Sebenarnya masih pagi, namun matahari mulai meninggi dan wanita yang semalam uring-uringan dengan hati nya yang entah bad mood berubah jadi good mood karena sebuah ciuman semalam, masih belum beranjak dari tempat tidurnya.
Justru dia sepertinya masih tidur nyenyak dengan rambut mekar seperti singa betina. Ya, apa mungkin karena semalam Lisa tidak bisa tidur? Tidak biasanya dia jam delapan pagi belum bangun.
"Ekhem." Deheman Raffa akhirnya membuat Lisa terbangun.
Mengerjap bingung dan silau karena matahari sudah masuk melewati jendela.
'Matahari?'
Lisa cepat memulihkan kesadaran. Mencari-cari dimana jam dinding menempel saking kagetnya wanita itu kesusahan mencari keberadaan sebuah jam dinding.
"Nyenyak sekali kau tidur, istriku." Suara suaminya terdengar lagi. Namun Lisa acuhkan.
'Diam kau! Aku sedang mencari jam. Jam berapa ini?'
"Jam d
"Ya ampun, Lisa. Udah jam berapa ini? Baru datang?""Jangan-jangan karena semalam ya? Sudah habis berapa ronde?" Icha bertanya dengan nada jahil."Duh, yang masih lagi manis-manisnya." Yang ini Sasa.Kedua sahabatnya itu bertanya saat Lisa sudah duduk di antara mereka menunggu pelanggan datang. Dengan wajah yang kusut, wanita itu tidak ingin menjawab semua pertanyaan dari Icha dan Sasa atau mungkin tidak mendengar mereka bertanya padanya. Saat ini dirinya hanya memikirkan apa saja yang Raffa dan wanita hamil itu lakukan dirumah. Semakin membuatnya jengkel."Ngomong-ngomong, untung bu Lia tidak datang ke salon hari ini. Kamu beruntung, Lisa. Jika ada bu Lia pasti kamu sudah di beri SP-1.""Arrrghht!!"Kedua sahabat itu terkejut mendengar Lisa menggeram. Mereka saling pandang sejenak. Tidak biasanya Lisa seperti ini, yang mereka tahu Lisa selalu ceria dan semangat saat bekerja.
Pagi cerah, matahari tersenyum namun tidak dengan suasana hati Lisa. Wanita itu menunjukkan sifat cemburu nya. Ya, sejak kejadian kemarin Lisa tidak pernah keluar kamar lagi. Raffa bertanya pun malah dijawab seadanya saja. Dan pagi ini, dia benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa bahkan untuk ke salon pun rasanya malas."Sayang, kamu bangun telat lagi?""Tidak.""Lalu?" Raffa terkejut melihat Lisa keluar dari kamar masih memakai baju tidur dengan rambut singanya.Berjalan ke arah meja makan dimana suaminya dan Reva berada. Wanita hamil itu juga terkejut melihat Lisa namun sedetik kemudian menampilkan senyum simpul.Wanita yang ditatap itu masa bodo dengan penampilannya saat ini. Dia tidak merasa harus berdandan cantik di depan Raffa, toh sudah ada Reva di hadapan suaminya yang berdandan cantik seperti model dan wangi seperti bunga mawar."Hari ini aku cuti."
Perasaan yang hadir tanpa wanita itu sadari membuatnya malah terluka. Rasa aneh yang ada dalam hatinya setiap melihat Raffa selalu membuatnya tidak mengerti. Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa saat Raffa bersama wanita lain hatinya menjadi sakit. Tidak ingin berbagi ataupun membagi. Cinta yang datang dengan tiba-tiba bukan membuatnya bahagia malah membuatnya menderita. Ya, Lisa mulai jatuh cinta kepada Raffa-suaminya. Cinta yang tanpa ia sadari selalu membuatnya menangis. Sejak kapan ia jatuh cinta kepada lelaki yang menikahinya hanya karena sebuah balas dendam? Sejak kapan ia mencintai lelaki yang membawa wanita lain kerumahnya? Sejak kapan ia mencintai Raffa? Padahal dulu hanya sebatas mengagumi nya saja. Raffa yang kaya dan tampan menjadi termasuk salah satu kriteria pangeran id
Suasana dirumah saat ini membuat mood Lisa berubah. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke salon walaupun sudah telat sebenarnya untuk jam masuk kerja. Tapi apa yang akan ia lakukan jika berada didalam rumah dengan wanita selingkuhan suaminya. Malah semakin membatin dan daripada hanya mengurung diri sambil menangisi nasibnya. Lisa akan berangkat kerja saja.Obrolan tadi dikamarnya dengan Raffa membuat wanita itu sudah siap dengan keputusannya."Kemana?" Raffa bertanya saat Lisa keluar sudah memakai pakaian rapi. Suasana menjadi sedikit canggung."Salon."Mengerti, Raffa tidak bertanya apa-apa lagi. Mereka berangkat diantar Juna. Sekeretaris itu pun hanya diam dan merasa aneh dengan kedua pasangan ini yang biasanya selalu rame dengan mulut dan tangan Raffa. Kini mereka hanya saling diam. Dudukpun Lisa seperti menjaga jarak dari Raffa. Suaminya itu hanya memainkan ponsel selama perjalanan.
"Silahkan, Tuan muda."Mereka tiba. Orangtua Lisa menyambutnya dengan ramah. Dalam perjalanan menuju kediaman orangtua Lisa, Raffa menelepon Mia dan menjelaskan kalau itu hanyalah salah paham. Mia mengerti dan Ayahnya pun juga mengerti. Biarkan masalah ini mereka tangani sendiri. Pukul tujuh malam lelaki itu sampai. Hanya orangtua dari wanita itu yang menyambutnya di depan teras rumah."Maaf, nak Raffa harus jauh-jauh kesini.""Tidak apa. Saya kesini hanya ingin menjemput Lisa."Mereka berempat masuk kedalam rumah namun tetap tidak menemukan Lisa. Juna hanya berdiri di samping Tuan mudanya. Dan orangtua Lisa duduk dihadapan Raffa."Sekali lagi, maaf atas anak kami yang bertindak kekana-kanakkan." Mia berucap sungkan."Dirumah kami, malah setiap hari istriku bersikap seperti anak-anak." Raffa tersenyum setelah me
"Sebelum aku?""Aku sudah jatuh cinta padamu saat kita masih kelas satu SMA."Kaget, terkejut, sekaligus bingung. Apa wanita itu tidak salah dengar? Lisa mencoba mencerna kalimat Raffa yang masih membuatnya berfikir keras. Lelaki itu bilang sudah mencintainya sejak mereka awal masuk sekolah? Padahal yang Lisa tahu dirinya baru pertama kali bertemu dengan lelaki super tampan di sekolahnya saat mereka tidak sengaja bertubrukan di jalan pulang sekolah. Itu pun saat mereka sudah kelas tiga SMA dan suaminya itu mengatakan sudah jatuh cinta padanya sejak kelas satu?'Itu berarti dia sudah mengenalku sebelum aku mengenalnya?'"K-kau memelukku?" Raffa tiba-tiba memeluk Lisa lembut, mencium aroma wangi milik rambut istrinya. Lelaki itu tersenyum."Kau istriku. Apa aku tidak boleh memeluk istriku?"Wajah Lisa merona merah, beruntung mereka masih dalam situasi berpelukan.
"Kenapa gue bisa lupa sih?" Wajah Lisa sudah pucat, perutnya melilit tidak tertahankan. "Kenapa baru tanggal segini udah datang, gue kira dua hari lagi baru datang nih tamu bulanan."Pelajaran mulai tidak fokus, wajahnya penuh keringat dan sesuatu dibalik celananya mulai keluar."Duh gawat!"Lisa tidak ingin darah bulanan nya sampai menembus rok sekolah. Bisa-bisa teman-teman menertawakannya dan kejadian itu akan membuat gadis itu tidak akan bisa melupakannya sampai sudah keluar sekolah pun."Pak!" Lisa mengacungkan tangan ditengah-tengah pelajaran matematika. "Izin ke toilet."Pak guru mengizinkan dan gadis itu cepat berlari sambil menahan laju keluarnya darah agar tidak terlalu banyak keluar. Bukan ke arah toilet, namun pergi ke warung si mbok. Dan gadis itu melewati kelas Raffa. Lelaki paling tampan dan kaya di sekolahnya itu segera mengikuti Lisa.Raffa merasa Lisa tidak p
"Tapi aku juga sedih, saat itu aku juga harus keluar negeri."Ya, setelah Raffa menemukan Diary milik Lisa. Sebenarnya ia ingin tinggal disini dan sekolah disini. Namun ayahnya yang dulu adalah kepala sekolah di sekolah mereka, sudah mendaftarkan Raffa di Universitas ternama diluar negeri. Itu juga keinginan orangtuanya agar saat lelaki itu kembali ke tanah air, ia sudah bisa mengelola bisnis dan perusahaan ayahnya. Mau tidak mau Raffa pun pergi ke luar negeri dengan hati yang berat. Harus meninggalkan Lisa, gadis pujaannya."Tapi perjuanganku belum selesai." Raffa berbicara dengan sesekali mengusap rambut istrinya, sesekali mencium aromanya dan membelai pipinya lembut.Membuat orang yang diperlakukannya hanya diam merasakan sentuhan yang wanita itu tahu adalah sentuhan ketulusan nya. Lisa sudah benar-benar merasakan bahwa suaminya itu memang mencintainya tulus."Saat aku diluar negeri, aku memerintahkan orang-orang