Home / Romansa / Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing / 98. Rahasia Keluarga Dermawan

Share

98. Rahasia Keluarga Dermawan

last update Last Updated: 2024-04-29 09:57:03

"Pak Arya adalah cucu pemilik yayasan yang menaungi Universitas Panca Satrya, dan Bu Mega yang hanya memiliki hubungan keponakan dengan pembantu dekan fakultas ekonomi, telah berani mengusik cucu sekaligus menyakiti cucu menantu pemilik yayasan."

Hasan menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia sendiri tidak sanggup membayangkan hukuman yang akan diterima Mega.

Rudy benar-benar syok. Ia tidak pernah menyangka jika Arya yang ia kenal begitu rendah hati, dingin dan sedikit bicara itu ternyata cucu orang penting tempatnya bekerja.

"Saya jadi khawatir. Selama ini saya sangat sering menggoda beliau, memperlakukan beliau seperti orang biasa,"

"Jangan begitu. Saya pun sama. Percayalah, setelah mengetahui kenyataan itu, lutut ini langsung lemas. Tulang ini serasa lepas dari tempatnya."

Riski yang semula hendak berkonsultasi, memilih menyerahkan skripsi yang sudah direvisi lalu pamit undur diri. Kejadian hari ini memberi banyak informasi bagi dirinya.

"Saya harus bertemu dengan Pak Ary
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   99. Rahasia Keluarga Dermawan 2

    "Kalian sebenarnya siapa?" Dinda menatap tajam Fahri. Fahri tersenyum lalu tertawa kecil. "Kami ... sama seperti kalian. Tidak ada yang berbeda. Sama makan nasinya. Minumnya pun sama air putih dan terkadang kopi hitam atau teh hangat manis." Dinda mengerucutkan bibirnya. "Tsk. Bukan itu maksudnya." "Dahlah. Mending tanya Hunny Bee lu aja. Pasti mau jawab, nggak kek dia," sungut Mita. Arya melambaikan tangannya ke arah Dinda, diikuti oleh Hasan dan Rudy. Keduanya terkejut ketika melihat sosok Fahri yang tengah menatap mesra Mita. "I-itu ..." Rudy menunjuk ke arah Fahri. "Dia kakak saya. Pengusaha." "Ooh, dan itu bukannya .. itu ..." Mita menganggukkan kepalanya. "Hai, Pak Rudy." Mita menyapa dengan riang. "..." Rudy bingung. "Itu Mita, Pak Rudy. Di sebelahnya suaminya," terang Dinda ketika dirinya duduk di sebelah Arya. "Oooh." "Karena keberangkatan saya diundur bulan depan, jadi resepsi pernikahan kami dimajukan." "Hah? Beneran?" Dinda kaget. Dirinya sendiri tidak tah

    Last Updated : 2024-04-29
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   100. Identitas Arya

    Mega tidak juga beranjak dari tempat duduknya. Netranya masih terus menatap layar ponselnya yang masih terus menyala. Balasan yang ia tunggu dan nantikan tidak kunjung ia dapatkan. Emosinya mulai terpancing. Di benaknya mulai terbentuk rencana untuk menemui Si Mahasiswa Abadi yang besok lusa ikut maju sidang skripsi. Mega akhirnya tidak lagi dapat menahan kesabarannya. Ia langsung menekan nomor yang sejak tadi ia harapkan membalas pesannya. Nada panggil terdengar. Itu artinya nomor yang ia tuju aktif dan ponsel dalam keadaan hidup. Satu kali. Nihil. Mega mencoba lagi. Lagi-lagi tidak dijawab. Yang ketiga kali, panggilannya tidak juga diangkat. Mega lantas menghubungi Mona. "Berikan alamat bocah itu! Mengapa dia tidak juga menjawab pesanku??" Mega meluapkan seluruh emosinya, ketika panggilan yang ia buat untuk Mona, diangkat gadis itu. *Siapa yang Bu Mega maksud? "Mahasiswa yang tidak juga lulus itu. Siapa namanya? Jika begini, aku akan melakukan hal yang sama padanya, seperti

    Last Updated : 2024-04-30
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   101. Si Mahasiswa Abadi

    Dinda menatap sedih ke langit biru. Andai dirinya dapat menjelma menjadi seekor burung, ia ingin terbang tinggi mengelilingi pengunungan, turun ke lembah-lembah lalu terbang rendah saat dirinya berada di laut lepas. Hembusan angin pastilah dapat membawa pergi segala penat dan beban yang kini masih bergelayut mesra di benak dan pikirannya. Dinda sangat ingin menghapus semua kejadian buruk yang beberapa bulan ini menimpanya. Atau melenyapkan mereka-mereka yang sudah berani membuat hari-hari terakhirnya terasa begitu kelabu, hingga meninggalkan kenangan buruk dalam ingatannya. Ting. Notifikasi pesan masuk berdenting. Dinda buru-buru membuka ponsel dan mencari pesan yang baru saja masuk. Keningnya berkerut penuh keheranan karena pesan itu bukan pesan tulisan namun pesan suara dan video. Ia agak ragu untuk membuka setiap kali sebuah pesan yang berbentuk video dan suara, masuk ke dalam ponselnya. Terakhir kali video yang masuk ke ponselnya berisi video menjijikkan dari nomor tidak di

    Last Updated : 2024-04-30
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   102. Siapa Dia?

    "Dan soal siapa Si Mahasiswa Abadi itu, saya sepertinya tahu siapa dia?" Dinda menatap Arya dengan penuh keyakinan. Arya merasa tegang seketika. Ia merasa jika sosok yang akan disebut Dinda ini adalah seseorang yang akan menjadi rivalnya dalam memenangkan perasaan Dinda, dan itu membuat dirinya merasa terancam. "Dia seorang pria?" Dinda mengangguk mantap. "Dia pria tapi kalian belum pernah bertemu satu sama lain. Dia sudah ada di sini lima tahun sebelum suamiku ini bekerja sebagai dosen muda di kampus. Saat Pak Arya mulai mengampu mata kuliah di kampus, dia hanya mengambil mata kuliah skripsi tanpa mengambil mata kuliah yang lain. Meski begitu skripsi itu pun tidak dikerjakannya, karena ia pesimis dengan hasil sidang jika dia maju sidang untuk ke sekian kalinya." Arya mendengarkan dengan seksama. Ujung-ujungnya, masalah sidang lagi. Ada apa dengan sistem pelaksanaan sidang di kampusnya? Apakah ada yang sengaja mempermainkannya hingga beberapa mahasiswa yang bernasib sial harus men

    Last Updated : 2024-04-30
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   103. Tentang Mega 1

    *Bu Mega! Lu tahu kan Bu Mega? Kenal Bu Mega'kan? "Iya. Kenapa dengan Bu Mega? Cepetan, deh. Penasaran tahu nggak, sih?" Dinda benar-benar tidak sabar. "Buruan cerita!" *Bu Mega ... Masuk rumah sakit. "Hah???!!!!" Ponsel Dinda terlepas dari tangannya. Teriakan kaget Dinda mengejutkan Arya yang sedang memakai deodoran. Ia bergegas menghampiri Dinda yang wajahnya kini begitu pucat. "Ada apa? Kenapa?" Arya mengguncang tubuh Dinda, setengahnya untuk menyadarkan Dinda yang terlihat begitu syok. *Halooo ... Halooo... Dindaaaaa! Yuda berteriak-teriak di ujung sana ketika ia mendengar suara brak, dan ia yakin jika ponsel sahabatnya sudah sukses mendarat di lantai. "Ada apa? Kenapa Dinda teriak syok seperti itu?" Arya mengambil ponsel Dinda, dan menjawab telpon Yuda. *Anu-Itu, Pak. Bu Mega - Bu Mega ... Yuda menjadi gagap sejenak. Ia tidak menyangka jika akan berbicara dengan dosen paling fenomenal di kampusnya itu. "Memang kenapa Bu Mega? Berbuat ulah apa lagi?" Nada suara Arya

    Last Updated : 2024-05-06
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   104. Tentang Mega 2: Alasannya Adalah ...

    "Ada apa sebenarnya? Soal sidang skripsi? Nilai atau apa?" Arya menatap Rudy yang kini mengajaknya ke komplek ruang dosen. "Ada yang harus saya tunjukkan kepada Pak Arya. Kita ke ruangannya Pak Hasan lebih dulu." Arya tidak lagi bicara. Ia terus menggenggam tangan Dinda yang makin ke sini makin dingin. Arya melirik Dinda. Wajah istrinya itu belum berubah. Masih pucat dan kali ini terlihat semakin cemas. "Mengkhawatirkan sesuatu?' bisik Arya, membuyarkan lamunan Dinda yang tidak-tidak. "Apakah itu dia?" Suara Dinda terdengar sedikit bergetar. "Pak Rudy. Apakah dia di sini?" "Siapa?" Arya kini menatap tajam Dinda. Ia jadi semakin mengkhawatirkan keadaan Dinda. Rudy terkejut. Dari mana Dinda tahu jika ada seseorang yang akan ia tunjukkan kepada Arya. "Mbak Dinda tahu dari mana?" "Yuda. Dia bilang kalau ada mahasiswa yang ditahan." Arya tidak menyangka jika istrinya itu mendengar pembicaraannya dengan Yuda. "Mbak Dinda tidak usah ikut masuk. Biarkan Pak Arya saja." Dinda mengge

    Last Updated : 2024-05-06
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   105. Obsessive Love Disorder 1

    Arya menatap wajah cantik istrinya yang masih terlelap. Dinda akhirnya jatuh pingsan dalam gendongan Arya. Ia tidak lagi ingat dimana ia berada. Yang ia rasakan hanyalah gelombang ketakutan yang melibas semua rasa percaya diri dan keberaniannya. Kata-kata jujur dari Denny membawa efek yang sangat menakutkan bagi dirinya.Dinda, masih tidak percaya jika Mega, yang notabene berjenis kelamin sama dengannya, telah menyuruh seseorang untuk melecehkannya, hanya demi rasa cintanya yang membabi buta pada seorang pria yang sama sekali tidak mencintainya.Arya terus mengusap punggung tangan Dinda, berharap sang istri segera sadar dari pingsannya."Din!" seru Mita langsung tertahan ketika mendapati Arya secara reflek menoleh ke arahnya sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. Beberapa menit yang lalu, Mita segera lari kocar-kacir dari kursi tempatnya duduk, ketika Arya mengabarkan perihal pingsannya Dinda di kampus. Ia baru saja tiba di kediaman Broto, menjemput suaminya, Fahri. Ia ingin Fah

    Last Updated : 2024-05-07
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   106. Obsessive Love Disorder 2

    "Mari kita selesaikan hari ini. Bila perlu, kita selesaikan secara laki-laki." Wow! Hasan, Rudy dan Denny langsung berkidik. Meski tenang, ucapan Arya justru mendatangkan ketakutan bagi ketiganya.Secara laki-laki? Rudy dan Hasan yang mendengar itu menggelengkan kepala mereka. Kata-kata itu terdengar begitu macho, bahkan di telinga mereka sendiri."Saya tidak akan panjang lebar. Silakan cerita dari awal sampai terjadinya kejadian hari ini. To the point. Jangan berbelit-belit!"Arya duduk di kursi yang berada tepat di depan Denny. Mereka terhalang satu meja. Ia terus menatap Denny dengan sorot yang tidak bisa dibaca oleh siapa pun.Hasan dan Rudy sama-sama menahan napas mereka. Ruangan itu kini bertambah panas. Hasan buru-buru mengambil remote AC , menurunkan suhu hingga 22 derajat, namun rupanya angka itu masih terasa begitu gerah bagi mereka sekarang."Saya pikir, saya tidak perlu menceritakan bagaimana awal mulanya, Pak. Cukup Bapak tahu saja jika saya tidak mengabulkan permintaan B

    Last Updated : 2024-05-09

Latest chapter

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   144. Brilian dan Fahriza

    Suasana kediaman Dermawan begitu ramai. Bagaimana tidak, hari itu diadakan acara syukuran sekaligus akiqah kelahiran dua cucunya. Seluruh tetangga di komplek mereka undang, tanpa kecuali. Bahkan tukang martabak, es doger dan tukang sate yang sering mangkal di dekat rumah mereka juga ikut hadir.Malam itu menjadi malam bahagia semua orang. Broto dan Sari pun hadir, termasuk orang tua Mita, Candra dan Susan. Kedua bayi mungil itu tidur pulas di boks masing-masing. Mereka sama sekali tidak terganggu. Pun saat keduanya diajak keliling setelah acara potong rambut. Kedua bayi itu hanya bergerak sedikit lalu kembali tidur. Dermawan mengadakan acara itu secara besar-besaran sebagai ungkapan rasa syukurnya karena Tuhan memberikan dua cucu sekaligus kepadanya dan Anggun, dan memiliki dua menantu yang sama-sama pintar dan cantik. Acara berlangsung meriah dan khidmat selama hampir dua jam. Menjelang sore, tamu mulai berkurang hingga tersisa keluarga besar beserta besan-besan Dermawan."Khusus

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   143. Jackpot Untuk Dermawan - Persalinan (4)

    "M-Mas....!" seru Mita lebih keras karena Fahri masih tertegun dengan suara tangisan bayi yang baru saja ia dengar."Eh? Gimana? Sakit?" Ia langsung mendekatkan dirinya.Mita memejamkan kedua netranya. Ia kembali mengatur napasnya. Gelombang rasa sakit yang datang bertubi-tubi, tidak memberikan waktu sedikit pun untuk Mita beristirahat.Bulir keringat berdatangan memenuhi dahinya. Ia mulai merasa rasa mulas yang sangat hebat. "Nggak kuat. Sakit." Rintihan Mita membuat Fahri panik. "Kita operasi saja kalau begitu.""Hush! Nggak mau! Sakit.""Lah. Katanya tadi sakit. Nggak kuat. Ya udah kalau begitu operasi saja.""Nggak mau."Anggun yang tadi sudah berada di luar bilik Mita, kembali masuk. "Kenapa?" "Sakit, Ma." Wajah Mita sudah tidak seperti sebelumnya. Ia terlihat berusaha kuat untuk menahan rasa sakitnya akibat kontraksinya yang meningkat.Fahri panik dan menekan tombol berulang kali. Seorang perawat datang. "Bagaimana, Pak?""Sakit, Sus. Istri saya merasa sakit lagi.""Oh. Saya pe

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   142. Drama Bersalin Dinda- Persalinan (3)

    "Bayinya sehat. Semoga bayinya sehat dan kuat ya, Bu Dinda." Ucapan yang samar terdengar, mengejutkan Mita. "Hah?! Itu Dinda yang dimaksud istri Pak Arya, bukan? Dinda sudah lahiran? Beneran udah lahiran?" Kedua netra Mita membola sempurna. Rasa bahagia tiba-tiba datang menyelimuti dirinya. Namun, dirinya tidak seratus persen yakin. "Terus Pak Arya kemana? Masa iya nggak nemenin Dinda lahiran?"Fahri tertegun. Masa iya, adik iparnya sudah melahirkan? Cepat sekali. Ia baru saja bertemu dengan Arya, dan tidak mengatakan apapun, kecuali ia harus segera menemani Mita."Dinda yang lain mungkin. Tadi masih aman-aman aja kok. Dia duduk di dalam nggak ikut keluar. Cuma da-da-da doang.'"Benarkah?" Mita tidak mau percaya begitu saja. Tiba-tiba satu tonjolan muncul di perutnya. Seakan mengerti kode yang diberikan dari dalam perutnya, Mita mengangkat alis kanannya. "Kalian ... ?""Apa? Kami tidak menyembunyikan sesuatu." Ia merasa pertanyaan itu diajukan padanya. Arya tadi mengantarkan tas ini

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   141. Persalinan (2)

    Mita masih menunggu kedatangan dokter kandungannya. Kali ini, ia merasa perutnya mengejang sesaat. Ada mulas yang tiba-tiba datang. Mita mendesis. Sakit apa ini? Perut bagian belakangnya terasa tegang. Kandungannya terasa turun sedikit, membuat Mita takut. Rasanya seperti akan jatuh.Mita mencari sosok Fahri, tapi tak kunjung ia temukan. "Kemana, sih? Istri sedang seperti ini kok malah pelesiran kemana-mana.""Dokter Susan sedang dalam perjalanan kemari." Perawat yang usianya nyaris separuh baya itu kembali masuk dan mengganti alas tidur Mita yang sudah basah dengan yang baru. "Kenapa sekarang terasa mulas ya, Sus?""Mulas?"Mita hanya mengangguk. Perutnya terasa begitu melilit, mulas seperti ingin buang air besar. Pertama hanya terasa mulas sebentar, kemudian rasa itu hilang. Namun, tidak berapa lama, rasa yang sama datang kembali, membuat Mita tidak lagi meringis, tapi sekaligus mendesis."Sudah sejak tadi atau baru saja?""Baru aja nih, Sus, dan sekarang aduh..." Mita memejamkan k

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   140. Persalinan (1)

    "Jangan lupa bawakan tas hijau.""Tas?" Arya belum paham kemana arah perintah kakaknya."Tsk. Cari saja tas warna hijau di samping meja rias."Dengan masih memegang ponsel, Arya bergegas ke kamar Fahri. Ia mencari tas hijau yang dimaksud dan berhasil menemukannya."Ada?" Fahri berjalan hillir mudik di depan resepsionis. Ia sedang mengurus kamar untuk Mita. "Done. Harus diantar sekarang?" Pria ini masih belum menyadari kepanikan yang dialami sang kakak."Satu abad lagi, bolehlah.""Ya udah kalau begitu ...""Jelas sekaranglah! Berangkat segera! Dinda tidak perlu ikut. Jangan cerita apapun!""Bagaimana bisa, orang sejak tadi dia menguping," sahut Arya melirik Dinda yang mengikutinya kemana pun dirinya melangkah."Pokoknya, suruh dia diam di rumah saja. Takutnya istrimu ikut panik.""Dia sudah panik." Arya mengusir Dinda secara halus namun, Dinda bergeming. Sorot matanya memaksa Arya untuk menceritakan apa yang sedang dibicarakan."Terserahlah. Sekarang segeralah meluncur kemari. Mama su

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   139. Menjelang Persalinan

    Dinda berjalan mengitari kamarnya. Rasa sakit mulai sering dirasakan. Untuk mengurangi rasa sakit, ia memilih untuk berjalan-jalan. Melihat pemandangan kebun belakang kediaman mertuanya, Dinda tiba-tiba ingin melihat kolam ikan di sudut taman. Ia berjalan keluar kamar lalu mengarahkan kakinya ke ruang keluarga yang langsung terhubung dengan kebun belakang."Kamu mau kemana?" Arya tiba-tiba mencegat Dinda."Mau kesana," tunjuk Dinda ke sudut taman. "Nggak kesakitan lagi?" Akhirnya, Arya memutuskan untuk menemani istrinya. Ia menggandeng tangan kiri Dinda, karena tangan Dinda sibuk mengusap perut besarnya. "Masih. Lebih sering malah. Apa mungkin malam nanti lahirannya?" "Kamu takut?""Sedikit. Gimana kalau nanti nggak kuat ngeden?" Hal yang sangat dikhawatirkan selama ini. Ia tidak mau menjalani operasi caesar. Ia sebelas dua belas dengan Mita. Sama-sama takut dioperasi."Bisa. Pasti bisa. Dedek bayinya diajakin ngomong terus.""Udah. Sudah sejak umur 3 bulan, tapi keliatannya posisi

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   138. Kontraksi

    Dengan sangat terpaksa, Dinda harus menyetujui usul Arya yang disertai dengan sedikit ancaman jika ia akan melapor kepada Sari soal ini. Nama Sari sangat keramat bagi Dinda, khususnya saat-saat seperti ini. Ia tidak mau proses persalinannya nanti menjadi tidak lancar, karena membuat suami dan mamanya menaruh kesal padanya. Ia ingin semuanya kelak berjalan lancar dan damai.Fahri menyanggah kepala Mita yang kini tertidur pulas di sampingnya. "Begini kok masih mau lanjut belanja."Arya terkekeh. "Biasalah. Tidak mengukur kemampuan. Maunya jalan terus padahal kaki-kaki sudah bengkak semua.""Bukan begitu, Mas. Maksud kita itu, biar sekalian jalan. Jadi besok-besok nggak usah belanja lagi," jelas Dinda yang masih terjaga. Ia memegang perutnya sambil sedikit meringis. Seketika ia ingat dengan pesan dari instruktur senam hamilnya, untuk menarik napas ketika kontraksi mulai dirasakan."Ada apa?" Arya rupanya menangkap gerakan Dinda. Ia melihat dengan tatapan khawatir."Nggak apa-apa. Seperti

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   137. Bumil

    Tujuh bulan berlalu. Kehamilan Dinda semakin besar. Berbagai macam petuah mempersiapkan kelahiran bayi mulai pagi hingga malam datang, terus saja didengungkan Anggun kepada Arya. Ia terus mewanti-wanti agar putra keduanya itu mulai mengatur jadwal yang mendukungnya menjadi suami siaga."Duh, Mama. Setiap hari itu saja yang dibicarakan. Arya sampai membuat buku sendiri untuk mencatat semua nasihat Mama." Arya segera mengeluarkan sebuah buku catatan berukuran tanggung dari tas kerjanya, lalu menyodorkan buku ke hadapan Anggun.Anggun tersenyum senang. "Anak pintar!""Tapi, kenapa cuma Arya saja yang dapat kuliah beginian?""Nah! Kamu protes?" Salah satu alis Anggun meninggi. "Yang kelahirannya sudah dekat kan kamu, kalau kakakmu masih enam minggu lagi. .""Yaa, Mama. Dulu waktu Dinda hamil muda, Mama juga begini. Segala macam diributin. Yang inilah-yang itulah," sungut Arya sebal. Tiba-tiba ia merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Anggun. Ia tidak pernah melihat Fahri mengalami hal

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   136. Test Pack

    "Selamat! Sebentar lagi, Pak Arya akan menjadi Ayah." Tangan putih sang dokter mengangsur ke depan, menyalami Arya yang masih bingung, mencerna kalimat barusan. Senyum tulus tidak lupa diberikan oleh Rizky.Dinda yang semula ternganga langsung tertawa kecil. "Dokter bercanda pasti. Masa iya saya hamil?"Ia tidak dapat menerima mentah-mentah kabar baik itu. Pernikahannya dengan Arya belum ada satu bulan masa iya dia langsung hamil. Berbeda dengan Arya. Rasa hangat mulai merayap ke dalam hatinya. Ayah? Benar ia akan segera menjadi ayah? "Saya tidak bermimpi?" Arya menyangsikan namun besar harapannya itu kabar nyata.Rizky mengangguk. Dokter muda itu memberi isyarat agar sang perawat memberikan test pack yang tadi digunakan untuk mengetes kandungan hormon hCG pada urine Dinda."Dua garis merah ini menunjukkan jika Ibu Dinda positif hamil. Usia kandungannya masih sangat dini. Sekitar satu minggu. Jadi, pesan saya jangan bekerja terlalu berat. Hindari mengangkat beban yang berat. Serahka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status