Share

Bab 122

Mendung hitam bergelayut di langit rumah Tuan Sangir. Seolah mengiringi kepergian lelaki yang sudah hampir sepuluh tahun mengalami kelumpuhan itu. Gerimis turun membahasi bumi, satu persatu pelayat datang dan pergi untuk menyampaikan rasa bela sungkawa atas kepergian Tuan Sangir untuk selamanya.

Lelaki yang mengenakan jas hitam itu hanya mampu tertunduk di samping jenazah Tuan Sangir. Tidak ada jejak air mata yang mengaliri lagi, ia telah ikhlas melepaskan Tuan Sangir untuk selama-lamanya ke pangkuan sang ilahi.

"Tuan!" Lelaki bertubuh tinggi besar itu menepuk lembut bahu Wisnu. Tanpa menjawab Wisnu menoleh ke arah Hamzah.

"Jenazah akan segera kita kebumikan," ucap Hamzah setengah berbisik. Wisnu mengangguk lembut dan segera bangkit.

Seorang lelaki bertubuh jangkung yang berjalan dari arah pintu menghentikan langkah Wisnu.

"Maafkan aku, jika aku baru datang!" ucap Danil pada Wisnu. Lelaki berlesung pipi itu menjatuhkan pelukan kepada Danil. Hanya lelaki itulah telah Wisnu yang anggap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status