แชร์

57. Merindumu

ผู้เขียน: Lavender My Name
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-03 20:57:42
"Orang kampus ada yang nikah?" tanya Mita saat ia bertemu Dinda. Dinda sudah tampak lebih sehat dari tiga hari yang lalu. Rasa sakit kepalanya sudah hilang. Kembungnya pun sudah tidak lagi terasa. Dinda lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton film kartun kesukaannya.

Semua itu ia lakukan atas perintah Broto, yang tidak ingin melihat putri kesayangannya mengalami stress akibat skripsi.

"Eh, bentar. Nggak ketemu tiga hari, lu agak gemukan deh, Din." Mita berjalan mengeliling Dinda. Kedua netra Mita terpaku pada bungkusan potato chips yang dipeluk Dinda.

"Lu mau?" Dinda tidak menjawab melainkan menyodorkan camilannya itu. Ia tahu jika sahabatnya itu sangat suka dengan potato chips.

"Nggak, buat lu aja."

"Udah ayo, makan bareng gua," ajak Dinda setengah memaksa.

"Lu keliatannya udah lupa dengan gua, Din." Mita berbalik kembali menuju mobilnya. Gadis itu lantas mengeluarkan kresek hitam besar dari dalam mobilnya, dan membawanya ke hadapan Dinda.

"Jangan panggil gua Mita, kalau c
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   58. Tamu Tak Diundang

    Mita berjalan mendekati Dinda, yang saat itu sedang bertingkah aneh menurutnya. "Lu kenapa, Din? Kayak orang kesambet tau nggak, sih? Mana merah lagi wajah lu." Mita terus menatap curiga Dinda. Ingin rasanya ia merampas ponsel yang digenggam Dinda, demi mengetahui siapa yang sedang berbicara dengan Dinda. Namun, hati kecilnya melarang. Bagaimanapun, itu adalah urusan pribadi Dinda. Pantang dirinya untuk ikut campur, meski diminta Dinda sekalipun. "Ng-nggak. Ng-ngak ada apa-apa." Dinda menutupi lubang tempat ia bersuara, yang seharusnya tempat suara pemanggil didengar. Mita mengangkat kedua alisnya lalu duduk di sofa panjang tepat di depan tivi yang sedang memutar film kartun Casper. Sesekali telinga Mita berusaha mencuri dengar percakapan Dinda dengan sang penelpon tapi selalu gagal. "Baiklah. Besok saya akan datang ke kampus." *Bagus. Saya tunggu di ruangan saya. Dinda berjalan menuju ke sofa tempat Mita yang sedang berkonsentrasi dengan tontonannya. "Udah selesai? Lama amat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-05
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   59. Terkabulnya Doa Mega

    "Dinda sakit?" Arya mengulang pertanyaannya karena Mita justru terkejut dengan jawabannya sendiri. "Eng -itu. Hmm, tidak seperti yang Bapak pikirkan. Dinda baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Mita berusaha menganulir jawabannya. Ia harus bisa meralat semuanya, agar bisa selamat dari amukan Dinda. "Dinda sakit tidak seperti yang saya pikirkan? Jelaskan pada saya maksud kalimat kamu itu!" Tatapan Arya sangat tajam, menembus langsung ke jantung Mita. Gadis itu sampai tidak berani bergerak sedikitpun. Mita tidak juga berbicara. Dirinya justru memilih untuk diam seribu bahasa, takut jika akan salah ucap lagi. Takut jika mulutnya semakin lancang, mengatakan hal lainnya. "Saya masih setia menunggu penjelasan kamu, dan tidak akan pergi sebelum kamu menjelaskan semua." Mita benar-benar mati kutu. Ia melirik ke lantai atas, tempat kamar Dinda berada, dan berharap Dinda masih sibuk memilih pakaian yang ingin ia kenakan. "Kamu sudah sehat?" Arya menatap ke arah Dinda ya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-06
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   60. Perkara Sulit Dinda

    Mita bangun kesiangan hari ini. Ia terpaksa melewatkan sarapan pagi karena harus segera mengambil berkas pendaftaran S2. Gadis itu memang berencana untuk mengambil S2 setelah wisuda nanti. Mita cukup kencang melajukan mobilnya, hingga lupa jika ia sudah berjanji pada Dinda untuk menjemput sahabatnya itu. Saat melintas di depan gedung rektorat, ia tidak melihat seorang pun yang tengah mengantri di loket administrasi. Berarti pelayanan belum dibuka, mungkin beberapa menit ke depan. Waktu yang masih cukup panjang itu dimanfaatkan Mita untuk mengisi perutnya yang pagi itu tumben begitu cerewet. Kakinya melangkah keluar dari mobil saat panggilan terdengar dari ponselnya. "Astaga! Iya!!! Gua lupaaa! Sorry, Beb! Gua kelupaan. Bener-bener kelupaan. Gimana dong?" Mita merasa bersalah. "Oke. Gua tunggu aja lu di kantin kampus. Oh, nggak? Oke, kalau gitu gua ke kantin dulu. Kita ketemu di pintu masuk aja ya..." Perut yang keroncongan membuat Mita mengabaikan beberapa salam dari mereka yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-07
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   61. Mega Vs Dinda

    Arya menatap tajam pergelangan tangannya yang dicekal dengan sangat erat oleh Mega. "Tolong jauhkan tangan itu dari pergelangan tangan saya!" Kali ini, suara Arya berbeda dari sebelumnya. Sangat berbeda malah, dan itu membuat nyali Mega menciut seketika. "Saya ada perlu, dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun." Arya memutar badannya, dan melihat ke tempat Dinda dan Mita berdiri. Namun sayang, kedua gadis itu sudah tidak lagi berada di tempatnya. "Sial!!" umpat Arya dengan sangat kesal. Ia, dengan langkah lebar hingga nyaris terlihat seperti hendak berlari. menuju area parkir mobil. Hati kecilnya menuntun untuk segera naik ke mobil. Arya turun dari tangga dengan terburu-buru. Dalam benaknya, Dinda sedang merajuk, dan sengaja menjauh atau menghindari dirinya. Kedua sudutnya menangkap gerakan mobil yang tergesa meninggalkan parkiran. Ketika Arya sadar siapa yang berada di dalam mobil sedan itu, ia terlambat. Mobil itu melaju dengan cepat. Di saat dirinya sedang berpikir un

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-10
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   62. Terlalu Malu Untuk Mengakui

    Netra Mega melebar selebar-lebarnya. Pemandangan di depannya sangat menusuk jantung dan hatinya sekaligus. Entah apa yang dirasakan wanita itu. Geram, marah, jengkel, sebal, cemburu, kesal. Semua itu bergabung menjadi satu. Ia berdiri mematung melihat semuanya, menjadi saksi bisu cinta Arya kepada Dinda. Setelah Arya berbisik, Dinda tidak juga memahami ancaman sang dosen. Kepalanya memutar ke kiri, mencari keberadaan Mita, tapi sayang, gerakan itu justru membuatnya merasakan sensasi aneh yang baru pertama kali ini, ia dan Arya rasakan. Bedanya, Dinda tidak siap sedangkan Arya sudah siap sepenuhnya. Pria itu memang sudah merencanakan ini sejak Dinda dan Mita meninggalkannya sendiri bersama Mega. Yang semula hanya terjadi karena sapuan tak sengaja Dinda namun ditunggu Arya, kini berubah menjadi gerakan intens Arya. Sapuan ringan menjadi kecupan ringan. Kecupan ringan menjadi kecupan mendalam, sangat lama dan sedikit menuntut. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Dinda kala itu. Gadis

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-11
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   63. Tidak Punya Cukup Waktu

    Mita tiba lebih dulu di rumah Dinda. Ia memarkirkan mobil Arya di tempat biasanya ia memarkir mobilnya bila ia main ke rumah Dinda. Dani yang sedang duduk santai di sofa tamu langsung berdiri dari tempatnya. Suara mesin yang asing di telinganya, membuatnya keluar dari rumah."Mobil baru?" Dani menghampiri Mita, yang baru saja turun dari mobil.Mita menggelengkan kepalanya. "Bukanlah. Duit darimana beli mobil mehong begini.""Trus punya siapa? Calon kamu?""Calon apaan?""Ya calon suami-lah. Masa calon istri.""Calon suami gua mah bukan. Calon suami Dinda, baru betul.""Calon Dinda? Kamu udah ketemu dengan calon Dinda?" Dani terheran-heran. 'Apakah calon suami Dinda seorang mahasiswa yang juga belum lulus kuliah?'Mita mengangguk. Gadis itu duduk di kursi teras seraya melirik ke arah Dani. "Bang. Bagi minuman dong. Haus nih.""Kamu haus? Tuh di kolam airnya banyak. Ambil aja di sana. Gratis. Banyak vitamin lagi." Dani paling sebal dipanggil dengan panggilan bang. Ia merasa menjadi tu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-12
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   64. Persiapkan Saja Dirimu

    Arya benar-benar menunggu kedatangan Broto dan Sari. Ia memilih untuk menunggu di ruang tamu, sedangkan Dinda masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian. Keberadaan Arya akhirnya memancing Dani untuk keluar dari kamarnya. Setelah ia melihat adegan Dinda dan Arya yang berdiri begitu dekat, Dani merasa perlu untuk menginterogasi Arya lebih lanjut. Seingatnya, ia pernah bertemu dengan pria yang sedang berbicara begitu dekat dengan adik semata wayangnya itu. Dani melihat Arya saat ia menuruni anak tangga satu per satu. Pria tampan itu sedang sibuk dengan ponselnya. "Kita pernah bertemu sebelumnya?" Dani memilih untuk bersikap hati-hati. Takut salah menegur orang. Arya tersenyum lebar. Ia langsung berdiri. Meski dilihat dari usia, jelas Dani lebih muda darinya. Arya memilih untuk tetap menjaga sikapnya. Setidaknya ia dapat memberi contoh untuk selalu menjaga sikap dan sopan santun kepada siapa pun, tanpa melihat batasan usia. "Apa kabar?" Arya menyambut uluran tangan Dani, mesk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-14
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   65. Meminta Dinda

    Arya melepas penatnya sejenak setelah keluar dari mobilnya. Angin sepoi-sepoi yang datang, membuat dirinya mengantuk. Melirik jam di tangan kanannya, Arya bergegas bangkit dari duduknya. Ia memutuskan untuk merebahkan sejenak dirinya di atas kasur. Beragam emosi dari Dinda yang ia lihat seharian ini, membuatnya berpikir untuk mempercepat niatnya. Ia tahu jika gadis itu menyimpan rasa yang sama dengannya, tapi mungkin karena Dinda tipikal gadis yang tidak bisa menunjukkan perasaannya secara bebas seperti Mega, membuat Dinda bersikap seolah ia tidak memiliki perasaan apapun padanya. 'Mengapa sulit sekali membuatnya mengatakan kata itu? Atau ia terlalu malu untuk menunjukkan semua? Apa perlu diajarkan dan dibimbing dulu?' "Kusut banget wajahnya. Ada masalah apa?" Tiba-tiba Fahri masuk ke kamar Arya. Pria yang baru saja tiba dari luar kota itu, ikut berbaring di atas kasur Arya. Keduanya melihat ke langit-langit kamar yang sama. Arya tidak menjawab. Ia tidak tahu harus dimulai darima

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-14

บทล่าสุด

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Ekstra Part 15

    "Bad day?" Arya menghela napasnya. "Apa mungkin saya memang tidak seharusnya menjadi rektor, ya? Menjadi pebisnis mungkin lebih cocok."Dinda tidak paham dengan kalimat Arya. "Hmm. Kalau kalimatnya dibuat sederhana gimana? Saya nggak paham."Arya menatap Dinda. Ia sadar jika Dinda sedang tidak baik-baik saja sehingga ia memutuskan untuk tidak meneruskan kalimatnya. "Lapar. Ayo, kita makan.""Belum masak tapi.""Iya. Kali ini, biar saya yang jadi tukang masaknya. Kamu cukup duduk menemani saya."Arya menarik tangan Dinda. Keduanya berjalan ke dapur. Suara Brilian dan Fahriza sama sekali tidak terdengar. "Kemana anak-anak? Kok sepi sekali.""Sedang ikut mama jalan-jalan. Nggak tahu jalan-jalan kemana."Arya tidak mengganti pakaiannya lebih dulu melainkan langsung mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak. Melihat suaminya yang langsung sibuk dengan perkakas dapur, membuat Dinda tidak tega. "Sudah-Sudah. Biar saya saja yang masak. Mas mandi dulu aja. Kecut!" Dinda mendoro

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 14

    "Gimana kalau kita jodohin dengan Bu Mega?"Wajah Dinda langsung berubah kaku dan dingin. Sama sekali tidak enak dipandang dan membuat suasana di ruang keluarga kediaman Broto menjadi tegang."Lu kalau becanda jangan kelewatan ya, Mit! Denger nama dia aja gua emosi, gimana lagi dengan keluarga gua?"Mita menggigit bibir bawahnya. Mulutnya sangat lancang mengutarakan ide gila yang tiba-tiba saja melintas di otaknya, hanya karena geram dengan ancaman Dani."Sorry, Din. Gua nggak ada maksud buat -" Mita menjadi salah tingkah."Lu udah kenal gua lama'kan? Harusnya udah sangat tahu dong, kalau gua masih nyimpen dendam ma dia dan sakit hati gua ke itu orang belum kelar?"Mita mengangguk berulang. Penyesalan selalu datang terlambat. Padahal, jujur dia tidak ada niat untuk membuat Dinda naik pitam lagi karena teringat sosok musuh bebuyutannya."Kalaupun dijodohin sama dia, gua percaya Dani pasti menolak mentah-mentah. Orang yang pernah bikin adiknya hampir gila, dia jadikan istri? Dia pasti me

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 13

    "Saya ingin berkonsultasi. Apakah Pak Arya ada waktu?" tanya Mega penuh harap.Arya tertegun sejenak. Ia masih belum menangkap maksud kedatangan wanita di depannya saat ini. Konsultasi apa yang dimaksud olehnya? Apakah dia mengambil program lanjutan? Atau konsultasi bimbingan yang artinya jika dia sudah lebih dulu mengambil program lanjutan? Jika memang sudah mengambil program lanjutan mengapa Rudy tidak memberitahunya?"Maaf. Saya tidak paham dengan maksud Bu Mega." Arya masih menganggap wanita itu sebagai rekan sesama pendidik, meski ia tidak lupa jika wanita di depannya ini adalah musuh bebuyutan sang istri. Arya secara diam-diam mengeluarkan ponsel yang baru saja ia masukkan ke dalam saku celana panjangnya. "Maaf, sebentar. Ada pesan yang masuk." Arya membuka ponselnya segera.Mega setia menanti. Ia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Arya kembali ke mejanya dan membiarkan Mega tetap berdiri di depan pintu ruangannya. Sama sekali tidak memberi ijin agar wanita itu masuk ke rua

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 12

    "Pak Arya."Suara itu kembali terdengar hingga Dinda meletakkan minumannya di meja. Suara itu mengingatkannya pada seseorang. Mita tidak kalah terkejut. Wajahnya tampak tegang dan sedikit panik. Pertanyaan besar muncul di benaknya. "Beneran itu doi?" tanya Mita pada Dinda yang bergeming dengan dahi berkerut. Arya berdeham sebelum membuka pintu ruangannya. Sosok Mega Sandrina berdiri kaku di depan pintu begitu mengetahui jika ada orang lain di ruangan itu."Maaf! Rupanya sedang ada tamu. Mungkin lain waktu saja saya datang lagi." Mega langsung putar haluan. Melihat Dinda yang menatap dirinya dengan begitu tajam, ditambah lagi Mita yang disertai wajah garangnya, Mega memilih langkah aman. Lebih baik ia menghindar daripada terlibat masalah dengan istri pemilik kampus. Arya tidak berkata apapun. Ia menatap kepergian Mega tanpa ekspresi, lalu menutup kembali pintu ruangannya. "Anggap saja itu intermezo. Iklan memang seringnya datang tanpa diundang.""Beneran'kan yang gua bilang kemarin,

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 11

    "Mega Sandrina," gumam Arya pelan. "Apa yang dia lakukan di sini?"Arya terus mengamati gerakan Mega yang masih asyik berbicara dengan sekumpulan mahasiswa. Tidak lama kemudian, Mega berbalik kembali masuk ke mobil putihnya. Mobil itu berjalan pelan keluar dari area koperasi mahasiswa, lalu melesat ke arah fakultas ekonomiKening Arya kembali mengernyit. "Kenapa ke fakultas ekonomi? Jangan-jangan dugaan Dinda benar?"Sosok pria yang pernah dengan Arya sewaktu mereka di Inggris, ternyata tidak mengarah ke Arya. Pria itu masuk ke koperasi mahasiswa lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas untuk digandakan. Arya kembali menjalankan mobilnya. Pikirannya dipenuhi dengan nama Mega. Apa yang perempuan itu lakukan di kampus ini? Pertanyaan ini terus hilir mudik di kepala Arya, membuat dirinya tidak sabar untuk menghubungi Rudy."Ya. Selamat Siang, Pak Arya.""Ada Mega Sandrina di kampus. Apakah ada tujuan dirinya kembali kemari?"Rudy terkejut. "Bu Mega? Mega Sandrina maksud Pak Arya?""Betu

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 10

    Arya mengusap lembut kepala Dinda. "Bagaimana ya mengatakannya?" Arya bersikap seolah dirinya berada dalam kebingungan yang sangat. Sayangnya, itu tidak berlangsung lama. Wajah panik Dinda membuatnya urung meneruskan drama dadakannya."Bukan soal siapa atau orang, melainkan mengapa perekrutan itu dilakukan ketika saya masih berada di luar negeri."Arya mengajak Dinda untuk duduk di sofa yang memang sengaja diletakkan di samping pintu balkon kamarnya."Siapa?" Dinda menjadi penasaran."Siapa lagi kalau bukan mereka yang ada di kampus."Dinda mencebikkan bibirnya. "Kalau nggak niat cerita ya udah nggak usah cerita. Saya kan jadi sebel." Dinda melepaskan pelukan Arya."Yaaa, kenapa marah?" Arya tidak mengerti dengan perubahan ekspresi di wajah Dinda yang begitu drastis. "Nggak marah, cuma kesel. Sebel." "Merasa kesel dan sebel pasti ada alasan di belakangnya. Apa itu tidak sesuai dengan tebakan kamu?"Dengan polosnya, Dinda mengangguk. "Saya kira dia yang malas saya sebutkan namany

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 9

    Rasa was-was yang dirasakan Mita menular ke Dinda. Secara tidak sadar, perhatian Dinda kini beralih pada sosok pria tinggi yang sepertinya sengaja menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam. Pria itu mulai menyadari jika kehadirannya sudah diketahui Dinda. Ia memutar tubuhnya secepat mungkin, berpura-pura sibuk memilih jam yang dipajang di toko yang berada tepat di belakangnya."Buruan cabut aja deh, Din. Gua takut kenapa-kenapa." Mita mendorong kereta belanja dengan sekuat tenaga. Dalam pikirannya, mereka harus segera meninggalkan supermarket ini. Tidak ada Fahri atau Arya di samping mereka, membuat Mita bersikap sangat waspada, terlebih lagi mereka membawa dua bocah, yang sejak kedatangan mereka, sudah menarik banyak perhatian terutama Brilian.Dinda mengangguk setuju. Mereka bergegas menuju meja kasir yang kosong, untuk kemudian meninggalkan supermarket itu. Bulir keringat bermunculan di kening Mita. Ia sungguh gugup. Takut jika kejadian buruk akan menimpa mereka. Ia membawa mo

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 8

    Suasana tegang melingkupi ruangan Arya. Yusna mengusap keringat yang mulai memenuhi keningnya, sedangkan Burhan menatap nanar pemuda tampan di hadapannya, yang memiliki aura tak kalah menyeramkan dengan pemilik yayasan."Bagaimana?" Arya masih setia menunggu penjelasan kedua pria paruh baya di depannya. Batin Burhan masih terjadi pergulatan batin. Ia tidak ingin mengaku salah karena dalam kacamatanya, mengaku salah berarti salah. Ia tidak sudi mengakui kesalahannya di depan pemuda belum matang di depannya."Saya mengadakan perekrutan ini bukan tanpa pertimbangan, Pak Arya. Semua berdasarkan permintaan masing-masing fakultas. Ada banyak dosen yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun. Jika kita tidak cepat mencari calon pengganti mereka, saya khawatir ini berpengaruh pada jumlah serapan mahasiswa baru tahun depan."Yusna mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Burhan tidak jauh berbeda dengan pemikirannya. Mereka harus mempersiapkan calon pengganti lebih awal beberapa bulan sebelum

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 7

    Rudy mengikuti Arya dari belakang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada sang rektor muda. Tentang kabar Dinda dan putra mereka, termasuk kehidupan yang keluarga kecil itu jalani selama pendidikan di Inggris. Namun, aura Arya mencegahnya untuk bertanya apapun. Bibirnya seperti dikunci paksa.Keduanya kembali ke ruangan rektor. Sekretaris memberi beberapa dokumen kepada Rudy, untuk selanjutnya disampaikan kepada Arya.Rudy berhenti sejenak untuk mengecek dokumen apa saja yang diterimanya, sebelum diserahkan kepada Arya. "Yusna dan Burhan." Arya menggumam dan gumamannya berhasil mengalihkan perhatian Rudy."Ada yang harus saya lakukan, Pak Arya?" Rudy mendekat dan meletakkan dokumen yang sudah ia periksa."Apa yang mereka lakukan selama aku berada di luar negeri?" Tatapan lurus Arya membuat Rudy sontak mendekat."Saya sudah berusaha menjelaskan beberapa hal kepada beliau berdua, Pak, Akan tetapi, mereka justru menilai saya sebagai perusuh dan tidak mengerti kebutuhan kampus saat i

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status