Saat Anakku Kaya 70Bab 70Ketulusan Hati Ibu Ya Allah Gusti, benar-benar akhir jaman. Seorang ibu tega menjual anak gadisnya sendiri. Aku sampai mengelus dada saking prihatin dan merasa ngeri. Setelah berhasil menguasai diri, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Tidak jadi menemui Yuda dan Lina untuk menyampaikan kabar baik. Dadaku berdebar dan jantung ini rasanya memompa dengan cepat. Tidak menyangka saja Bu Sofi bisa senekat itu. Menjual Nungki, anak gadisnya yang masih di bawah umur. Mengerikan. Sepertinya, aku harus berbuat sesuatu. Tidak mungkin aku membiarkan suatu kejahatan terjadi pada Nungki. Memang, Nungki bukan anakku. Setidaknya, aku mengenal gadis itu karena pernah beberapa tahun tinggal serumah. Rasa keibuanku mendadak muncul mendobrak dada dengan rasa yang menggebu untuk menyelamatkan Nungki dari perbuatan bejat Bu Sofi. Kasihan anak malang itu.Membuka pintu kamar tanpa mengetuk, aku segera melihat Mas Johan yang sedang mengenakan kemeja. Kemeja berwarna putih y
Saat Anakku Kaya 71bab 71Menolong Ular?Huh, akhirnya tercetus juga kalimat yang sempat menyangkut di tenggorokan. Lega rasanya. Sekarang tinggal menunggu tanggapan Mas Johan. “Kau yakin dengan yang baru saja terucap dari bibirmu, sayangku?” Tangan Mas Johan berkelebat di depan wajahku. Seketika aku terkesiap dari lamunan. “Ee, InshaAllah yakin, Mas,” ujarku mengangguk. Terdengar suara helaan nafas Mas Johan. Selanjutnya Mas Johan mengambil tempat duduk di sampingku. Meraih jemariku untuk digenggam, Mas Johan menatap wajahku dari samping. Aku segera menunduk. “Dek, sebegitu cepatnya kamu melupakan perlakuan buruk mereka padamu. Aku sampai tidak dapat berkata-kata lagi, dek … terbuat dari apa hatimu itu sehingga tak ada sedikitpun dendam yang kau rasa?” Mas Johan berkata lembut. Aku berpaling dan menatap lekat manik mata kecoklatan yang teduh milik suamiku. “Aku tidak tau apa itu dendam, Mas … buatku, yang lalu biarlah berlalu. Ada Allah yang maha mengetahui. Dia yang akan meng
Saat Anakku Kaya 71Bab 71Dituduh pakai ilmu hitam Sambil menemani cucuku bermain di rumah, aku berharap cemas menanti Yuda dan Lina yang sedang menjemput Bu Sofi dan Nungki. Sungguh, tak ada sama sekali rasa dendam atau benci yang menyelimuti hatiku. Aku hanya ingin menolong. Dulu aku pernah tinggal satu rumah dengan besanku itu, sekarang pun tidak apa-apa bila tinggal bersama lagi. InshaAllah semua akan mulai dari awal lagi. Aku sudah memaafkan mereka, kuharap Bu Sofi pun demikian. Tak ada manusia yang sempurna, meski aku merasa tidak memiliki kesalahan tetapi entah jika tidak sengaja. Pasti ada lah. “Zidan mau mimik susu?” Tanyaku saat melihat Zidan kecil berjalan ke arahku sembari mengangkat kedua tangan seperti minta gendong. Gegas aku menangkap cucuku dan menggendongnya. Zidan mengusap matanya beberapa kali. Sepertinya mengantuk. Sudah cukup lama Zidan bermain sendiri tadi. “Ayo, embah bikinin susu,” kataku sambil berjalan ke dapur dengan menggendong Zidan. “Di mana ya, s
Saat Anakku Kaya 72Bab 72Perempuan Penghasut “Lho, Pak Johan mana, Bu Ainun? Kenapa nggak ikut makan malam?” Tanya Bu Sofi saat tidak melihat suamiku bergabung di acara makan malam keluarga. “Mas Johan sudah memberitahu kalau pulang terlambat. Kita makan duluan saja. Yuk,” ujarku hangat. Sudah ada Bu Sofi, Nungki, Yuda dan Lina duduk mengelilingi meja makan besar berbentuk segi panjang dengan enam kursi. Mbak Woro sudah menyiapkan hidangan lezat yang aku pesan lewat online tadi. Kasihan pembantuku kalau harus memasak untuk orang banyak dalam waktu singkat. Jaman sekarang sudah mudah. Apa-apa bisa dipesan melalui online, tak perlu pusing lagi. Mas Johan memang sudah mengirim pesan padaku jika malam ini pulang terlambat. Rupanya, tadi Mas Johan harus mengunjungi salah satu proyek di luar kota secara mendadak. Entahlah, mungkin ada hal penting yang harus diselesaikan. Aku memang tidak begitu kepo dengan urusan bisnis suamiku. “Jangan terlalu percaya dengan orang laki, Bu Ainun. H
Saat Anakku Kaya 74bab 74modal usaha untuk Yuda segera datang Mas Johan meraih jemariku dan mengecupnya pelan. Darahku berdesir merasakan kasih sayang yang luar biasa. Mata kecoklatan dengan sorotnya yang teduh serasa mengademkan relung hatiku. Berdosa rasanya jika aku mencurigai suamiku yang baik ini berbohong.Ah, Bu Sofi memang tukang kompor. **“Eeh, Pak Johan, apa kabar?” Saat aku dan Mas Johan menuju ruang makan untuk sarapan, ternyata sudah ada Bu Sofi. Sepertinya, dia sedang membantu Mbak Woro menyiapkan makanan. Mas Johan tertegun sebentar menatap sosok perempuan yang sangat ramah menyapanya. Tak lama, raut wajah suamiku menjadi dingin. “Duduk, Mas.” aku menarik kursi menyilakan Mas Johan duduk lalu mengambil tempat di sebelahnya. Bu Sofi masih berdiri dengan kedua tangan berpegangan pada sandaran kursi makan. Tepat di seberang kursi yang diduduki Mas Johan. Wajah Bu Sofi nampak semringah. Senyum manis menghiasi bibirnya. Rambutnya yang kecoklatan bergelombang menyent
Saat Anakku Kaya 73Bab 73Ide Bisnis “Jadi, apakah kamu sudah memikirkan usaha apa yang akan kau geluti, Yuda?” Mas Johan bertanya pada Yuda malam ini setelah selesai makan malam bersama di rumah. Suasananya terlihat santai, hanya aku, Mas Johan, Yuda dan Lina saja. Kami berempat duduk berhadapan pada dua buah Sofa besar dengan jok kulit berwarna coklat tua. Mas Johan bahkan masih sempat berkutat dengan ponsel miliknya saat mengajukan pertanyaan kepada Yuda. “Sudah ada bayangan, sih, Om,” sahut Yuda mengangguk. Lina yang duduk di sebelahnya latah menganggukkan kepalanya juga mengikuti suaminya. Wajah keduanya terlihat cerah. “Bagus lah kalau begitu.” Mas Johan menatap Yuda sekilas,”saran saya, pilih lahan usaha yang kamu pahami seluk beluknya dengan baik untuk meminimalisasi kegagalan. Merintis usaha itu berat dan harus melalui banyak kendala. Jika kamu sudah berpengalaman, akan lebih mudah dalam mengatasinya.”“Ya, Om …” “Dulu, saat lulus kuliah, saya tidak langsung mendapatka
Saat Anakku Kaya 76Bab 76Tidak tau diri Tok tok Aku mengetuk pintu kamar Yuda pelan. Meskipun pintunya sudah terbuka tetapi aku tidak nyelonong masuk begitu saja. Meskipun ini juga rumahku tetapi aku menghormati penghuninya.Semua yang ada di kamar Yuda menoleh. “Ibu?” Bibir Yuda bergumam memanggil. “Iya, Yud … apa ibu menganggu?” Tanyaku sebelum melangkah masuk, karena aku melihat wajah-wajah Lina dan Bu Sofi yang terlihat tegang. Oh ya, mungkin mereka merasa kalau aku sudah mendengarkan seluruh pembicaraan mereka. Memang benar. Tetapi, aku akan berlagak seolah-olah tidak mengetahui ataupun mendengar apapun. “Tidak, Bu.” Yuda menggeleng dan berjalan menghampiriku. “Masuk, sini, Bu,” katanya. “Ibu sudah lama di situ?” Tanya Lina saat aku duduk. Aku menggeleng, “nggak, Lin, ibu barusan datang, kok,” ujarku tersenyum. “Oh, ya sudah,” sahut Lina mengulas senyum juga. Mataku lalu tertuju pada cucuku Zidan. “Zidan, lagi mainan apa?” Tanyaku ramah. Bocah kecil itu menoleh ke ar
Saat Anakku Kaya 77bab 77Sok Akrab Bu Sofi melengos dan tidak menggubris pertanyaan ku. Rasain, sudah numpang masih sombong dan malah mengolokku. “Lina, jangan lupa nanti malam ya,” kataku pada Lina. “Zidan mau ikut Uti ke depan?” Tanyaku pada Zidan. “Mimik,” katanya. “Minta mimik? Haus ya, sayang? Uuhh, kaciaan.” aku tertawa. Lina segera mengambil Zidan dariku,”biar Lina buatkan susu dulu, Bu.” Aku mengangguk dan segera berlalu dari kamar Lina. Sempat kulihat wajah Bu Sofi yang ditekuk menahan marah. Hahaha.**Semuanya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam. Ada Mas Johan, aku, Lina, Yuda dan Bu Sofi. “Nungki mana?” Tanyaku saat tak melihat gadis abege putri bungsunya Bu Sofi. “Sudah makan katanya, Bu,” sahut Lina. “Lho, makan di mana?” Keningku mengerut melihat Lina. “Katanya tadi pulang sekolah pada nyeblak sama teman-temannya.” “Oh, begitu ….” Aku menganggukkan kepala dan mengambil piring Mas Johan untuk aku isi nasi. Karena tempat nasinya agak jauh, aku ja