Di rumah Senja merasa tak nyaman. Di Cafe tempat kerjanya apalagi. Ia harus menghadapi Vano yang menunggunya di meja nomer 12. Kenapa laki-laki itu tak bosan mengganggunya, apa yang ia mau?.
"Nja, kalau kamu gak nyaman biar aku suruh keamanan buat usir dia pergi". Tanya Arthur ketika melihat Senja ragu-ragu membawa nampan pesanan ber nomer 12.
"Nggak kak, masalah buat di hadapi. Lagi pula dia juga pelanggan kita". Arthur tahu Senja itu dewasa. Awalnya ia merasa khawatir kini tak lagi. Pemilik Cafe, tempat Senja mencari nafkah itu mempercayai kalau Senja mampu menghadapi masalahnya.
Atas dasar profesionalitas kerja. Ia mulai melangkahkan kaki. Senja tak akan takut, Devano harus di hadapi karena di hindari pun percuma. Laki-laki kurang ajar itu akan terus-menerus mengganggu hidupnya yang kini telah tenang.
"Vano, ini pesanan kamu!" Senja meletakkan Taro milkshake dan juga Greentea lava cake tep
Saga tak tahu apa yang ia rasakan kini. Senangkah? Menyesalkah? Sedihkah? Yang jelas semuanya tercampur aduk. Ia benar-benar berhasil, Senja itu istrinya tapi ini semua juga salah. Karena terbawa emosi dan merasa bahwa Senja jadi menjauhinya . Saga kalap sampai melakukan hal di luar batas.Khilaf tapi ia melakukannya dengan sadar. Saga tak mabuk, sadar bercinta dengan istri. Bisa dikatakan bercint
"Ada apa kak?" "Oh ini, aku mau ngasih undangan sama kalian. Undangan pertunangan aku, Sabtu malam besok. Jangan lupa datang ya?" Senyum yang di miliki Farah seketika lenyap. Digantikan dengan ekspresi kecewa sekaligus nelangsa. "Pasti kak!" Senja yang menyahut sementara Farah hanya diam meratapi sakit hatinya. Kesadarannya belum juga terjaga karena terlalu mendramatisir hatinya yang patah. "Aku ke Arthur dulu. Dia ada di dalam kan?" "Iya kak, ada kok!!" Beberapa menit setelah Troy pergi, tangis Fara pecah. Bukan tangis tergugu tapi tangis yang meraung-raung. Mirip seorang gadis kecil yang kehilangan pita kesukaannya. "Hua... hua... hua... hua...." "Kok loe nangis kenceng banget sih?" "Tabok muka gue. Ini mimpi kan cuma mimpi!!" Farah dengan penuh kekesalan dan kecewa merebut kartu undangan yang berada di tangan Senja lalu membolak-baliknya sebelum menghempaskan benda itu ke meja. "Nama Troy ada disini d
Senja masih tak menyerah membujuk Fara untuk datang ke pesta pertunangan Troy. Tapi Farah malah berjongkok sambil mulutnya di tekuk masam. "Jauh, kita harus datang! Kak Arthur udah nungguin di luar. Gue gak enak sama dia!!" Senja menarik-narik tangan Farah untuk berdiri tapi kawannya itu masih enggan menurut. Ia ngotot berjongkok, malah seolah memaku tubuhnya dengan lantai. "Aku gak mau dateng, kamu gak ngrasain kan gimana perasaan aku. Coba misal Saga punya cewek lagi, sakit kan pasti?" Iya tentu sakit Senja sudah me
Acara apa intinya telah di mulai. Saatnya Troy menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Vivian Elizabeth Sutekja. Perempuan yang akan menjadi tunangannya entah berapa lama."Aku doa'in tuh cincin glinding kemari dan aku yang nemu terus aku umpetin supaya mereka gak jadi tunangan!""Fara..." Ucap Arthur dan Senja secara bersamaan sedang Farah sudah tertawa jahat tapi seketika tawanya sirna tatkala mendengar tepuk tangan para tamu undangan."Kita ke kak Troy ngucapin selamat yuk!!" Ajak Senja."Males," jawab Farah ketus."Nanti aja,tuh yang ngasih selamat antrinya panjang. Kita nyicip kue dulu. ""Dari tadi kak Arthur nyicip kue muluk.""Buat referensi Cafe. Siapa tahu ada kue yang menarik bisa di jadiin menu. ""Heem, bener tuh Senja. Gue juga mau cari kue coklat. Katanya kan coklat bisa balikan mood gue yang ancurr!!" Senja akui coklat batangan bisa meringankan patah hatinya saat Saga
Senja tak tahu harus melakukan apa saat satu tangannya sudah di genggam Saga dan di tarik untuk pergi dari pesta. Sebenarnya tadi Arthur ingin menghalangi Saga tapi ia cegah, karena ia tak mau kalau Saga akan berkelahi dengan Arthur lagi pula kalau Arthur membantunya, siapa yang akan menemani Fara."Masuk!" Saga membukakan pintu mobil untuk Senja. Ia dengan sedikit kasar mendorong tubuh istrinya agar masuk mobil. Tak tahukah Saga kalau Senja kesal di perlakukan kasar dan layaknya tahanan.Tak berapa lama Saga menyalahkan mesin mobil dengan tergesa-gesa. Kakinya menekan pedal keras-keras. Ia terbawa emosi sampai membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Senja tak bergeming, harusnya di saat seperti ini a berteriak ketakutan atau menghentikan Saga. Tapi Senja terlalu gengsi jika membuka mulut. Ia memilih diam, nyawanya diserahkannya pada Tuhan.Entah apa yang terjadi pada Saga, mobil yang mereka naiki mendadak menepi di pingg
Senja bangun, ia meraba tempat di sampingnya. Ada Saga yang tidur tengkurap tanpa busana. Pemandangan yang menyenangkan pada pagi hari.Senja membelai punggung Saga yang tak tertutup apa pun. Belaian itu mampu membuat sang pemilik tubuh mengerang dan matanya terjaga namun masih nyaman memejam. "Jangan mancing, sayang." "Aku gak mimpi kan? Lihat kamu di sini, gak ninggalin aku lagi." Dengan gemas, Saga menarik tubuh Senja untuk mendekat. Berkali-kali ia mencium puncak hidung Senja yang mancung. "Nggak, aku ada di sini buat kamu dan nggak akan pergi." Senja tersenyum lalu menyurukkan kepalanya pada dada Saga. Jantung milik suaminya berdetak begitu kencang, semoga detakan itu hanya untuknya."Jam berapa ini?" "Kenapa, kamu mau kuliah pagi?" Saga menggeleng, "Kita gak kesiangan kan? Buat morning sex?" Pipi Senja sudah berubah merona merah. Tapi saat ia ingin menolak, Saga sudah menyerangnya dengan ciuman yang be
Devano di suruh Saga ke bengkel untuk mengantarkan pakaiannya yang tertinggal di apartemen. Ia juga ke bengkel untuk menyervis motornya yang tak enak di kendarai."Saga ada, Tom?" Tanyanya pada Tommy yang sedang mereparasi motor milik pelanggan."Ada di dapur, lagi masak sama bininya." Devano tersenyum, ia bahagia kalau temannya ikut bahagia."Ya udah gue masuk, tolong motor gue loe servis ya?""Beres!!" Ucap Tommy sambil mengacungkan ibu jari.Devano melangkah memasuki bagian dalam bengkel yang sederhana ada sofa, televisi dan juga karpet panjang. Suasana yang sangat ramai beda dengan apartemennya yang sepi. Apa ia juga akan ikut-ikutan tidur di sini. Sepertinya itu ide buruk, mengingat ada Saga dan juga istrinya.Devano mencium bau masakan yang enak sekali. Hidungnya mengarahkannya untuk melangkah ke dapur namun belum sempat ia sampai Saga sudah keluar dengan membawa sepanci kuah sup."Eh loe, uda
"Gimana caranya bicara jujur sama Senja?" Tanya Troy kepada Arthur yang tengah memilih biji kopi. "Akan lebih baik sih kalau nyokap loe yang ngomong. Senja mana bisa percaya begitu aja. Loe sih kemarin bikin dia takut!!" Troy mengubah posisi duduknya, ia jengah melihat Arthur yang sedang memasukkan biji kopi tanpa benar-benar merespons apa yang ia katakan. "Mana mungkin mamah mau ngomong sama Senja kalau gue kakaknya. Mamah merasa lebih baik kalau kita malah gak kenal satu sama lain". Arthur menatap Troy yang sedang menghirup biji kopi. Arthur terlihat begitu nyaman dengan profesinya sebagai seorang barista. Kalau di pikir-pikir, sebenarnya cita-cita Troy apa ya? Selain jadi pewaris, dia tak punya keinginan lain. "Yah biarkan emak dengan pikirannya. Setidaknya kalau Senja gak tahu loe kakaknya, bersikap baik Troy sama dia dan juga lindungi dia diem-diem." Arthur tahu keinginan Troy untuk di akui sangatlah besar nam