Salsa terpaksa datang ke kampung dengan perasaan yang campur aduk. Ia penasaran dan kesal kepada ibunya. Ia tidak pernah menyangka bahwa ibunya akan berkata seperti itu padanya.
Masalah ini sangat penting untuk masa depannya, ia tidak akan membiarkan ibunya bertindak semaunya. Terlebih ia penasaran dengan apa yang dibuat oleh laki-laki bernama Imam itu, sampai ibunya melakukan hal ini.Sesampainya Salsa, Dhea dan kakaknya di kampung, rumor tentang masyarakat di sana menjadi ramah ternyata benar. Tatapan heran yang tidak mengenakkan tidak terlihat, hanya sapaan hangat yang mereka terima. Salsa memang heran, namun untuk saat ini pikirannya terfokus tentang ibu dan warisan keluarganya.Sesampainya Salsa di rumah, ternyata rumahnya terkunci, tidak ada siapapun yang menjawab salamnya. Ia kemudian pergi ke tetangganya untuk menanyakan kemana keluarganya pergi."Pak, mau tanya kalau rumah sebelah pada kemana ya?" tanya Salsa pada Pak Diman, tetangga terdekat keluarga Salsa."Eh ada Salsa, gimana kabarnya?" Pak Diman bukannya menjawab pertanyaan Salsa, ia malah balik bertanya."Salsa baik pak, bapak juga kelihatannya baik ya pak, jadi bapak liat ibu apa engga pak?" Entah kenapa Salsa merasa terburu-buru, ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ibunya."Iya saya juga baik neng, tadi bapak kamu bilang kalau mau ke sawah, coba kamu cari ke sana." Jawab Pak Diman."Oh iya pak, makasih ya, Salsa ke sana dulu kalau begitu."Salsa meletakkan tasnya di kolong kursi di teras rumahnya, tak lupa ia menitipkan tas itu pada Pak Diman. Setelah itu, Salsa bergegas pergi ke sawah milik keluarganya.Dengan jalan kecil, Salsa berusaha fokus namun tetap terburu-buru, ia berlari kecil. Hingga sedikit lagi ia sampai ke gazebo dekat sawahnya, ia melihat ibu dan ayahnya sedang mengobrol dengan seorang laki-laki yang membelakanginya.Salsa bertanya-tanya siapa orang itu, lalu ia memperlambat perjalanannya sambil berpikir. Ia melihat mereka sedang mengobrolkan sesuatu hal yang cukup seru, sampai ayah dan ibunya tertawa terbahak-bahak. Salsa curiga, dari perawakannya terlihat tegas dan cukup berisi, punggung yang lebar dan cara duduknya yang tegak menandakan laki-laki itu seperti bukan masyarakat di sini. Sesampainya ia di dekat gazebo, ayahnya menyadari bahwa Salsa sedang mendekat ke arah mereka."Salsa? Eh bener kan itu anak bapak?!" Seru ayah Salsa.Ibu dan laki-laki itu pun segera melihat ke arah yang ditunjuk ayah Salsa. Ketika laki-laki itu menoleh dan menatapnya, Salsa sedikit terbelalak. Ia tidak pernah melihat laki-laki itu. Dengan mata yang tajam dan hangat, pipi yang tirus dan dagu yang tegas, serta hidung yang mancung. Salsa terdiam, ia cukup terpesona dengan laki-laki itu."Iya itu Salsa pak, ternyata anak ibu benar-benar pulang, sini nak duduk dulu." Ibunya menghampirinya Salsa dan mengajaknya untuk ikut duduk di gazebo.Salsa duduk di antara ibu dan ayahnya. Salsa dan lelaki itu saling tatap, Salsa dengan tatapan bertanya-tanya, dan lelaki itu menatapnya dengan sedikit ramah."Ibu, siapa? Tanya Salsa sambil menunjuk lelaki itu dengan dagunya.Ibu memukul lengan Salsa dengan pelan. "Kamu kok begitu sih! Nunjuk orang pakai dagu itu enggak sopan."Salsa menahan rasa kesalnya, ia hanya ingin tau siapa orang itu. Kemudian, ia menoleh pada ayahnya."Ayah, dia siapa?""Ini Nak Imam anaknya pak RW, dia baru pulang satu tahun lalu dari luar negeri. Dan ini Salsa, anak sulung saya, dia kerja di Jakarta sama temannya." Ujar ayahnya.Salsa membelakakan matanya sejenak, ia bertanya-tanya mengapa ayahnya mengenalkan ia dengan laki-laki ini."Iya ini anak ibu namanya Salsa, semoga kamu betah di sini ya, nanti ada Salsa yang bisa temenin kamu di sini." Susul ibunya.Kening Salsa berkerut menatap ibunya, ia kebingungan, kenapa orang tuanya sangat ramah pada orang itu dan menumbalkan Salsa seperti ini.Imam terkekeh dengan ramah, ia terlihat tidak tertarik dengan Salsa. "Mungkin lain kali saja pak, bu. Sudah jam 3 sore, saya harus bantu abah di rumah.""Oh iya silahkan nak Imam, kalau ada yang bisa dibantu, nanti hubungi ibu saja ya, mungkin Salsa bisa bantu Nak Imam."Salsa begitu kesal dengan ibunya, enak saja ibunya berkata seperti itu, ia bukan pembantu rumah Imam. Setelah itu Imam berpamitan hanya kepada ayah dan ibunya saja, Salsa tidak peduli, ia akan membicarakan soal warisan dan laki-laki yang bernama Imam itu.Salsa berpindah tempat duduk di hadapan kedua orang tuanya."Ibu, ayah, maksudnya apa soal warisan itu ya?" Salsa langsung ke inti, ia sudah menahan kesal."Terus, maksud ibu bilang kalau Salsa bisa bantu cowok itu juga apa? Salsa bukan pembantu bu, Salsa kerja di kantor, dan mulai besok Salsa WFH juga, bukan pengangguran." Sambung Salsa dengan menahan kesal.Ayahnya diam tidak menjawab apapun, ia membuang pandangannya ke arah sawah. "Ayah enggak ikutan, ibu kamu yang ngurusin semuanya Kak." Jawab ayahnya.Salsa segera memposisikan diri menatap ibunya dengan seksama, menunggu ibunya menjawab keresahannya."Soal warisan itu, ibu akan serahkan kalau kamu nikah sama Nak Imam." Jelas ibunya.Salsa menghela nafas dengan tegas. "Bu, aku enggak tahu gimana laki-laki itu. Kenapa ibu enggak ngasih aku keringanan untuk menikah dengan orang lain pilihan aku?""Kak, pilihan ibu enggak akan meleset, kalau warisan dan kamu akan dijaga sama dia itu keputusan yang tepat.""Ibu tega biarin anak ibu nikah sama orang yang enggak dikenal sama sekali?""Ibu nyuruh kamu pulang biar kamu bisa kenalan sama Nak Imam, ibu yakin kamu pasti bisa kok nikah sama Nak Imam." Ibu tetap pada pendiriannya untuk menjodohkan Salsa dengan Imam.Salsa menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia semakin kesal, ibunya tidak memberinya pilihan lain. Ia menatap ayah, ayahnya hanya bisa menggeleng karena ayahnya mungkin sudah berada di pihaknya sebelum Salsa datang ke sini, namun gagal makanya ayah diam tidak membantah kemauan ibu."Aku bisa jaga warisan keluarga kita, ibu percaya sama Salsa.""Enggak, ibu takut kamu kewalahan, Imam pasti bisa jaga kamu dan warisan keluarga kita.""Ibu enggak percaya sama Salsa?""Ibu percaya sama kamu kalau kamu sudah ada yang menjaga dan membimbing kamu."Salsa heran, bagaimana cara ibunya begitu yakin dengan hal ini. Orang tidak selamanya baik, mungkin dia cuma bersikap ramah atau semacamnya."Bu, warisan itu bukan hal sepele yang bisa ibu percayakan sama orang lain. Salsa bisa jaga warisan itu sendirian bu."Ibu tidak berkata apapun, ia turun dan meninggalkan gazebo. Salsa tercengang sesaat, ibunya bisa melakukan hal ini tanpa memikirkan perasaan Salsa."Ayah udah coba bujuk ibu, Resya juga sudah bujuk ibu, tapi ibu tetap ingin kamu sama Imam nikah, ayah minta maaf engga bisa bujuk ibu ya, Kak." Ucap ayah sambil mengusap punggung Salsa.Salsa menatap ayahnya lalu menatap beberapa kotak sawah keluarganya. Salsa menganggap ini hal sepele, ia yakin bahwa ia bisa menjaga warisan keluarganya dengan baik."Orangnya yang mana emang Yah?" tanya Salsa."Orangnya yang tadi ayah kenalin ke kamu."Jawaban ayahnya tentang siapa lelaki tadi membuat Salsa tergerak untuk menghampiri lelaki itu. Ia akan menyelidiki bagaimana cara lelaki itu bersikap kepada keluarganya. Ia juga akan memperhatikan bagaimana cara ia mengambil perhatian warga.Salsa memang mengakui ketampanan Imam, namun ia tetap harus waspada, siapa tahu yang ibunya lihat tidak sesuai dengan apa yang Salsa lihat.Selama di rumah tadi, ia hanya melihat wajah ibunya yang ditekuk dan tak ingin berbicara dengan siapapun. Salsa lebih baik pergi ke warung untuk mencari cemilan daripada ia merasa tidak nyaman."Emang apasih bagusnya itu cowok? Ganteng doang juga, enggak ada spesialnya sama sekali. Cuma karena dia anak Pak RW dan kerja di luar negeri bisa sampe segitunya dapet perhatian warga dan ibu."Sambil berjalan, ia menumpahkan kekesalannya tanpa memperdulikan sekitar. Ini sudah pukul 8 malam, jarang warga lewat, makanya ia berani berbicara sendirian. Padahal ia sedang bersama dengan
Hari ini merupakan hari pertama Salsa melakukan WFH. Ia telah menyiapkan laptop dan catatan untuk ia bekerja pada jam 9 nanti. Namun ia mendapat masalah, sinyal yang ia dapatkan tidak stabil sampai bisa hilang entah kemana.Ia mencoba bertanya kepada Resya tentang tempat di kampung yang bisa mendapat sinyal dengan stabil. Jawaban Resya adalah rumah Pak RW, yang di mana rumah itu pasti ada Imam. Salsa kemudian menggeleng, ia pasti bisa menemukan tempat lain yang terdapat sinyal stabil.Tanpa berpikir panjang, Salsa keluar rumah dan mencari sinyal di beberapa tempat sekitar rumahnya. Tak lama, seseorang di belakangnya berbicara kepada Salsa."Kalau kamu cari sinyal stabil, kamu bisa ke rumah saya. Walaupun tidak terlalu bagus, setidaknya sinyal di sana cukup stabil."Salsa menoleh, menemukan Imam berada tak jauh di belakangnya. Ia kemudian menatap Imam dengan malas, kemudian ia mengabaikan Imam dan melanjutkan pencarian sinyal di tempat lain.
Selepas Salsa melakukan meeting, ia mengerjakan beberapa hal yang akan di kirim ke kantornya. Ia akan memanfaatkan sinyal yang ada, karena jika ia tidak melakukan itu, kemungkinan akan kena marah dari atasannya.Cuaca hari ini terbilang panas, Salsa menatap jam di tangannya yang menandakan bahwa sekarang sudah pukul dua belas lebih sepuluh menit. Ia harus pulang untuk makan siang.Salsa teringat bahwa di dalam rumah Pak RW, ada Imam yang mungkin sedang leha-leha. Ia menengok ke arah pintu masuk, ternyata pintunya dibuka lebar, dengan inisiatifnya, Salsa mengetuk pintu dari luar beberapa kali.Tak lama, Imam menghampirinya dan menatap laptop Salsa di meja yang sudah ditutup. "Kamu sudah selesai kerja?""Iya, gue manfaatin waktu sama sinyal di sini." Jawab Salsa cuek.Imam mengangguk, lalu ia menatap keadaan sekitar. "Mau pulang atau gimana?"Salsa diam, ia penasaran dengan apa yang Imam lakukan di dalam rumahnya. Tapi ia bingung bagaimana cara memulai aksinya.Salsa kemudian kembali du
Pukul 4 sore, Salsa bangun dari tidur siangnya. Selepas ia pulang dari rumah Imam, ternyata di tertidur di kamarnya tanpa ia sadari. Ia kemudian membersihkan diri dan ingin berjalan-jalan sebentar di sekitaran rumahnya. Setelah ia membersihkan diri, ia melihat Resya baru pulang sekolah yang langsung masuk ke kamarnya. "Mandi dulu, baru istirahat." Ucap Salsa pada Resya. "Iya, aku simpen barang dulu." Jawab Resya. Tak lama, Resya kelaur dari kamarnya sambil menenteng handuk dengan baju seragam yang masih menempel pada badannya. Sedangkan Salsa sedang memainkan ponselnya di ruang makan. Tanpa memperdulikan Resya yang lewat, ia terus memakan cemilan yang ada di meja. Tiba-tiba ia teringat jika ia tidak yakin dengan hubungan Imam dengan orang tuanya, ia bisa tanyakan lewat Resya. Ia mengangguk semangat setelah teringat itu. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka yang menandakan kalau Resya sudah selesai mandi. Dengan wajah tanpa dosa, Salsa menatap Resya dengan senyum terbaiknya
"Tadi gimana sama Neng Salsa?" Tanya Abah kepada Imam. Imam dan Abah sedang menikmati angin malam di teras rumah mereka sambil menikmati kopi. Abah harus memastikan bagaimana perkembangan hubungan anaknya dan Salsa, ia tidak boleh membuat keluarga Salsa kecewa. "Tadi Salsa sama Imam ngobrol sebentar sebelum dia pulang." Jawab Imam. "Enggak kamu ajak jalan-jalan keliling kampung?" "Imam masih belum berani Bah, Salsa kelihatan kesal kalau dekat-dekat dengan Imam." "Enggak mungkin, masa neng Salsa begitu!" Seru Abah pada Imam. Abah mengenal Salsa sebagai perempuan ramah dan mudah bergaul. Imam terkekeh pelan, ia kemudian menatap abahnya dengan wajah yang meyakinkan. "Mungkin Salsa belum mau mengenal Imam lebih jauh. Bah. Imam enggak bisa maksa Salsa kaya kemauan Abah." "Abah enggak suruh kamu paksa Neng Salsa. Abah suruh kamu deketin Salsa, memangnya susah?" Jelas Abah. Imam berpikir sejenak, kemudian ia meminum sedikit kopinya. "Deketin Salsa kaya deketin kucing, Bah. Dia itu tip
Saat Resya mengatakan bahwa ia akan pergi menonton Wayang bersama Imam, ia menyalahkan semua yang terjadi di rumah. Untung ia tidak punya jadwal meeting hari itu, kalau punya, bisa-bisa Salsa banyak menyindir halus rekan kantornya jika melakukan kesalahan.Salsa ingin meluapkan emosinya, bahkan kepada orang tuanya sendiri. Namun, Ia memilih diam, daripada ia harus marah-marah. Ia juga sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan lambat, agar saat Imam datang ke rumahnya, ia tidak bisa ikut pergi untuk menonton pertunjukan Wayang. Namun, takdir berpihak pada Imam.Pekerjaannya tidak banyak, karena ia orang yang tidak pernah menunda pekerjaan dan dapat berpikir dengan cepat. Ia kemudian menatap jam dinding di kamarnya. Ternyata sudah pukul 3 sore, ia kemudian merebahkan dirinya.Kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar Salsa. "Masuk " Ujar Salsa."Kamu baru selesai bekerja?"Salsa membelakakan matanya, ia langsung terduduk dan melihat siapa yang baru saja bertanya padanya. Imam, orang itu
Setelah kejadian tadi, Salsa memperhatikan Imam dalam diam. Ia hanya memastikan kalau Imam baik-baik saja dan dapat mengikuti acara sampai selesai, mungkin setelah Imam menonton Wayang, ia akan merasa lebih baik dan melupakan kejadian tadi.Setelah kejadian itu, Imam meminta Salsa untuk masuk ke tempat acara berlangsung lebih dulu, ia bilang bahwa ia akan membeli cemilan dan minuman untuk mereka berdua. Salsa akan membicarakan hal ini dengan adiknya besok, mungkin ia tahu apa yang terjadi dengan Imam.Tak lama, Imam kembali dengan keresek putih berisi cemilan dan minuman. Sambil menunggu acara mulai, Imam hanya diam sambil menatap kosong panggung di depan mereka."Imam.""Iya kenapa?""Kenapa harus gue yang nikah sama lo?" bertepatan dengan Salsa yang bertanya kepada Imam, Gong di panggung dibunyikan dengan keras."Apa?!" Tanya Imam sambil mendekatkan kupingnya pada Salsa.Salsa kemudian menggeleng dan menatap acara Wayang yang sudah dimulai.Tiga jam berlangsung sebentar untuk Salsa,
Pagi harinya Salsa terbangun di kasurnya, ia berpikir sejenak. Seingatnya, ia tertidur di mobil Imam, lalu siapa yang memindahkannya? Salsa berjalan keluar kamar, menemukan Resya di meja makan sambil menyantap sarapannya."Tadi malem siapa yang pindahin aku ke kamar?""Kak Imam."Salsa melotot dan langsung duduk di sebelah Resya. "Sendirian?!"Resya mengangguk seraya menyelesaikan sarapannya."Iya semalem kebo banget tidurnya, susah dibangunin, ayah gak akan kuat angkat kakak, jadi kak Imam yang angkat kakak ke kamar."Salsa memejamkan matanya, ia kesal dengan dirinya yang memang kebo bukan main. Ia beranjak menuju kamar mandi sambil berusaha menyingkirkan rasa malunya.Setelah Salsa membersihkan diri dan bersiap-siap ingin bekerja, ia dipanggil ibunya ke depan rumah."Iya kenapa bu?" Tanya Salsa lalu melihat penampilan kedua orang tuanya."Ibu sama Ayah mau melayat ke temen ayah di kampung sebelah, kita berangkat pake mobil nak Imam. Kamu sendiri di rumah gak apa-apa kan?" Jelas ibun
“Gue gak mau jadi pacar lo, sekarang lo keluar!” Ucap Salsa tak terbantahkan, ia bahkan menarik lengan Imam dengan keras dan mengeluarkannya dari apartemennya, setelah itu ia tutup pintunya dengan keras.Imam sampai memejamkan matanya karena hembusan angin dari pintu yang Salsa tutup dengan kencang. Ia menatap pintu itu dengan senyum hangat, ia suka dengan Salsa yang seperti itu. “Saya pulang dulu kalau begitu, selamat malam.” Ujar Imam lalu pergi ke apartemennya.Semetara di balik pintu, Salsa terduduk lemas sambil memikirkan bagaimana wajahnya tadi saat Imam mengajaknya berpacaran. Ia berpikir bagaimana pikiran Imam sehingga ia secara ugal-ugalan menunjukkan ketertarikannya pada Salsa? Ia juga beripikir mengapa hatinya merasa nyaman saat berada di dekat Imam?Salsa kemudian menampar pipinya dengan keras, mungkin ia sedang bermimpi.“Aw!!”Ia sedirkit menjerit karena kesakitan, berarti ini bukan mimpi. Ia kemudian memejamkan matanya seraya menenangkan suasana hatinya. Ia tidak boleh
Sesampainya mereka di depan gedung apartemen, Salsa turun dari motor dan langsung menyerahkan helm pada Imam.“Makasih udah anterin gue pulang, gue masuk duluan.” Ucap Salsa yang langsung pergi masuk ke dalam gedung.Imam pun segera memarkirkan motornya dan menyusul Salsa masuk ke dalam lift. Untung saja Imam sedikit berlari, kalau tidak, mungkin lift nya akan segera tertutup. Dilihatnya, Salsa sudah menekan tombol lantai tujuan mereka. Imam pun melihat Salsa yang menyender di pinggiran lift sambil berdiri dan memejamkan matanya.Imam kemudian berdiri di sebelah nya dan mengambil tas yang dipakai Salsa, Salsa pun terbangun.“Biar saya yang bawa.” Ucap Imam.Salsa malas berdebat, ia hanya pasrah dan memejamkan matanya kembali. Selama lift berjalan, Imam memerhatikan Salsa. Ia mungkin telah membuat Salsa kelelahan karena nya. Salsa harus berangkat kerja lebih pagi, pulang lebih malam, dan makan dengan di luar dengan diam-diam. Imam pun terkekeh kecil dan Salsa mengetahuinya.“Ngapain lo
Sejak Imam mengaku kalau dirinya tinggal satu gedung apartemen dengan Salsa, Salsa selalu menghindari Imam dengan cara apapun, termasuk berangkat ke tempat kerja nya jam 5 pagi. Imam selalu meminta bantuan Salsa dalam segala urusan, padahal Salsa tahu kalau Imam bisa melakukannya sendiri. Terakhir kali Imam meminta bantuan Salsa adalah meminta bantuan Salsa untuk memasangkan seprai kasur dan sarung bantalnya. Perkara mudah bukan? Setahu Salsa, Imam sudah tinggal mandiri sejak kecil, ia tidak mungkin tidak bisa melakukan hal itu. Senin sore, Salsa harus melembur karena sudah masuk tanggal tua yang membuat pekerjaan kantor tiba-tiba menumpuk. Pukul 8 malam lebih 15 menit Salsa masih berada di gedung kantornya, ia duduk di lobby kantornya sejenak sambil melihat jalanan macet di hadapannya. Ponsel Salsa bergetar menandakan ada yang menelponnya. Segera Salsa mengangkat panggilan itu. “Halo Dhe? Lo udah balik kan?” Tanya Salsa. “Iya gue udah balik nih dari kemarin, baru sampe apart. Lo k
Selama perjalanan menuju apartemen Salsa, tidak satupun diantara mereka yang ingin memulai percakapan. Imam masih merasa kaget karena Salsa mencubit tangannya dengan keras setelah Imam berteriak di Mall tadi.Imam beberapa kali melirik Salsa sambil menahan senyum, entah kenapa Salsa yang sekarang sedang cemberut membuatnya gemas. Sedangkan Salsa sejak tadi masih cemberut dan menyilangkan tangannya di dada tanpa menoleh kemanapun.Imam berdeham cukup keras sampai Salsa meliriknya. Imam tahu itu, reaksi Imam tetap mempertahankan rasa gemasnya."Kamu masih marah sama saya?" Tanya Imam."Mikir aja sendiri." Jawab Salsa dengan kesal dan membuang muka.Imam menahan tawanya. "Saya dari tadi mikir salah saya apa ya?"Salsa menoleh pada Imam dengan tatapan kesal. "Kalau orang mikir biasanya ada gambaran.""Ada ko." Ucap Imam tanpa dosa.Salsa menunggu jawaban tapi matanya diam-diam melirik Imam."Saya tahu kalau tadi kamu cemburu." Lanjut Imam.Salsa langsung memukul lengan Imam tanpa aba-aba,
Sesuai dengan jam kerja, pukul empat sore Salsa sudah berada di lobby dan akan segera pulang. Namun setelah sampai di depan pintu menuju keluar gedung kantornya, ia tiba-tiba tidak ingin langsung pulang ke apartemennya. Tanpa berpikir panjang, ia akan pergi mengistirahatkan dirinya dari hal-hal yang penat. Ia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kantornya. Dengan santai, ia melewati beberapa macam toko lalu tertuju pada salah satu toko perhiasan. Ia masuk dan melihat-lihat beberapa perhiasan, sekilas Salsa ingin membeli salah satu kalung, namun ia akan melihat-lihat dulu untuk saat ini. “Ada yang bisa saya bantu Mbak?” Tanya seorang pegawai perempuan di toko tersebut. “Saya mau lihat-lihat dulu aja Mbak.” Jawab Salsa seraya tersenyum. Tak jauh dari itu suara seseorang membuatnya menoleh ke belakangnya. Ia membelakkakan matanya, Imam sedang berada tepat di belakangnya dengan seorang wanita pirang nan cantic khas orang barat. Buru-buru ia mencari tempat agar ti
Tengah malam, Salsa terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman. Ia merasa haus, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk minum. Salsa melihat secarik kertas di meja makan. Sambil Salsa minum, ia duduk dan membaca isi kertas itu.Ini surat wasiat kakeknya dan kakek Imam. Ia ingat perkataan adiknya bahwa Imam sedikit mengubah perjanjian awal. Namun ia tetap harus mengetahui bagaimana pernjanjian awalnya.Isi wasiat yang pertama dikatakan bahwa semua harta atas nama kakek Salsa bukan miliknya, melainkan milik kakek Imam. Dengan alasan agar keluarga kakek Salsa bisa memanfaatkan aset-aset yang ada untuk menunjang kehidupannya.Lalu, isi wasiat kedua dikatakan bahwa jika kakeknya ingin menjadikan aset-asetnya menjadi hak miliknya, maka harus ada pernikahan resmi untuk mengikat kedua keluarga.Dan isi wasiat terakhirnya, jika pada generasi ketiga tidak ada pernikahan, maka semua aset-aset yang dipinjam akan dikembalikan hak miliknya kepada keluarga kakek Imam.Dibawahnya ditandai dengan tand
Setelah mendapat pesan dari Imam, Salsa mencoba mencari cara dengan Dhea untuk mengetahui lebih dulu tentang siapa Imam. Mungkin akan menjawab pertanyaan mengenai warisan keluarga Salsa.Hampir dua jam Salsa dan Dhea menghabiskan waktu untuk membicarakan hal ini. Dhea tidak mengira Salsa menjalani kehidupan dengan drama pertengkaran dengan ibunya sendiri. Setelah itu, pesan dari Imam pun dibalas, dan Salsa akan menjalani beberapa hasil diskusinya dengan Dhea.Rencana pertama adalah membuat Imam dan Salsa merasa dekat lewat telepon dulu.Salsa : Gue lagi kerja nih, mungkin kalau sekarang via chat aja.Imam : Kerjaan kamu banyak?Salsa : Iya nih, gue lembur juga hari ini. Lo kerja juga kan?Imam : Iya, tapi ada yang mau saya bicarakan sama kamu.Salsa : Soal apa?Imam bingung, ia sudah mendengar gosip warga yang menganggap bahwa Salsa yang mendekatinya dan berniat untuk mengambil hartanya. Padahal bukan seperti itu, Salsa bukan orang yang mengemis kekayaan dari orang lain.Imam langsung
Pagi harinya Salsa terbangun di kasurnya, ia berpikir sejenak. Seingatnya, ia tertidur di mobil Imam, lalu siapa yang memindahkannya? Salsa berjalan keluar kamar, menemukan Resya di meja makan sambil menyantap sarapannya."Tadi malem siapa yang pindahin aku ke kamar?""Kak Imam."Salsa melotot dan langsung duduk di sebelah Resya. "Sendirian?!"Resya mengangguk seraya menyelesaikan sarapannya."Iya semalem kebo banget tidurnya, susah dibangunin, ayah gak akan kuat angkat kakak, jadi kak Imam yang angkat kakak ke kamar."Salsa memejamkan matanya, ia kesal dengan dirinya yang memang kebo bukan main. Ia beranjak menuju kamar mandi sambil berusaha menyingkirkan rasa malunya.Setelah Salsa membersihkan diri dan bersiap-siap ingin bekerja, ia dipanggil ibunya ke depan rumah."Iya kenapa bu?" Tanya Salsa lalu melihat penampilan kedua orang tuanya."Ibu sama Ayah mau melayat ke temen ayah di kampung sebelah, kita berangkat pake mobil nak Imam. Kamu sendiri di rumah gak apa-apa kan?" Jelas ibun
Setelah kejadian tadi, Salsa memperhatikan Imam dalam diam. Ia hanya memastikan kalau Imam baik-baik saja dan dapat mengikuti acara sampai selesai, mungkin setelah Imam menonton Wayang, ia akan merasa lebih baik dan melupakan kejadian tadi.Setelah kejadian itu, Imam meminta Salsa untuk masuk ke tempat acara berlangsung lebih dulu, ia bilang bahwa ia akan membeli cemilan dan minuman untuk mereka berdua. Salsa akan membicarakan hal ini dengan adiknya besok, mungkin ia tahu apa yang terjadi dengan Imam.Tak lama, Imam kembali dengan keresek putih berisi cemilan dan minuman. Sambil menunggu acara mulai, Imam hanya diam sambil menatap kosong panggung di depan mereka."Imam.""Iya kenapa?""Kenapa harus gue yang nikah sama lo?" bertepatan dengan Salsa yang bertanya kepada Imam, Gong di panggung dibunyikan dengan keras."Apa?!" Tanya Imam sambil mendekatkan kupingnya pada Salsa.Salsa kemudian menggeleng dan menatap acara Wayang yang sudah dimulai.Tiga jam berlangsung sebentar untuk Salsa,