Saat Anakku Kaya 71Bab 71Dituduh pakai ilmu hitam Sambil menemani cucuku bermain di rumah, aku berharap cemas menanti Yuda dan Lina yang sedang menjemput Bu Sofi dan Nungki. Sungguh, tak ada sama sekali rasa dendam atau benci yang menyelimuti hatiku. Aku hanya ingin menolong. Dulu aku pernah tinggal satu rumah dengan besanku itu, sekarang pun tidak apa-apa bila tinggal bersama lagi. InshaAllah semua akan mulai dari awal lagi. Aku sudah memaafkan mereka, kuharap Bu Sofi pun demikian. Tak ada manusia yang sempurna, meski aku merasa tidak memiliki kesalahan tetapi entah jika tidak sengaja. Pasti ada lah. “Zidan mau mimik susu?” Tanyaku saat melihat Zidan kecil berjalan ke arahku sembari mengangkat kedua tangan seperti minta gendong. Gegas aku menangkap cucuku dan menggendongnya. Zidan mengusap matanya beberapa kali. Sepertinya mengantuk. Sudah cukup lama Zidan bermain sendiri tadi. “Ayo, embah bikinin susu,” kataku sambil berjalan ke dapur dengan menggendong Zidan. “Di mana ya, s
Saat Anakku Kaya 72Bab 72Perempuan Penghasut “Lho, Pak Johan mana, Bu Ainun? Kenapa nggak ikut makan malam?” Tanya Bu Sofi saat tidak melihat suamiku bergabung di acara makan malam keluarga. “Mas Johan sudah memberitahu kalau pulang terlambat. Kita makan duluan saja. Yuk,” ujarku hangat. Sudah ada Bu Sofi, Nungki, Yuda dan Lina duduk mengelilingi meja makan besar berbentuk segi panjang dengan enam kursi. Mbak Woro sudah menyiapkan hidangan lezat yang aku pesan lewat online tadi. Kasihan pembantuku kalau harus memasak untuk orang banyak dalam waktu singkat. Jaman sekarang sudah mudah. Apa-apa bisa dipesan melalui online, tak perlu pusing lagi. Mas Johan memang sudah mengirim pesan padaku jika malam ini pulang terlambat. Rupanya, tadi Mas Johan harus mengunjungi salah satu proyek di luar kota secara mendadak. Entahlah, mungkin ada hal penting yang harus diselesaikan. Aku memang tidak begitu kepo dengan urusan bisnis suamiku. “Jangan terlalu percaya dengan orang laki, Bu Ainun. H
Saat Anakku Kaya 74bab 74modal usaha untuk Yuda segera datang Mas Johan meraih jemariku dan mengecupnya pelan. Darahku berdesir merasakan kasih sayang yang luar biasa. Mata kecoklatan dengan sorotnya yang teduh serasa mengademkan relung hatiku. Berdosa rasanya jika aku mencurigai suamiku yang baik ini berbohong.Ah, Bu Sofi memang tukang kompor. **“Eeh, Pak Johan, apa kabar?” Saat aku dan Mas Johan menuju ruang makan untuk sarapan, ternyata sudah ada Bu Sofi. Sepertinya, dia sedang membantu Mbak Woro menyiapkan makanan. Mas Johan tertegun sebentar menatap sosok perempuan yang sangat ramah menyapanya. Tak lama, raut wajah suamiku menjadi dingin. “Duduk, Mas.” aku menarik kursi menyilakan Mas Johan duduk lalu mengambil tempat di sebelahnya. Bu Sofi masih berdiri dengan kedua tangan berpegangan pada sandaran kursi makan. Tepat di seberang kursi yang diduduki Mas Johan. Wajah Bu Sofi nampak semringah. Senyum manis menghiasi bibirnya. Rambutnya yang kecoklatan bergelombang menyent
Saat Anakku Kaya 73Bab 73Ide Bisnis “Jadi, apakah kamu sudah memikirkan usaha apa yang akan kau geluti, Yuda?” Mas Johan bertanya pada Yuda malam ini setelah selesai makan malam bersama di rumah. Suasananya terlihat santai, hanya aku, Mas Johan, Yuda dan Lina saja. Kami berempat duduk berhadapan pada dua buah Sofa besar dengan jok kulit berwarna coklat tua. Mas Johan bahkan masih sempat berkutat dengan ponsel miliknya saat mengajukan pertanyaan kepada Yuda. “Sudah ada bayangan, sih, Om,” sahut Yuda mengangguk. Lina yang duduk di sebelahnya latah menganggukkan kepalanya juga mengikuti suaminya. Wajah keduanya terlihat cerah. “Bagus lah kalau begitu.” Mas Johan menatap Yuda sekilas,”saran saya, pilih lahan usaha yang kamu pahami seluk beluknya dengan baik untuk meminimalisasi kegagalan. Merintis usaha itu berat dan harus melalui banyak kendala. Jika kamu sudah berpengalaman, akan lebih mudah dalam mengatasinya.”“Ya, Om …” “Dulu, saat lulus kuliah, saya tidak langsung mendapatka
Saat Anakku Kaya 76Bab 76Tidak tau diri Tok tok Aku mengetuk pintu kamar Yuda pelan. Meskipun pintunya sudah terbuka tetapi aku tidak nyelonong masuk begitu saja. Meskipun ini juga rumahku tetapi aku menghormati penghuninya.Semua yang ada di kamar Yuda menoleh. “Ibu?” Bibir Yuda bergumam memanggil. “Iya, Yud … apa ibu menganggu?” Tanyaku sebelum melangkah masuk, karena aku melihat wajah-wajah Lina dan Bu Sofi yang terlihat tegang. Oh ya, mungkin mereka merasa kalau aku sudah mendengarkan seluruh pembicaraan mereka. Memang benar. Tetapi, aku akan berlagak seolah-olah tidak mengetahui ataupun mendengar apapun. “Tidak, Bu.” Yuda menggeleng dan berjalan menghampiriku. “Masuk, sini, Bu,” katanya. “Ibu sudah lama di situ?” Tanya Lina saat aku duduk. Aku menggeleng, “nggak, Lin, ibu barusan datang, kok,” ujarku tersenyum. “Oh, ya sudah,” sahut Lina mengulas senyum juga. Mataku lalu tertuju pada cucuku Zidan. “Zidan, lagi mainan apa?” Tanyaku ramah. Bocah kecil itu menoleh ke ar
Saat Anakku Kaya 77bab 77Sok Akrab Bu Sofi melengos dan tidak menggubris pertanyaan ku. Rasain, sudah numpang masih sombong dan malah mengolokku. “Lina, jangan lupa nanti malam ya,” kataku pada Lina. “Zidan mau ikut Uti ke depan?” Tanyaku pada Zidan. “Mimik,” katanya. “Minta mimik? Haus ya, sayang? Uuhh, kaciaan.” aku tertawa. Lina segera mengambil Zidan dariku,”biar Lina buatkan susu dulu, Bu.” Aku mengangguk dan segera berlalu dari kamar Lina. Sempat kulihat wajah Bu Sofi yang ditekuk menahan marah. Hahaha.**Semuanya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam. Ada Mas Johan, aku, Lina, Yuda dan Bu Sofi. “Nungki mana?” Tanyaku saat tak melihat gadis abege putri bungsunya Bu Sofi. “Sudah makan katanya, Bu,” sahut Lina. “Lho, makan di mana?” Keningku mengerut melihat Lina. “Katanya tadi pulang sekolah pada nyeblak sama teman-temannya.” “Oh, begitu ….” Aku menganggukkan kepala dan mengambil piring Mas Johan untuk aku isi nasi. Karena tempat nasinya agak jauh, aku ja
Saat Anakku Kaya 75Bab 75POV Bu Sofi Hati yang busuk Jadi, kamu mau buka usaha jasa cleaning service, Yuda?”“Iya, Om,” sahut Yuda mengangguk. “Apa alasannya?” Terlihat Pak Johan mengangkat sedikit dagunya agar dapat menatap lurus Yuda. “Saya pernah berkecimpung di bidang itu sebelumnya, Om. Sedikit banyak saya tau seluk beluk pemasaran dan manajemennya. Bahkan, untuk urusan marketing juga sudah saya amati. InshaAllah, saya yakin dapat berkembang dengan pilihan usaha ini.” ujar Yuda terdengar optimis. Aku sengaja berdiri di belakang bupet kayu besar tak jauh dari ruang tengah tempat Pak Johan, Yuda dan Bu Ainun bercakap-cakap. Rupanya, mereka sedang membicarakan rencana bisnis Yuda. Dasar b0d0h, Yuda itu. Ngapain membuka bisnis cleaning service yang ecek-ecek. Lebih baik uang segitu dipakai untuk investasi. Jaman sekarang kan, mainnya trading. Serahkan pada ahlinya, tinggal ongkang-ongkang dapat kabar baik dan cuan mengalir. Dari pada bisnis bersih-bersih, nggak elit banget,
Saat Anakku Kaya 75Bab 75POV Bu Sofi Hati yang busuk Jadi, kamu mau buka usaha jasa cleaning service, Yuda?”“Iya, Om,” sahut Yuda mengangguk. “Apa alasannya?” Terlihat Pak Johan mengangkat sedikit dagunya agar dapat menatap lurus Yuda. “Saya pernah berkecimpung di bidang itu sebelumnya, Om. Sedikit banyak saya tau seluk beluk pemasaran dan manajemennya. Bahkan, untuk urusan marketing juga sudah saya amati. InshaAllah, saya yakin dapat berkembang dengan pilihan usaha ini.” ujar Yuda terdengar optimis. Aku sengaja berdiri di belakang bupet kayu besar tak jauh dari ruang tengah tempat Pak Johan, Yuda dan Bu Ainun bercakap-cakap. Rupanya, mereka sedang membicarakan rencana bisnis Yuda. Dasar b0d0h, Yuda itu. Ngapain membuka bisnis cleaning service yang ecek-ecek. Lebih baik uang segitu dipakai untuk investasi. Jaman sekarang kan, mainnya trading. Serahkan pada ahlinya, tinggal ongkang-ongkang dapat kabar baik dan cuan mengalir. Dari pada bisnis bersih-bersih, nggak elit banget,