak hormat dari kantornya. Rumornya begitu menyebar sampe ke grup arisan.” Ferliana menoleh p
[Apakah standar PT NC dalam melakukan perekrutan sekarang sangat rendah?][Jalur belakang, wanita ini pernah magang di salah satu perusahaan ternama.][Wanita yang diduga melakukan tindakan asusila sejak masa remaja, pernah menjadi pegawai magang di PT NC.]Tentu saja Ferliana tersenyum puas melihat rentetan judul berita online yang beredar. Meskipun berita tersebut bukan dimuat oleh media-media ternama dan kredibel, Ferliana tetap mengacungkan jempol pada Rani atas gerak cepat Rani membuat foto-foto yang ia miliki menjadi berita.“Kenapa kamu gak lakukan itu dari dulu? Tunjukkan ke kak Julian foto-foto itu, pasti Aruna sudah dicampakkan sejak dulu,” tanya Ferliana kala itu pada Rani.Rani memberikan jawaban yang cukup membuat Ferliana berpikir, bahwa semesta memang mendukung dirinya dan juga Rani untuk menjatuhkan Aruna.“Aku belum lama mendapatkan foto-foto itu. Pacarku sempat mengatakan bahwa d
“Setidaknya lima media online yang menayangkan berita seperti ini, Tuan.” Fathan menyerahkan map berisi fail cetak berisi laporan segala hal terkait pemberitaan tentang PT Niskala Construction dan Aruna yang naik dalam jaringan. Beberapa saat sebelumnya Fathan menerima laporan dari tim ahli yang bertugas memantau semua pemberitaan terkait Dananjaya Group dan mendapatkan ada beberapa media yang menayangkan pemberitaan tentang Niskala. Meskipun Fathan tidak melihat berita itu sebagai hal yang mengancam reputasi Dananjaya, namun seseorang yang terlibat di dalamnya, membuat ia langsung meminta hal detil pada tim ahli untuk ia laporkan pada Sang Bos Besar. Setelah menyaksikan sendiri Brahmana yang menangani hal yang berkaitan dengan Aruna dengan cukup serius, ia tidak bisa mengabaikan apapun yang berkaitan dengan gadis itu. Benar saja. Fathan melirik Brahmana. Meski perubahan mimik wajah sang CEO itu tidak akan terlihat oleh mata umum, tapi selaku orang yang mendampingi Brahmana bert
Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam, saat dua orang wanita muda terlihat gusar. “Apa kau yakin di sini tempatnya?” tanya Rani pada Ferliana di sampingnya. “Ya, aku yakin banget. Ini memang tempatnya. Alamat yang diberikan seorang teman Aruna menunjukkan tempat ini.” Ferliana mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengecek kembali pesan berisi alamat yang dikirimkan Ardiya. “Ini sudah benar. Memang di sini alamat yang tertera,” jawab Ferliana bingung. Ia mengulurkan ponselnya ke hadapan Rani untuk memperlihatkan sendiri alamat itu. “Lalu di mana dia?” Ferliana menggeleng pelan. “Berdasarkan info dari orang itu, Aruna biasanya sampai rumah itu sekitar jam lima atau jam tujuhan.” Rani mendengkus kasar. Ia mengangkat ponsel lalu menghubungi seseorang. “Gimana? Apa kalian melihat tanda-tanda perempuan itu masuk gang?” tanya Rani begitu terhubung. ‘Tidak ada yang masuk ke gang ini yang mirip perempuan dalam foto yang Mbak berikan pada kami,’ jawab lawan bicara Rani. “Cari yan
Aruna tertegun sekian saat. Shanti yang tak sabar, langsung duduk bersila di samping Aruna sembari menyenggol bahu sahabatnya itu. “Gue masih inget baju yang dipake elu ini. Waktu itu lu bilang buru-buru mau ngurusin sesuatu berkenaan ama bokap lu. Trus lu pinjam baju itu ke gue, karena lu bilang kagak sempet kalo pulang dulu. Ini baju gue. Lu ngapain di tempat beginian, Run?” Tidak terlihat Aruna akan membuka mulutnya, sehingga Shanti kembali menyenggol tangan Aruna. “Ini apa? Kenapa lu ada di sini malem-malem gini? Lu sebenarnya ngurusin apa?” “Kamu dapat ini dari mana Shan?” Alih-alih menjawab, Aruna balik bertanya. “Di grup ada yang ngirim ini.” Aruna mengerutkan kening. “Grup?” “Ya. Grup wa alumni. Lu ga ikutan grup ini, jadi lu kagak bakalan tau.” “Apa?! Grup alumni?” “Lu tenang aja, gue tadi yang paling pertama liat foto ini. Gue dah minta foto itu dihapus lagi, kalo kagak mau berurusan ama gue,” pungkas Shanti menenangkan Aruna. “Cerita.” Shanti menatap Aruna dengan