Pukul 4 sore, Salsa bangun dari tidur siangnya. Selepas ia pulang dari rumah Imam, ternyata di tertidur di kamarnya tanpa ia sadari. Ia kemudian membersihkan diri dan ingin berjalan-jalan sebentar di sekitaran rumahnya. Setelah ia membersihkan diri, ia melihat Resya baru pulang sekolah yang langsung masuk ke kamarnya.
"Mandi dulu, baru istirahat." Ucap Salsa pada Resya.
"Iya, aku simpen barang dulu." Jawab Resya. Tak lama, Resya kelaur dari kamarnya sambil menenteng handuk dengan baju seragam yang masih menempel pada badannya.
Sedangkan Salsa sedang memainkan ponselnya di ruang makan. Tanpa memperdulikan Resya yang lewat, ia terus memakan cemilan yang ada di meja. Tiba-tiba ia teringat jika ia tidak yakin dengan hubungan Imam dengan orang tuanya, ia bisa tanyakan lewat Resya. Ia mengangguk semangat setelah teringat itu. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka yang menandakan kalau Resya sudah selesai mandi.
Dengan wajah tanpa dosa, Salsa menatap Resya dengan senyum terbaiknya. Resya bereaksi kaget, ia bertanya-tanya mengapa wajah kakaknya terlihat seperti ada maunya. Resya bertanya lewat tatapan matanya kepada Salsa. Salsa menepuk kursi di sebelahnya, yang menandakan bahwa Resya harus duduk di sebelahnya.
"Kenapa kakak lihatin aku begitu?" Tanya Resya setelah duduk di kursi sebelah Salsa.
"Aku tahu kamu sekarang senggang, aku mau ngobrolin banyak hal tapi enggak di sini." Jelas Salsa.
Resya sudah mengira ini akan terjadi, ia kemudian berdiri dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Aku jemur dulu handuk, kakak tunggu aku di luar ya." Ucap Resya yang langsung disetujui oleh Salsa. Kemudian, Salsa pergi ke luar rumah, sedangkan Resya menjemur handuk dan berganti baju lalu menyusul Salsa.
"Mau ngobrol di mana kak?" Tanya Resya.
"Kita ngobrol sambil jalan-jalan aja, aku enggak mau obrolan kita kedengeran ibu sama ayah, ini hal yang serius." Jawab Salsa.
Resya menganggukkan kepalanya, kemudian mereka mulai berjalan keluar dari area rumah, mereka berjalan sepelan mereka bisa, agar obrolannya tidak keluar fokus dan Salsa mendapatkan jawaban yang ia harapkan.
"Kamu tahu kan hubungan ibu sama anak Pak RW?" Tanya Resya.
Resya terdiam, ia harus mengikuti rencana ibunya sekarang. "Iya kak, setahu aku mereka cuma temanan sesama tetangga aja, kenapa?"
"Aku gak yakin mereka cuma punya hubungan itu aja, aku gak ngerti kenapa ibu sampai cuekin aku cuma karena aku enggak mau nikah sama orang itu."
Resya melipat tangannya di dada. "Aku sama ayah pun kaget kak, kenapa ibu punya keputusan itu, mungkin memang ibu ngerasa Imam cocok sama kakak, lagian kan nanti kakak dapetin warisan lebih besar daripada aku jadinya, emang kakak enggak mau?"
Salsa menatap Resya. "Kalau kamu yang dapet warisan lebih besar dari aku, kamu mau?"
Resya balik menatap Salsa dengan tatapan kaget, kakaknya agak kejam jika berkaitan dengan kebebasannya. "Jadi kakak mau tumbalin aku buat nikah sama dia begitu?"
"Maksud aku enggak gitu juga, mungkin dengan kamu yang kepengen warisan lebih besar, ibu bisa ubah keputusannya."
"Itu enggak mungkin kak, warisan itu udah ditulis dan ditanda tangani ibu sama ayah. Sebenernya, semua warisan itu bakalan jatuh ke tangan kakak semua, dan bagian aku bakalan aku terima setelah aku masuk kuliah." Jelas Resya.
Salsa diam, ia mencoba mencerna semuanya. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya tidak ketakutan kalau nanti warisan keluarganya diambil Imam?
"Aku bingung, apa ibu enggak ketakutan kalau nanti aku nikah sama orang itu, warisan keluarga kita bakalan dipakai seenaknya?"
Resya diam, ia bingung harus menjawab apa. Ia kasihan dengan kakaknya, tapi semua penjelasan orang-orang terkait masalah ini membuatnya yakin kalau kakaknya, dia dan warisan keluarganya akan terjaga.
"Kak, kalau aku boleh kasih saran, mungkin kakak bisa terima dulu orang itu sebagai teman kakak. Aku tahu rasanya enggak gampang, kakak pasti kesel kalau lihat orang itu. Tapi, dengan cara itu, kakak bakal jawab banyak pertanyaan di pikiran kakak. Aku tahu ini susah, tapi aku yakin kakak bisa."
Resya mencoba meyakinkan Salsa, ia hanya bisa melakukan hal itu. Resya merasa kalau dirinya belum bisa melakukan bayak hal untuk masalah ini, maka ia akan melakukan bujukan kepada kakaknya secara pelan-pelan tanpa ada paksaan siapapun.
Hari semakin sore, perjalanan Salsa dan Resya sampai ke jalan menuju sawah keluarganya. Mereka menatap kedua orang tuanya dari kejauhan, walau tidak terlihat jelas, mereka mengetahui kalau orang tuanya sedang beristirahat sambil menikmati angin sore yang begitu menyejukkan, keduanya juga merasakan hal yang sama. Salsa dengan banyak pertanyaan terkait Imam dan keluarganya, sedangkan Resya hanya bisa mendoakan kakaknya dapat mengambil tindakan yang akan ia ambil selanjutnya.
"Tadi gimana sama Neng Salsa?" Tanya Abah kepada Imam. Imam dan Abah sedang menikmati angin malam di teras rumah mereka sambil menikmati kopi. Abah harus memastikan bagaimana perkembangan hubungan anaknya dan Salsa, ia tidak boleh membuat keluarga Salsa kecewa. "Tadi Salsa sama Imam ngobrol sebentar sebelum dia pulang." Jawab Imam. "Enggak kamu ajak jalan-jalan keliling kampung?" "Imam masih belum berani Bah, Salsa kelihatan kesal kalau dekat-dekat dengan Imam." "Enggak mungkin, masa neng Salsa begitu!" Seru Abah pada Imam. Abah mengenal Salsa sebagai perempuan ramah dan mudah bergaul. Imam terkekeh pelan, ia kemudian menatap abahnya dengan wajah yang meyakinkan. "Mungkin Salsa belum mau mengenal Imam lebih jauh. Bah. Imam enggak bisa maksa Salsa kaya kemauan Abah." "Abah enggak suruh kamu paksa Neng Salsa. Abah suruh kamu deketin Salsa, memangnya susah?" Jelas Abah. Imam berpikir sejenak, kemudian ia meminum sedikit kopinya. "Deketin Salsa kaya deketin kucing, Bah. Dia itu tip
Saat Resya mengatakan bahwa ia akan pergi menonton Wayang bersama Imam, ia menyalahkan semua yang terjadi di rumah. Untung ia tidak punya jadwal meeting hari itu, kalau punya, bisa-bisa Salsa banyak menyindir halus rekan kantornya jika melakukan kesalahan.Salsa ingin meluapkan emosinya, bahkan kepada orang tuanya sendiri. Namun, Ia memilih diam, daripada ia harus marah-marah. Ia juga sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan lambat, agar saat Imam datang ke rumahnya, ia tidak bisa ikut pergi untuk menonton pertunjukan Wayang. Namun, takdir berpihak pada Imam.Pekerjaannya tidak banyak, karena ia orang yang tidak pernah menunda pekerjaan dan dapat berpikir dengan cepat. Ia kemudian menatap jam dinding di kamarnya. Ternyata sudah pukul 3 sore, ia kemudian merebahkan dirinya.Kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar Salsa. "Masuk " Ujar Salsa."Kamu baru selesai bekerja?"Salsa membelakakan matanya, ia langsung terduduk dan melihat siapa yang baru saja bertanya padanya. Imam, orang itu
Setelah kejadian tadi, Salsa memperhatikan Imam dalam diam. Ia hanya memastikan kalau Imam baik-baik saja dan dapat mengikuti acara sampai selesai, mungkin setelah Imam menonton Wayang, ia akan merasa lebih baik dan melupakan kejadian tadi.Setelah kejadian itu, Imam meminta Salsa untuk masuk ke tempat acara berlangsung lebih dulu, ia bilang bahwa ia akan membeli cemilan dan minuman untuk mereka berdua. Salsa akan membicarakan hal ini dengan adiknya besok, mungkin ia tahu apa yang terjadi dengan Imam.Tak lama, Imam kembali dengan keresek putih berisi cemilan dan minuman. Sambil menunggu acara mulai, Imam hanya diam sambil menatap kosong panggung di depan mereka."Imam.""Iya kenapa?""Kenapa harus gue yang nikah sama lo?" bertepatan dengan Salsa yang bertanya kepada Imam, Gong di panggung dibunyikan dengan keras."Apa?!" Tanya Imam sambil mendekatkan kupingnya pada Salsa.Salsa kemudian menggeleng dan menatap acara Wayang yang sudah dimulai.Tiga jam berlangsung sebentar untuk Salsa,
Pagi harinya Salsa terbangun di kasurnya, ia berpikir sejenak. Seingatnya, ia tertidur di mobil Imam, lalu siapa yang memindahkannya? Salsa berjalan keluar kamar, menemukan Resya di meja makan sambil menyantap sarapannya."Tadi malem siapa yang pindahin aku ke kamar?""Kak Imam."Salsa melotot dan langsung duduk di sebelah Resya. "Sendirian?!"Resya mengangguk seraya menyelesaikan sarapannya."Iya semalem kebo banget tidurnya, susah dibangunin, ayah gak akan kuat angkat kakak, jadi kak Imam yang angkat kakak ke kamar."Salsa memejamkan matanya, ia kesal dengan dirinya yang memang kebo bukan main. Ia beranjak menuju kamar mandi sambil berusaha menyingkirkan rasa malunya.Setelah Salsa membersihkan diri dan bersiap-siap ingin bekerja, ia dipanggil ibunya ke depan rumah."Iya kenapa bu?" Tanya Salsa lalu melihat penampilan kedua orang tuanya."Ibu sama Ayah mau melayat ke temen ayah di kampung sebelah, kita berangkat pake mobil nak Imam. Kamu sendiri di rumah gak apa-apa kan?" Jelas ibun
Setelah mendapat pesan dari Imam, Salsa mencoba mencari cara dengan Dhea untuk mengetahui lebih dulu tentang siapa Imam. Mungkin akan menjawab pertanyaan mengenai warisan keluarga Salsa.Hampir dua jam Salsa dan Dhea menghabiskan waktu untuk membicarakan hal ini. Dhea tidak mengira Salsa menjalani kehidupan dengan drama pertengkaran dengan ibunya sendiri. Setelah itu, pesan dari Imam pun dibalas, dan Salsa akan menjalani beberapa hasil diskusinya dengan Dhea.Rencana pertama adalah membuat Imam dan Salsa merasa dekat lewat telepon dulu.Salsa : Gue lagi kerja nih, mungkin kalau sekarang via chat aja.Imam : Kerjaan kamu banyak?Salsa : Iya nih, gue lembur juga hari ini. Lo kerja juga kan?Imam : Iya, tapi ada yang mau saya bicarakan sama kamu.Salsa : Soal apa?Imam bingung, ia sudah mendengar gosip warga yang menganggap bahwa Salsa yang mendekatinya dan berniat untuk mengambil hartanya. Padahal bukan seperti itu, Salsa bukan orang yang mengemis kekayaan dari orang lain.Imam langsung
Tengah malam, Salsa terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman. Ia merasa haus, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk minum. Salsa melihat secarik kertas di meja makan. Sambil Salsa minum, ia duduk dan membaca isi kertas itu.Ini surat wasiat kakeknya dan kakek Imam. Ia ingat perkataan adiknya bahwa Imam sedikit mengubah perjanjian awal. Namun ia tetap harus mengetahui bagaimana pernjanjian awalnya.Isi wasiat yang pertama dikatakan bahwa semua harta atas nama kakek Salsa bukan miliknya, melainkan milik kakek Imam. Dengan alasan agar keluarga kakek Salsa bisa memanfaatkan aset-aset yang ada untuk menunjang kehidupannya.Lalu, isi wasiat kedua dikatakan bahwa jika kakeknya ingin menjadikan aset-asetnya menjadi hak miliknya, maka harus ada pernikahan resmi untuk mengikat kedua keluarga.Dan isi wasiat terakhirnya, jika pada generasi ketiga tidak ada pernikahan, maka semua aset-aset yang dipinjam akan dikembalikan hak miliknya kepada keluarga kakek Imam.Dibawahnya ditandai dengan tand
Sesuai dengan jam kerja, pukul empat sore Salsa sudah berada di lobby dan akan segera pulang. Namun setelah sampai di depan pintu menuju keluar gedung kantornya, ia tiba-tiba tidak ingin langsung pulang ke apartemennya. Tanpa berpikir panjang, ia akan pergi mengistirahatkan dirinya dari hal-hal yang penat. Ia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kantornya. Dengan santai, ia melewati beberapa macam toko lalu tertuju pada salah satu toko perhiasan. Ia masuk dan melihat-lihat beberapa perhiasan, sekilas Salsa ingin membeli salah satu kalung, namun ia akan melihat-lihat dulu untuk saat ini. “Ada yang bisa saya bantu Mbak?” Tanya seorang pegawai perempuan di toko tersebut. “Saya mau lihat-lihat dulu aja Mbak.” Jawab Salsa seraya tersenyum. Tak jauh dari itu suara seseorang membuatnya menoleh ke belakangnya. Ia membelakkakan matanya, Imam sedang berada tepat di belakangnya dengan seorang wanita pirang nan cantic khas orang barat. Buru-buru ia mencari tempat agar ti
Selama perjalanan menuju apartemen Salsa, tidak satupun diantara mereka yang ingin memulai percakapan. Imam masih merasa kaget karena Salsa mencubit tangannya dengan keras setelah Imam berteriak di Mall tadi.Imam beberapa kali melirik Salsa sambil menahan senyum, entah kenapa Salsa yang sekarang sedang cemberut membuatnya gemas. Sedangkan Salsa sejak tadi masih cemberut dan menyilangkan tangannya di dada tanpa menoleh kemanapun.Imam berdeham cukup keras sampai Salsa meliriknya. Imam tahu itu, reaksi Imam tetap mempertahankan rasa gemasnya."Kamu masih marah sama saya?" Tanya Imam."Mikir aja sendiri." Jawab Salsa dengan kesal dan membuang muka.Imam menahan tawanya. "Saya dari tadi mikir salah saya apa ya?"Salsa menoleh pada Imam dengan tatapan kesal. "Kalau orang mikir biasanya ada gambaran.""Ada ko." Ucap Imam tanpa dosa.Salsa menunggu jawaban tapi matanya diam-diam melirik Imam."Saya tahu kalau tadi kamu cemburu." Lanjut Imam.Salsa langsung memukul lengan Imam tanpa aba-aba,
“Gue gak mau jadi pacar lo, sekarang lo keluar!” Ucap Salsa tak terbantahkan, ia bahkan menarik lengan Imam dengan keras dan mengeluarkannya dari apartemennya, setelah itu ia tutup pintunya dengan keras.Imam sampai memejamkan matanya karena hembusan angin dari pintu yang Salsa tutup dengan kencang. Ia menatap pintu itu dengan senyum hangat, ia suka dengan Salsa yang seperti itu. “Saya pulang dulu kalau begitu, selamat malam.” Ujar Imam lalu pergi ke apartemennya.Semetara di balik pintu, Salsa terduduk lemas sambil memikirkan bagaimana wajahnya tadi saat Imam mengajaknya berpacaran. Ia berpikir bagaimana pikiran Imam sehingga ia secara ugal-ugalan menunjukkan ketertarikannya pada Salsa? Ia juga beripikir mengapa hatinya merasa nyaman saat berada di dekat Imam?Salsa kemudian menampar pipinya dengan keras, mungkin ia sedang bermimpi.“Aw!!”Ia sedirkit menjerit karena kesakitan, berarti ini bukan mimpi. Ia kemudian memejamkan matanya seraya menenangkan suasana hatinya. Ia tidak boleh
Sesampainya mereka di depan gedung apartemen, Salsa turun dari motor dan langsung menyerahkan helm pada Imam.“Makasih udah anterin gue pulang, gue masuk duluan.” Ucap Salsa yang langsung pergi masuk ke dalam gedung.Imam pun segera memarkirkan motornya dan menyusul Salsa masuk ke dalam lift. Untung saja Imam sedikit berlari, kalau tidak, mungkin lift nya akan segera tertutup. Dilihatnya, Salsa sudah menekan tombol lantai tujuan mereka. Imam pun melihat Salsa yang menyender di pinggiran lift sambil berdiri dan memejamkan matanya.Imam kemudian berdiri di sebelah nya dan mengambil tas yang dipakai Salsa, Salsa pun terbangun.“Biar saya yang bawa.” Ucap Imam.Salsa malas berdebat, ia hanya pasrah dan memejamkan matanya kembali. Selama lift berjalan, Imam memerhatikan Salsa. Ia mungkin telah membuat Salsa kelelahan karena nya. Salsa harus berangkat kerja lebih pagi, pulang lebih malam, dan makan dengan di luar dengan diam-diam. Imam pun terkekeh kecil dan Salsa mengetahuinya.“Ngapain lo
Sejak Imam mengaku kalau dirinya tinggal satu gedung apartemen dengan Salsa, Salsa selalu menghindari Imam dengan cara apapun, termasuk berangkat ke tempat kerja nya jam 5 pagi. Imam selalu meminta bantuan Salsa dalam segala urusan, padahal Salsa tahu kalau Imam bisa melakukannya sendiri. Terakhir kali Imam meminta bantuan Salsa adalah meminta bantuan Salsa untuk memasangkan seprai kasur dan sarung bantalnya. Perkara mudah bukan? Setahu Salsa, Imam sudah tinggal mandiri sejak kecil, ia tidak mungkin tidak bisa melakukan hal itu. Senin sore, Salsa harus melembur karena sudah masuk tanggal tua yang membuat pekerjaan kantor tiba-tiba menumpuk. Pukul 8 malam lebih 15 menit Salsa masih berada di gedung kantornya, ia duduk di lobby kantornya sejenak sambil melihat jalanan macet di hadapannya. Ponsel Salsa bergetar menandakan ada yang menelponnya. Segera Salsa mengangkat panggilan itu. “Halo Dhe? Lo udah balik kan?” Tanya Salsa. “Iya gue udah balik nih dari kemarin, baru sampe apart. Lo k
Selama perjalanan menuju apartemen Salsa, tidak satupun diantara mereka yang ingin memulai percakapan. Imam masih merasa kaget karena Salsa mencubit tangannya dengan keras setelah Imam berteriak di Mall tadi.Imam beberapa kali melirik Salsa sambil menahan senyum, entah kenapa Salsa yang sekarang sedang cemberut membuatnya gemas. Sedangkan Salsa sejak tadi masih cemberut dan menyilangkan tangannya di dada tanpa menoleh kemanapun.Imam berdeham cukup keras sampai Salsa meliriknya. Imam tahu itu, reaksi Imam tetap mempertahankan rasa gemasnya."Kamu masih marah sama saya?" Tanya Imam."Mikir aja sendiri." Jawab Salsa dengan kesal dan membuang muka.Imam menahan tawanya. "Saya dari tadi mikir salah saya apa ya?"Salsa menoleh pada Imam dengan tatapan kesal. "Kalau orang mikir biasanya ada gambaran.""Ada ko." Ucap Imam tanpa dosa.Salsa menunggu jawaban tapi matanya diam-diam melirik Imam."Saya tahu kalau tadi kamu cemburu." Lanjut Imam.Salsa langsung memukul lengan Imam tanpa aba-aba,
Sesuai dengan jam kerja, pukul empat sore Salsa sudah berada di lobby dan akan segera pulang. Namun setelah sampai di depan pintu menuju keluar gedung kantornya, ia tiba-tiba tidak ingin langsung pulang ke apartemennya. Tanpa berpikir panjang, ia akan pergi mengistirahatkan dirinya dari hal-hal yang penat. Ia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kantornya. Dengan santai, ia melewati beberapa macam toko lalu tertuju pada salah satu toko perhiasan. Ia masuk dan melihat-lihat beberapa perhiasan, sekilas Salsa ingin membeli salah satu kalung, namun ia akan melihat-lihat dulu untuk saat ini. “Ada yang bisa saya bantu Mbak?” Tanya seorang pegawai perempuan di toko tersebut. “Saya mau lihat-lihat dulu aja Mbak.” Jawab Salsa seraya tersenyum. Tak jauh dari itu suara seseorang membuatnya menoleh ke belakangnya. Ia membelakkakan matanya, Imam sedang berada tepat di belakangnya dengan seorang wanita pirang nan cantic khas orang barat. Buru-buru ia mencari tempat agar ti
Tengah malam, Salsa terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman. Ia merasa haus, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk minum. Salsa melihat secarik kertas di meja makan. Sambil Salsa minum, ia duduk dan membaca isi kertas itu.Ini surat wasiat kakeknya dan kakek Imam. Ia ingat perkataan adiknya bahwa Imam sedikit mengubah perjanjian awal. Namun ia tetap harus mengetahui bagaimana pernjanjian awalnya.Isi wasiat yang pertama dikatakan bahwa semua harta atas nama kakek Salsa bukan miliknya, melainkan milik kakek Imam. Dengan alasan agar keluarga kakek Salsa bisa memanfaatkan aset-aset yang ada untuk menunjang kehidupannya.Lalu, isi wasiat kedua dikatakan bahwa jika kakeknya ingin menjadikan aset-asetnya menjadi hak miliknya, maka harus ada pernikahan resmi untuk mengikat kedua keluarga.Dan isi wasiat terakhirnya, jika pada generasi ketiga tidak ada pernikahan, maka semua aset-aset yang dipinjam akan dikembalikan hak miliknya kepada keluarga kakek Imam.Dibawahnya ditandai dengan tand
Setelah mendapat pesan dari Imam, Salsa mencoba mencari cara dengan Dhea untuk mengetahui lebih dulu tentang siapa Imam. Mungkin akan menjawab pertanyaan mengenai warisan keluarga Salsa.Hampir dua jam Salsa dan Dhea menghabiskan waktu untuk membicarakan hal ini. Dhea tidak mengira Salsa menjalani kehidupan dengan drama pertengkaran dengan ibunya sendiri. Setelah itu, pesan dari Imam pun dibalas, dan Salsa akan menjalani beberapa hasil diskusinya dengan Dhea.Rencana pertama adalah membuat Imam dan Salsa merasa dekat lewat telepon dulu.Salsa : Gue lagi kerja nih, mungkin kalau sekarang via chat aja.Imam : Kerjaan kamu banyak?Salsa : Iya nih, gue lembur juga hari ini. Lo kerja juga kan?Imam : Iya, tapi ada yang mau saya bicarakan sama kamu.Salsa : Soal apa?Imam bingung, ia sudah mendengar gosip warga yang menganggap bahwa Salsa yang mendekatinya dan berniat untuk mengambil hartanya. Padahal bukan seperti itu, Salsa bukan orang yang mengemis kekayaan dari orang lain.Imam langsung
Pagi harinya Salsa terbangun di kasurnya, ia berpikir sejenak. Seingatnya, ia tertidur di mobil Imam, lalu siapa yang memindahkannya? Salsa berjalan keluar kamar, menemukan Resya di meja makan sambil menyantap sarapannya."Tadi malem siapa yang pindahin aku ke kamar?""Kak Imam."Salsa melotot dan langsung duduk di sebelah Resya. "Sendirian?!"Resya mengangguk seraya menyelesaikan sarapannya."Iya semalem kebo banget tidurnya, susah dibangunin, ayah gak akan kuat angkat kakak, jadi kak Imam yang angkat kakak ke kamar."Salsa memejamkan matanya, ia kesal dengan dirinya yang memang kebo bukan main. Ia beranjak menuju kamar mandi sambil berusaha menyingkirkan rasa malunya.Setelah Salsa membersihkan diri dan bersiap-siap ingin bekerja, ia dipanggil ibunya ke depan rumah."Iya kenapa bu?" Tanya Salsa lalu melihat penampilan kedua orang tuanya."Ibu sama Ayah mau melayat ke temen ayah di kampung sebelah, kita berangkat pake mobil nak Imam. Kamu sendiri di rumah gak apa-apa kan?" Jelas ibun
Setelah kejadian tadi, Salsa memperhatikan Imam dalam diam. Ia hanya memastikan kalau Imam baik-baik saja dan dapat mengikuti acara sampai selesai, mungkin setelah Imam menonton Wayang, ia akan merasa lebih baik dan melupakan kejadian tadi.Setelah kejadian itu, Imam meminta Salsa untuk masuk ke tempat acara berlangsung lebih dulu, ia bilang bahwa ia akan membeli cemilan dan minuman untuk mereka berdua. Salsa akan membicarakan hal ini dengan adiknya besok, mungkin ia tahu apa yang terjadi dengan Imam.Tak lama, Imam kembali dengan keresek putih berisi cemilan dan minuman. Sambil menunggu acara mulai, Imam hanya diam sambil menatap kosong panggung di depan mereka."Imam.""Iya kenapa?""Kenapa harus gue yang nikah sama lo?" bertepatan dengan Salsa yang bertanya kepada Imam, Gong di panggung dibunyikan dengan keras."Apa?!" Tanya Imam sambil mendekatkan kupingnya pada Salsa.Salsa kemudian menggeleng dan menatap acara Wayang yang sudah dimulai.Tiga jam berlangsung sebentar untuk Salsa,