Share

75. Keterlaluan

last update Last Updated: 2024-03-30 23:35:59
Dinda menatap papan pengumuman di depannya. Wajahnya yang semula ceria, mendadak muram. Apa yang terpampang di depannya membuatnya kembali galau. Apa yang akan terjadi dengan sidangnya jika yang ditulis di sana benar adanya?

Ingin rasanya ia langsung menuju ruangan Arya tapi mengingat Arya sedang mengajar di gedung dua, Dinda langsung mengurungkan niatnya. Ia mencari Mita, kalau saja sahabatnya itu berada di sekitarnya. Namun sayangnya, Mita tidak terlihat olehnya.

"Mungkin langsung bertanya ke bagian pendidikan lebih baik," gumam Dinda. Ia langsung memutar tubuhnya kembali ke lorong administrasi kampus. Ia harus mengecek kebenaran pengumuman hari ini. Langkahnya ia buat selebar mungkin, khawatir jangan-jangan petugas sudah tidak berada di tempat.

Benar saja. Kekhawatiran Dinda menjadi kenyataan. Ruang administrasi pendidikan lengang. Tidak tampak seorang pun di sana. 'Kemana orang-orang ini?' Dinda celingukan. Suara printer yang berasal dari ruang sebelah, mengganggunya.

Dinda kel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   76. Denny

    Denny sedang asyik menonton film terbaru di ponselnya ketika sebuah ketukan cukup keras terdengar di pintu kamar kos-nya. Denny bangkit lalu membuka pintu kamarnya. "Ada apa?" tanyanya pada Aris, yang tinggal di kamar sebelah. "Dicariin tuh. Cewek. Spanyol. Katanya penting. Honornya gede." "Hah?!" Denny terperangah. Ia tidak merasa memiliki kenalan seorang gadis di kampus. Teman-teman seangkatannya sudah lama meninggalkannya sendiri di kampus itu. Ia adalah satu-satunya yang tersisa, yang terpaksa mengikuti semua perkembangan yang berlangsung di kampus ekonomi. "Cepetan! Dia buru-buru katanya." "Lu kira-kira dong! Ini gua baru aja bangun tidur. Bekas iler gua aja masih nempel,"gerutu Denny kesal. Pacar bukan tunangan apalagi, tapi tamu tak diundang itu sudah semena-mena terhadapnya. Menyuruhnya untuk segera menemuinya? Mimpi! "Udah. Buruan aja kenapa sih?" jawab Aris sebal. Ia jadi ikut terganggu. Beberapa menit waktunya terbuang percuma, untuk meladeni cewek seksi yang tiba-tiba

    Last Updated : 2024-03-31
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   77. Menyusun Rencana 1

    Dinda menunggu kedatangan Arya yang masih sibuk berdiskusi di ruangan Hasan. Telinganya berusaha mencuri dengar tapi tidak berhasil. Arya dengan gayannya yang suka sekali berdiskusi dengan suara pelan membuatnya kesulitan. Hasan yang mendengar kabar dari Arya sontak kaget. Ia juga tidak bisa terima dengan selebaran pengumuman itu. "Rapat terakhir belum juga di-follow-up, itu artinya keputusan belum final." "Tentu. Seharusnya ada rapat lanjutan lebih dulu baru pengumuman ini dibuat lalu ditempel. Bukan seperti ini." Wajah Arya tidak dapat menyembunyikan kekecewaan dan amarahnya. Hasan menggoyangkan kedua kakinya, hal biasa yang ia lakukan jika menemui masalah seperti ini. "Mungkinkah ini perbuatan Bu Mega?" Arya menegakkan kepalanya. Ia tidak terpikir sampai ke sana. "Atas dasar apa? Bukankah beliau juga tahu jika itu belum menjadi keputusan final?" Hasan mengedikkan kedua bahunya. "Sepertinya kecurigaan saya sama seperti yang dulu. Ada motif di balik ini semua. Sesuatu yang mun

    Last Updated : 2024-04-01
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   78. Terpana

    Denny berhasil bangun lebih awal. Alarm ponselnya berjalan dengan baik, seolah paham jika pemiliknya memiliki agenda besar hari ini. Bangun lebih awal dari penghuni kos yang lain, Denny bebas memilih menggunakan kamar mandi manapun yang ia inginkan. Ia juga lebih santai karena tidak ada yang menggedor pintu kamar mandi dari luar. Jam enam pagi, Denny sudah berpakaian rapi. Ia mulai menata tasnya dengan beberapa buku dan satu skripsinya. Ia harus bisa memerankan perannya dengan baik hingga misinya berakhir dengan sempurna. Ia membawa vespa bututnya ke kampus melewati jalan pintas yang membelah kampus FISIP menjadi dua gedung. Membawa vespanya mengelilingi kampus ekonomi dan seni rupa sebelum akhirnya sampai di pelataran parkir depan kampus ekonomi. Bangunan gedung yang baru saja selesai dicat dan direnovasi di beberapa bagian, membuat Denny ternganga dan berdecak kagum. Kampusnya sekarang lebih fresh dengan gaya milenialnya. "Kenapa gua baru tahu sekarang kalau ini kampus maki

    Last Updated : 2024-04-02
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   79. Gagal Lagi?

    Denny mengeluarkan bukunya yang kosong, lalu berdiri mengambil diktat sembarang yang berada di dekatnya. Karena niat sebenarnya bukan murni untuk belajar, alhasil Denny mengambil buku yang ada di dekatnya. "Dasar-dasar ilmu manajemen?" Dinda membaca buku diktat yang diberikan Denny kepadanya. "Mau belajar ini?" Dinda keheranan. Ini akan materi mudah? "Kurang berat?" tanya Denny asal. "Loh?"Dinda menjadi bingung. "Kok tanya saya? Sebenarnya, yang mau dipelajari apa sih?" Denny mengeluarkan skripsinya lalu menunjukkan daftar isi. Ia lalu menjelaskan tentang skripsinya mulai dari pengajuan proposal hingga bab kesimpulan. Dinda menyimak begitu serius. Keduanya tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam mengambil gambar tentang mereka. Ketika posisi Dinda dan Denny begitu dekat, sosok itu mengambil gambar dari jarak yang begitu dekat tanpa diketahui Dinda dan Denny. Seringai jahat terlihat jelas di wajah orang itu. "Misi ini pasti berhasil." Dua jam berlalu, hingga akhirnya Din

    Last Updated : 2024-04-04
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   80. Rival Tangguh

    Arya menatap lekat Dinda yang tengah asyik menyendokkan es krim ke dalam mulutnya. Wajah Dinda yang semula, saat bertemu dengannya begitu tegang, kini sudah mulai rileks dan itu memancing pertanyaan dalam diri Arya. "Tadi kenapa?" "Kenapa gimana maksudnya?" Dinda masih terus menyendokkan es krim ke mulutnya. "Cemburu?" Arya memilih untuk meneruskan pertanyaannya daripada mengulang pertanyaannya. Dinda memilih diam. Malu jika harus mengakui perasaan cemburu yang tadi menghampirinya secara tiba-tiba, saat melihat Mega berdiri begitu dekat dengan Arya. Arya terkekeh. "Bukan aku yang mulai duluan, tapi dia yang tiba-tiba menempel lebih dulu dari belakang." Dinda tetap diam. Geram rasanya mendengar cerita Arya. 'Mengapa wanita itu tidak punya malu? Menempelkan bagian tubuhnya ke pria secara sengaja? Murahan sekali!' "Kalau kamu tidak percaya .... " "Percaya." Jawaban cepat Dinda membuat Arya justru terheran-heran. "Mengapa percaya? Tidak curiga?" "Soal itu tidak akan curiga, h

    Last Updated : 2024-04-05
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   81. Besok

    Denny dengan enggan memarkirkan motor V*sp* bututnya. Wajahnya terlihata sangat suntuk. Jalannya pun tidak bersemangat seperti tadi pagi. Lunglai adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa Denny tengah berjuang keras membawa kedua kakinya untuk tetap melangkah ke ruangan Mega. "Seharusnya dia sudah tiba sekarang. Toleransiku sudah lebih dari cukup." Mega mengetuk jari-jemari ke atas meja saat sebuah ketukan terdengar di pintu ruangannya. "Masuk!" Mega menatap pintu yang perlahan membuka, dan menatap sosok yang menunduk permisi sebelum melangkah masuk ke dalam ruangannya. "Mengapa lama sekali? Kamu membuat saya menunggu hampir satu jam lamanya. Sebenarnya, yang butuh siapa?" tanya Mega sangat ketus. Ia tidak peduli dengan perasaan Denny yang sangat sensitif. "Hmm, Kalau Ibu keberatan untuk membimbing saya. Saya akan mencari dosen lain, yang bersedia untuk membimibing dan mengarahkan saya, yang tidak memiliki jam terbang setinggi Bu Mega dan Pak Arya." Denny memaksa ota

    Last Updated : 2024-04-09
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   82. Gara-gara Selop

    Netra Dinda secara otomatis, tanpa diperintah, membesar seketika. Mulutnya terbuka. Pikirannya kosong, demi mendengar kalimat Arya barusan. "Be-sok ki-ta i-jaab?" Sungguh, saat ini Dinda ingin menghilang seketika dari hadapan Arya. Arya mengangguk mantab. Giliran pria itu yang menjawab pertanyaan Dinda dengan sangat yakin. "Betul. Besok kita akan ijab kabul." "Jangan becanda deh, Pak- eh-Sayang..." Dinda tiba-tiba menjadi kikuk. "Serius. Aku tidak pernah bercanda untuk urusan penting dan sakral seperti ini. Besok kita akan ijab kabul di sini. Karena itu, mama datang kemari, mencari Mama Sari. Perencana pernikahan yang disewa mama sedang dalam perjalanan kemari." Dinda kembali terkejut. 'Apa-apaan ini?' "Jangan bercan ..." "Saya tidak sedang bercanda." Arya lantas mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebuah kotak kecil yang dibalut dengan kain beludru halus berwarna biru. "Di sini sudah ada cincin kawin kita. Kamu ingin melihatnya dulu?" "Cin-cin?" Dinda meragukan yan

    Last Updated : 2024-04-10
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   83. Ijab Kabul

    Fahri tidak bisa berlama-lama. Begitu ia selesai menerima kotak yang berisi selop untuk Arya, pria itu segera meninggalkan kamar rias Dinda meski hatinya masih ingin menatap wajah cantik di depannya. "Siapa?" tanya Dinda yang baru saja selesai mengenakan kain jarik dan kini tengah mengenakan sanggul. "Nggak tahu. Gua lupa namanya siapa?" Mita menatap Dinda takjub. "Sumpah! Lu cantik banget, Din." Tanpa sadar, Mita mengelilingi Dinda berulang. Ia dibuat terkesima dengan penampilan Dinda. Sahabatnya yang tidak pernah mengenakan make-up selain bedak dan lip tint itu, sungguh memesona. Dirinya yang notabene sama-sama perempuan saja dibuat kagum, bagaimana lagi dengan kaum adam? Mita menggelengkan kepalanya. "Gua yakin. Seratus ribu persen yakin, akan banyak pria patah hati ngeliat lu kek begini." Dinda semakin salah tingkah. Ini adalah pujian ke sekian kalinya yang ia dengar. Dari para perias, Anggun, Sari. Belum lagi, decakan kagum dari para petugas katering yang mengantarkan snack

    Last Updated : 2024-04-11

Latest chapter

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 17

    "Lu aman, Mit?" Keraguan Dinda kembali muncul. Ia khawatir."Amanlah. Kan udah gua bilang tadi? Don't worry. I am ok." Meski Mita memasang ekspresi sangat serius, DInda tetap saja dengan kecurigaannya."Ada apa, sih? Memangnya ada apa dengan Mita? Something happened?"Dinda tidak menjawab pertanyaan Fahri, melainkan kembali mengangkat kedua bahunya. "Nanti tanya Mita sendiri aja, deh. Entar saya salah.""Tsk Nggak ada apa-apa kok. Kita cuma mau bahas rencana bisnis kuliner. Itu aja. Aman karena Dinda kuatir jangan-jangan saya lupa dengan apa yang akan kami bahas nanti.""Bagus kalau begitu. Lebih cepat, lebih baik. Pekerjaan dan niat baik jangan ditunda-tunda, karena bisa saja itu menjadi penghambat kita untuk maju. Kalau bisa sekarang, mengapa tidak?" Arya akhirnya ikut bersuara. "Apakah ada perubahan rencana?" Fahri menarik piring berisi selat buah dari hadapan Mita dan mulai menikmati suapan demi suapan.Dinda berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya."Gimana kas

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 16

    Meja makan sudah penuh dengan masakan hasil kerja keras kakak beradik Fahri dan Arya. Sebelumnya, kehadran Mita dan Dinda tidak disambut baik. Keduanya diusir dari area dapur.Fahri dan Arya justru menyuruh Mita dan Dinda membersihkan diri. Mereka diijinkan turun jika meja makan sudah tertata sempurna lengkap dengan makanan di atasnya.Dinda berdecak kagum. Masakan yang terhidang di meja makan berhasil menarik perhatiannya dan ia menjadi tidak sabar untuk menjadi juri dadakan."Boleh dicicipii nggak?" Mita menatap penuh harap Fahri yang sedang melipat apron. Keadaan dapur pun sudah bersih seperti sedia kala. Tidak ada piring kotor atau sampah sisa yang tergeletak di dapur. Semua rapi dan bersih."Nikmat mana lagi yang kami dustakan ya Tuhan, punya suami keren begini..." ucap Dinda sambil mengitari meja makan.Mita manggut-manggut tanda setuju. "Tampan. Cerdas. Cekatan. Pintar masak. Baik hati dan tidak sombong. Paket lengkap beneran. Sama sekali nggak ada diskon yang patur berlaku d

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Ekstra Part 15

    "Bad day?" Arya menghela napasnya. "Apa mungkin saya memang tidak seharusnya menjadi rektor, ya? Menjadi pebisnis mungkin lebih cocok."Dinda tidak paham dengan kalimat Arya. "Hmm. Kalau kalimatnya dibuat sederhana gimana? Saya nggak paham."Arya menatap Dinda. Ia sadar jika Dinda sedang tidak baik-baik saja sehingga ia memutuskan untuk tidak meneruskan kalimatnya. "Lapar. Ayo, kita makan.""Belum masak tapi.""Iya. Kali ini, biar saya yang jadi tukang masaknya. Kamu cukup duduk menemani saya."Arya menarik tangan Dinda. Keduanya berjalan ke dapur. Suara Brilian dan Fahriza sama sekali tidak terdengar. "Kemana anak-anak? Kok sepi sekali.""Sedang ikut mama jalan-jalan. Nggak tahu jalan-jalan kemana."Arya tidak mengganti pakaiannya lebih dulu melainkan langsung mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Melihat suaminya yang langsung sibuk dengan perkakas dapur, membuat Dinda tidak tega. "Sudah-Sudah. Biar saya saja yang masak. Mas mandi dulu aja. Kecut!" Dinda mendoro

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 14

    "Gimana kalau kita jodohin dengan Bu Mega?"Wajah Dinda langsung berubah kaku dan dingin. Sama sekali tidak enak dipandang dan membuat suasana di ruang keluarga kediaman Broto menjadi tegang."Lu kalau becanda jangan kelewatan ya, Mit! Denger nama dia aja gua emosi, gimana lagi dengan keluarga gua?"Mita menggigit bibir bawahnya. Mulutnya sangat lancang mengutarakan ide gila yang tiba-tiba saja melintas di otaknya, hanya karena geram dengan ancaman Dani."Sorry, Din. Gua nggak ada maksud buat -" Mita menjadi salah tingkah."Lu udah kenal gua lama'kan? Harusnya udah sangat tahu dong, kalau gua masih nyimpen dendam ma dia dan sakit hati gua ke itu orang belum kelar?"Mita mengangguk berulang. Penyesalan selalu datang terlambat. Padahal, jujur dia tidak ada niat untuk membuat Dinda naik pitam lagi karena teringat sosok musuh bebuyutannya."Kalaupun dijodohin sama dia, gua percaya Dani pasti menolak mentah-mentah. Orang yang pernah bikin adiknya hampir gila, dia jadikan istri? Dia pasti me

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 13

    "Saya ingin berkonsultasi. Apakah Pak Arya ada waktu?" tanya Mega penuh harap.Arya tertegun sejenak. Ia masih belum menangkap maksud kedatangan wanita di depannya saat ini. Konsultasi apa yang dimaksud olehnya? Apakah dia mengambil program lanjutan? Atau konsultasi bimbingan yang artinya jika dia sudah lebih dulu mengambil program lanjutan? Jika memang sudah mengambil program lanjutan mengapa Rudy tidak memberitahunya?"Maaf. Saya tidak paham dengan maksud Bu Mega." Arya masih menganggap wanita itu sebagai rekan sesama pendidik, meski ia tidak lupa jika wanita di depannya ini adalah musuh bebuyutan sang istri. Arya secara diam-diam mengeluarkan ponsel yang baru saja ia masukkan ke dalam saku celana panjangnya. "Maaf, sebentar. Ada pesan yang masuk." Arya membuka ponselnya segera.Mega setia menanti. Ia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Arya kembali ke mejanya dan membiarkan Mega tetap berdiri di depan pintu ruangannya. Sama sekali tidak memberi ijin agar wanita itu masuk ke rua

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 12

    "Pak Arya."Suara itu kembali terdengar hingga Dinda meletakkan minumannya di meja. Suara itu mengingatkannya pada seseorang. Mita tidak kalah terkejut. Wajahnya tampak tegang dan sedikit panik. Pertanyaan besar muncul di benaknya. "Beneran itu doi?" tanya Mita pada Dinda yang bergeming dengan dahi berkerut. Arya berdeham sebelum membuka pintu ruangannya. Sosok Mega Sandrina berdiri kaku di depan pintu begitu mengetahui jika ada orang lain di ruangan itu."Maaf! Rupanya sedang ada tamu. Mungkin lain waktu saja saya datang lagi." Mega langsung putar haluan. Melihat Dinda yang menatap dirinya dengan begitu tajam, ditambah lagi Mita yang disertai wajah garangnya, Mega memilih langkah aman. Lebih baik ia menghindar daripada terlibat masalah dengan istri pemilik kampus. Arya tidak berkata apapun. Ia menatap kepergian Mega tanpa ekspresi, lalu menutup kembali pintu ruangannya. "Anggap saja itu intermezo. Iklan memang seringnya datang tanpa diundang.""Beneran'kan yang gua bilang kemarin,

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 11

    "Mega Sandrina," gumam Arya pelan. "Apa yang dia lakukan di sini?"Arya terus mengamati gerakan Mega yang masih asyik berbicara dengan sekumpulan mahasiswa. Tidak lama kemudian, Mega berbalik kembali masuk ke mobil putihnya. Mobil itu berjalan pelan keluar dari area koperasi mahasiswa, lalu melesat ke arah fakultas ekonomiKening Arya kembali mengernyit. "Kenapa ke fakultas ekonomi? Jangan-jangan dugaan Dinda benar?"Sosok pria yang pernah dengan Arya sewaktu mereka di Inggris, ternyata tidak mengarah ke Arya. Pria itu masuk ke koperasi mahasiswa lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas untuk digandakan. Arya kembali menjalankan mobilnya. Pikirannya dipenuhi dengan nama Mega. Apa yang perempuan itu lakukan di kampus ini? Pertanyaan ini terus hilir mudik di kepala Arya, membuat dirinya tidak sabar untuk menghubungi Rudy."Ya. Selamat Siang, Pak Arya.""Ada Mega Sandrina di kampus. Apakah ada tujuan dirinya kembali kemari?"Rudy terkejut. "Bu Mega? Mega Sandrina maksud Pak Arya?""Betu

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 10

    Arya mengusap lembut kepala Dinda. "Bagaimana ya mengatakannya?" Arya bersikap seolah dirinya berada dalam kebingungan yang sangat. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama. Wajah panik Dinda membuatnya urung meneruskan drama dadakannya."Bukan soal siapa atau orang, melainkan mengapa perekrutan itu dilakukan ketika saya masih berada di luar negeri."Arya mengajak Dinda untuk duduk di sofa yang memang sengaja diletakkan di samping pintu balkon kamarnya."Siapa?" Dinda menjadi penasaran."Siapa lagi kalau bukan mereka yang ada di kampus."Dinda mencebikkan bibirnya. "Kalau nggak niat cerita ya udah nggak usah cerita. Saya kan jadi sebel." Dinda melepaskan pelukan Arya."Yaaa, kenapa marah?" Arya tidak mengerti dengan perubahan ekspresi di wajah Dinda yang begitu drastis. "Nggak marah, cuma kesel. Sebel." "Merasa kesel dan sebel pasti ada alasan di belakangnya. Apa itu tidak sesuai dengan tebakan kamu?"Dengan polosnya, Dinda mengangguk. "Saya kira dia yang malas saya sebutkan namany

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 9

    Rasa was-was yang dirasakan Mita menular ke Dinda. Secara tidak sadar, perhatian Dinda kini beralih pada sosok pria tinggi yang sepertinya sengaja menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam. Pria itu mulai menyadari jika kehadirannya sudah diketahui Dinda. Ia memutar tubuhnya secepat mungkin, berpura-pura sibuk memilih jam yang dipajang di toko yang berada tepat di belakangnya."Buruan cabut aja deh, Din. Gua takut kenapa-kenapa." Mita mendorong kereta belanja dengan sekuat tenaga. Dalam pikirannya, mereka harus segera meninggalkan supermarket ini. Tidak ada Fahri atau Arya di samping mereka, membuat Mita bersikap sangat waspada, terlebih lagi mereka membawa dua bocah, yang sejak kedatangan mereka, sudah menarik banyak perhatian terutama Brilian.Dinda mengangguk setuju. Mereka bergegas menuju meja kasir yang kosong, untuk kemudian meninggalkan supermarket itu. Bulir keringat bermunculan di kening Mita. Ia sungguh gugup. Takut jika kejadian buruk akan menimpa mereka. Ia membawa mo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status