Ah dasar hati, ingin marah namun tidak bisa diungkap. Ingin membenci namun selalu tidak bisa, ingin memaki tapi kenapa setiap disentuh olehnya selalu berdebar.
Lisa dengan segala kegalauannya ia lamunkan didalam kamar. Ya, malam hari sudah datang kembali. Lisa sudah membersihkan badan terlebih dahulu dan saat ini tengah berbaring menyamping diatas tempat tidur. Menarik nafas lalu membuangnya, itu yang saat ini ia lakukan sambil menunggu sang suami keluar dari kamar mandi.
Apakah malam ini akan terjadi malam pertama mereka? Lagi-lagi gadis itu hanya bisa berharap.
'Lama sekali dia dikamar mandi. Ngapain aja sih?'
Lisa menunggu harap-harap cemas. Dirinya mulai kembali memikirkan hal-hal kotor yang keluar begitu saja dari dalam pikirannya.
Apa sebenarnya tujuan Lisa ingin ikut ke kantor Raffa? Yang jelas, hanya dirinya dan Tuhan lah yang tahu."Istriku!" Raffa memanggil Lisa sebelum memasuki mobil untuk mendekat dan memperhatikan pakaian istrinya. "Kenapa kamu memakai baju biasa?"'Lantas apa aku harus memakai baju wonderwoman gitu?'Lisa nampak malas untuk berbicara dengan suaminya, ia ingin cepat-cepat sampai di kantor Raffa."Sayangku?" Raffa menunggu jawaban istrinya."Kenapa Raffa? Aku hanya akan pergi ke kantor mu saja kan? Ke salon juga selalu berpakaian seperti ini.""Tapi kan setidaknya jika bersamaku kamu mininal memakai gaun dan berdandan sedikit cantik."'Hellow, tidak dandan pun aku tetap cantik, Tuan muda.'"Aku akan memakai gaun dan berdandan cantik jika dirumah."'Kamu lupa perjanjian itu?'Raffa hanya tersenyum melihat jawaban s
"Perhatian! Saya umumkan pengumuman yang penting untuk kalian dengar. Sekali lagi, ini penting."Raffa mengumumkan di sumber suara, seisi gedung perusahaan saat ini tengah mendengarnya. Bersama Lisa yang menunggu duduk di sampingnya merasa malu dan tidak enak hati melihat tingkah bos sekaligus suaminya itu yang menurutnya terlalu kelewatan.Kejadian sebelumnya, Juna datang tepat disaat Raffa ingin memukul wajah pegawai yang menyebut istrinya sebagai OB, sekaligus pegawai itu adalah seorang perempuan. Beruntung, sekretarisnya itu berhasil mengendalikan suasana tidak menjadi riuh dan mencekam.Juna melirik Lisa agar segera menarik bos nya itu dari pantry dan wanita itu mengerti. Namun saat Lisa ingin membawanya kembali ke ruangan Raffa, lelaki itu malah berbelok ke ruangan sumber informasi. Dan di sinilah mereka sekarang."Saya, Raffa Triss Juanda selaku pemilik sekaligus atasan diperusahaan ini mengumumkan bahwa wani
"Mataku susah sekali menutup."Ya, Lisa kepikiran terus. Sudah berguling-guling kesana kemari pun tetap tidak bisa tidur. Dirinya memikirkan percakapan tadi saat di mobil dengan Raffa.***Beberapa waktu yang lalu, di mobil."Sayang, kau tadi membeli apa?" Raffa bertanya sambil menyetir.'Hallah, sok manis.'Lisa menjawab dengan wajah dingin. "Kue.""Ada lagi yang ingin kamu beli?"Dan jawaban Lisa selanjutnya adalah menggeleng. Lelaki itu kembali fokus mengemudi dengan satu garis senyum menghiasi wajahnya.'Lihat, bahagia sekali dia setelah menelpon si wanita bunting itu.'Dari beberapa buku yang pernah Lisa baca, ciri-ciri suami selingkuh adalah suka pergi tiba-tiba, sering menelpon sembunyi-sembunyi dan selalu senyum sendiri. Itu semua sudah tergambar jelas pada diri suaminya saat ini. Dan wanita itu semakin yak
Sebenarnya masih pagi, namun matahari mulai meninggi dan wanita yang semalam uring-uringan dengan hati nya yang entah bad mood berubah jadi good mood karena sebuah ciuman semalam, masih belum beranjak dari tempat tidurnya.Justru dia sepertinya masih tidur nyenyak dengan rambut mekar seperti singa betina. Ya, apa mungkin karena semalam Lisa tidak bisa tidur? Tidak biasanya dia jam delapan pagi belum bangun."Ekhem." Deheman Raffa akhirnya membuat Lisa terbangun.Mengerjap bingung dan silau karena matahari sudah masuk melewati jendela.'Matahari?'Lisa cepat memulihkan kesadaran. Mencari-cari dimana jam dinding menempel saking kagetnya wanita itu kesusahan mencari keberadaan sebuah jam dinding."Nyenyak sekali kau tidur, istriku." Suara suaminya terdengar lagi. Namun Lisa acuhkan.'Diam kau! Aku sedang mencari jam. Jam berapa ini?'"Jam d
"Ya ampun, Lisa. Udah jam berapa ini? Baru datang?""Jangan-jangan karena semalam ya? Sudah habis berapa ronde?" Icha bertanya dengan nada jahil."Duh, yang masih lagi manis-manisnya." Yang ini Sasa.Kedua sahabatnya itu bertanya saat Lisa sudah duduk di antara mereka menunggu pelanggan datang. Dengan wajah yang kusut, wanita itu tidak ingin menjawab semua pertanyaan dari Icha dan Sasa atau mungkin tidak mendengar mereka bertanya padanya. Saat ini dirinya hanya memikirkan apa saja yang Raffa dan wanita hamil itu lakukan dirumah. Semakin membuatnya jengkel."Ngomong-ngomong, untung bu Lia tidak datang ke salon hari ini. Kamu beruntung, Lisa. Jika ada bu Lia pasti kamu sudah di beri SP-1.""Arrrghht!!"Kedua sahabat itu terkejut mendengar Lisa menggeram. Mereka saling pandang sejenak. Tidak biasanya Lisa seperti ini, yang mereka tahu Lisa selalu ceria dan semangat saat bekerja.
Pagi cerah, matahari tersenyum namun tidak dengan suasana hati Lisa. Wanita itu menunjukkan sifat cemburu nya. Ya, sejak kejadian kemarin Lisa tidak pernah keluar kamar lagi. Raffa bertanya pun malah dijawab seadanya saja. Dan pagi ini, dia benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa bahkan untuk ke salon pun rasanya malas."Sayang, kamu bangun telat lagi?""Tidak.""Lalu?" Raffa terkejut melihat Lisa keluar dari kamar masih memakai baju tidur dengan rambut singanya.Berjalan ke arah meja makan dimana suaminya dan Reva berada. Wanita hamil itu juga terkejut melihat Lisa namun sedetik kemudian menampilkan senyum simpul.Wanita yang ditatap itu masa bodo dengan penampilannya saat ini. Dia tidak merasa harus berdandan cantik di depan Raffa, toh sudah ada Reva di hadapan suaminya yang berdandan cantik seperti model dan wangi seperti bunga mawar."Hari ini aku cuti."
Perasaan yang hadir tanpa wanita itu sadari membuatnya malah terluka. Rasa aneh yang ada dalam hatinya setiap melihat Raffa selalu membuatnya tidak mengerti. Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa saat Raffa bersama wanita lain hatinya menjadi sakit. Tidak ingin berbagi ataupun membagi. Cinta yang datang dengan tiba-tiba bukan membuatnya bahagia malah membuatnya menderita. Ya, Lisa mulai jatuh cinta kepada Raffa-suaminya. Cinta yang tanpa ia sadari selalu membuatnya menangis. Sejak kapan ia jatuh cinta kepada lelaki yang menikahinya hanya karena sebuah balas dendam? Sejak kapan ia mencintai lelaki yang membawa wanita lain kerumahnya? Sejak kapan ia mencintai Raffa? Padahal dulu hanya sebatas mengagumi nya saja. Raffa yang kaya dan tampan menjadi termasuk salah satu kriteria pangeran id
Suasana dirumah saat ini membuat mood Lisa berubah. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke salon walaupun sudah telat sebenarnya untuk jam masuk kerja. Tapi apa yang akan ia lakukan jika berada didalam rumah dengan wanita selingkuhan suaminya. Malah semakin membatin dan daripada hanya mengurung diri sambil menangisi nasibnya. Lisa akan berangkat kerja saja.Obrolan tadi dikamarnya dengan Raffa membuat wanita itu sudah siap dengan keputusannya."Kemana?" Raffa bertanya saat Lisa keluar sudah memakai pakaian rapi. Suasana menjadi sedikit canggung."Salon."Mengerti, Raffa tidak bertanya apa-apa lagi. Mereka berangkat diantar Juna. Sekeretaris itu pun hanya diam dan merasa aneh dengan kedua pasangan ini yang biasanya selalu rame dengan mulut dan tangan Raffa. Kini mereka hanya saling diam. Dudukpun Lisa seperti menjaga jarak dari Raffa. Suaminya itu hanya memainkan ponsel selama perjalanan.