Beranda / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 80 Ada apa sebenarnya?

Share

Bab 80 Ada apa sebenarnya?

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 20:24:57
Hazel menarik Luna ke sudut ruangan pesta, menjauhi keramaian para pria yang sedang sibuk bercakap-cakap dengan orang-orang penting. Dengan elegan, Hazel meraih segelas sampanye dari pelayan terdekat dan menyerahkannya kepada Luna.

"Pesta ini cukup ramai. Kau tidak merasa terganggu dengan keramaian seperti ini?" tanya Hazel sambil melirik sekilas ke arah kerumunan yang semakin ramai.

Luna menggeleng pelan, lalu menyesap sampanye miliknya sedikit. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada ringan.

Namun, Hazel tampaknya belum puas. Dia menoleh, menatap Luna dengan penasaran. "Aku masih penasaran, apa yang membuatmu takut dengan keramaian seperti ini sebelumnya? Apakah itu karena ibumu? Atau mungkin sesuatu yang lain?" tanyanya lagi, nada suaranya terdengar lembut namun penuh perhatian.

Luna menghela nafas pelan, ragu sejenak sebelum menjawab. "Aku... aku tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi dulu aku pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat tampil di atas pang
SILAN

Have a good day :)

| 14
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
berfikir cerdas jacob
goodnovel comment avatar
SILAN
semoga ya wkwk
goodnovel comment avatar
SILAN
bulan depan hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 81 Kehangatan

    Mobil hitam Jacob berhenti di pinggir jalan, tapi bukan di depan apartemen seperti yang Luna kira. Supir membuka pintu, membiarkan Jacob dan Luna turun, sebelum melajukan mobil kembali ke tengah keramaian kota. Luna mengernyitkan dahi, kebingungan.“Ada apa? Kita belum sampai rumah,” tanya Luna, menatap Jacob dengan pandangan ingin tahu.Jacob hanya tersenyum tipis, menggenggam tangan Luna dengan lembut. “Aku memang tidak berniat langsung pulang. Aku ingin kita menikmati malam ini lebih lama. Kau tidak keberatan, kan?”Luna menatapnya sebentar, lalu bibirnya melengkung dalam senyuman kecil. “Tentu saja tidak. Tapi, apa yang kau rencanakan?”“Rahasia,” balas Jacob dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh rahasia.Mereka berjalan menyusuri trotoar kota New York yang diterangi oleh lampu jalan dan kilauan neon gedung-gedung tinggi. Setelah beberapa menit, mereka sampai di salah satu gedung pencakar langit yang terkenal. Jacob membawa Luna naik ke puncak gedung, ke sebuah dek observas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 82 Pikiran tajam Jacob

    Setengah jam berlalu, akhirnya Luna menikmati sepiring spageti buatan Jacob. Aroma tomat segar dan taburan keju menciptakan suasana hangat di antara mereka, meski ketegangan beberapa saat lalu hampir saja membuat masakan itu batal tersaji.Mereka makan dalam keheningan, hanya suara garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruangan. Namun, mata Luna sesekali melirik Jacob, tampak ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.“Kapan kita akan kembali ke pulau?” tanya Luna akhirnya, memecah keheningan.Jacob berhenti mengunyah, menatapnya sambil menyesap air minum. “Aku belum tahu,” jawabnya tenang. “Kau ingin kembali ke sana?”Luna mengangguk kecil. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Jacob melanjutkan, “Sayangnya, untuk seka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 83 kekhawatiran Jacob

    Pintu kamar Luna terbuka perlahan tanpa suara, saat Jacob menyelinap masuk dengan hati-hati. Cahaya lampu tidur yang temaram menerangi wajah gadis itu yang terlelap dalam damai, nafasnya teratur, dan helaian rambutnya tergerai di atas bantal. Jacob berdiri di sisi ranjang, menatap Luna dengan ekspresi rumit, ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak.Ia masih berusaha menerima kenyataan bahwa Luna mungkin saja anak dari Russel Calderon. Jika benar begitu, maka ini bukan sekadar kejutan, melainkan ancaman besar.Jacob mengepalkan tangan di sisinya, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Jika darah Russel benar-benar mengalir dalam tubuh Luna, maka itu berarti gadis ini terikat pada masa lalu kelam yang selama ini coba ia hindari."Semoga saja aku salah… Aku hanya berharap kau bukan anaknya, Luna." Batin Jacob, menatap gadis itu dengan perasaan bercampur aduk.Ditatapnya wajah Luna lebih lama dari yang seharusnya, seolah mencari jawaban di sana. Hatinya berbisik untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 84 Kecurigaan Russel

    Sudah satu minggu semenjak Russel mengira Keith adalah putrinya, ia sengaja menyuruh seseorang untuk mengawasi gadis itu secara diam-diam. Dan selama satu minggu ini, tidak ada kejanggalan yang terjadi atau sesuatu yang mencurigakan. Tapi Russel masih belum tenang. Ia menoleh ke arah anak buahnya yang berdiri tegap di hadapannya. "Sudah keluar hasilnya?" tanyanya, suaranya dalam dan penuh kewaspadaan. Pria itu mengangguk, lalu mengeluarkan amplop berlogo rumah sakit, hasil tes DNA antara dirinya dan Keith. Namun sebelum amplop itu sempat dibuka, ketukan terdengar di pintu. Russel mengernyit. Belum sempat mempersilahkan siapapun masuk, sosok yang paling tak ingin dilihatnya muncul begitu saja, Leah Hamilton. Russel menatapnya tajam, wajahnya langsung mengeras. "Apa yang kau lakukan di sini?" Anak buahnya langsung undur diri, meninggalkan mereka berdua dalam ketegangan yang menggantung di udara. Leah hanya menyeringai, tidak terlihat sedikit pun rasa takut di wajahnya. "Tentu saj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 85 Mata-mata

    Sesuai dugaannya, Leah tidak akan menyerahkan Luna dengan mudah. Jika wanita itu hanya menginginkan uang, seharusnya sejak dulu ia sudah memberikan Luna kepadanya. Tapi kenyataannya, Leah terus menyembunyikan putrinya, dan Russel harus mencari tahu alasannya.Satu hal yang pasti, Leah mengetahui keberadaan Luna yang asli. Sekarang, Russel hanya perlu membongkar rahasia itu.Dengan rahang mengeras dan ekspresi geram, Russel melangkah keluar dari apartemen tempat Keith dijemput paksa. Langkahnya tegas menuju perusahaan, di mana asistennya sudah menunggunya dengan ekspresi serius."Sudah sejauh mana penyelidikanmu? Apa ada titik terang alasan Leah berusaha menyembunyikan Luna dariku?" tanyanya tanpa basa-basi.Asistennya menggeleng pelan. "Maaf, Tuan. Saya belum mendapatkan informasi dari tim di lapangan. Tapi... saya baru saja menerima laporan yang mungkin berkaitan dengan masalah ini."Ia menyerahkan sebuah iPad. Dengan cepat, Russel mengambilnya dan membaca isi laporan yang tertera di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 86 Liburan

    Yacht melaju dengan tenang, membelah perairan biru yang berkilauan di bawah cahaya matahari sore. Angin laut membelai wajah Luna, sementara matanya tak lepas dari sosok Jacob yang begitu terampil mengemudikan kapal. Setiap gerakannya penuh percaya diri, seakan laut ini adalah rumah keduanya.Luna menghela nafas pelan, dalam hati bertanya-tanya mengenai apa sebenarnya yang tidak bisa Jacob lakukan? Pria ini sudah membuktikan kepiawaiannya dalam mengendarai mobil, menerbangkan helikopter, dan kini, mengendalikan yacht dengan begitu mudah."Kita akan pergi dua malam, bagaimana dengan persediaan kita selama perjalanan?" tanyanya, sedikit khawatir.Jacob menoleh, lalu mengaktifkan mode kendali otomatis sebelum menghampiri Luna. Dengan gerakan santai, ia menggenggam tangannya dan membawanya ke sebuah ruangan di dalam kapal."Ayo, aku tunjukkan sesuatu."Saat Luna melangkah masuk, ia melihat rak-rak yang penuh dengan makanan instan dan minuman. Tidak ada peralatan memasak rumit, hanya microwa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 87 Berbagi kenikmatan

    Di dalam yacht yang bergoyang lembut mengikuti irama ombak, hanya ada satu kamar tidur yang tersedia. Udara malam yang sejuk merayap masuk melalui jendela kecil, menciptakan suasana yang tenang dan intim. Lampu kamar temaram, mewarnai ruangan dengan kilauan keemasan yang samar.Jacob dan Luna berbaring bersebelahan di ranjang yang tidak terlalu luas. Keheningan melingkupi mereka, hanya terdengar suara nafas yang bersahutan, seolah berbicara dalam bahasa yang tak terlihat. Jacob menutup matanya sejenak, menarik nafas panjang sebelum akhirnya memecah keheningan."Luna," suaranya rendah, hampir seperti bisikan. "Apa kau tidak penasaran… siapa ayahmu sebenarnya?"Luna tidak langsung menjawab. Ia menoleh sekilas ke arah Jacob sebelum kembali menatap langit-langit kamar."Tentu saja aku penasaran," katanya pelan. "Tapi selama dua puluh tahun aku hidup, aku hanya dua kali bertemu dengannya. Dan itu pun… aku bahkan tidak ingat seperti apa wajahnya."Jacob mengamati ekspresi Luna di bawah cahay

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 88 Ketenangan yang singkat 

    Kulit tubuh mereka saling bersentuhan, angin berhembus menjadi saksi cumbuan Jacob yang semakin dalam, bibirnya menjelajah dengan penuh penguasaan, meninggalkan jejak gairah di sepanjang kulit Luna. Tangannya dengan lembut menelusuri lekuk tubuh gadis itu, seolah ingin menghafal setiap inci dirinya.Namun, di tengah kenikmatan yang menggelitik indranya, Luna menyadari satu hal bahwa mereka masih berada di dek belakang, di ruang terbuka, di bawah langit luas tanpa penghalang.“Tuan… kita ada di luar,” bisiknya, suaranya bergetar antara kesadaran dan godaan yang menariknya kembali ke pelukan Jacob.Jacob mengangkat wajahnya, menatap Luna dengan mata yang menggelap oleh hasrat. “Dan?” tanyanya, suaranya rendah dan menggoda.Luna menelan ludah, mengedarkan pandangan dengan gelisah. “Bagaimana kalau ada yang melihat?”Jacob tersenyum, ia mencium bibir gadis itu sekilas. "Tak ada yang melihat, hanya ada kita berdua." jawabnya.Sejenak, Luna masih ragu, tapi Jacob tahu bagaimana membuatnya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 134 Pasrah

    Jacob baru saja tiba di apartemennya, tubuhnya terasa berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ia langsung terjatuh ke sofa, menghembuskan nafas panjang sambil tersenyum kecil.“Rasanya aku sedang menyembunyikan harta karun yang diincar oleh banyak orang,” gumamnya, mencoba mencairkan suasana dalam pikirannya sendiri. Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia terdiam, bahunya bersandar ke belakang sementara kepalanya setengah mendongak, menatap langit-langit apartemen yang kosong.Pikirannya melayang ke Luna. Saat ini, ia hanya bisa mempercayakan Luna pada Hazel. Tapi satu hal yang tak bisa ia lupakan, ia hanya punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua masalah ini. Tekanan itu terasa begitu berat, seperti batu besar yang menindih dadanya.Jacob menyentuh keningnya, memijatnya perlahan. Bukan perusahaan yang ia khawatirkan, ia yakin bisa mengatasi itu. Yang membuatnya gelisah adalah Luna. Ia harus memastikan bahwa Russel tidak akan menemukan keberadaan gadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 133 Masih berlanjut

    Suasana persaingan semakin memanas, tiada hari tanpa kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran. Sudah tiga hari berlalu sejak Jacob membawa Luna menjauh dari cengkeraman Russel Calderon. Tiga hari yang penuh dengan ketegangan, di mana setiap langkah Jacob selalu diawasi oleh mata-mata yang dikirim oleh Russel. Jacob tahu betul bahwa ia harus berhati-hati, setiap gerak-geriknya bisa menjadi bumerang yang membahayakan Luna.Di dalam ruang kerjanya yang megah, Jacob sibuk mengurus tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Tangannya bergerak cepat, matanya fokus pada setiap detail yang tertulis di sana. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika pintu ruangannya terbuka dengan keras. Ayahnya masuk dengan langkah yang penuh wibawa. Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucap Dustin, suaranya berat dan penuh otoritas.Jacob yang langsung paham arti di balik kalimat itu, segera menghentikan pekerjaannya. Ia bangkit

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 132 Bersembunyi lagi

    Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota New York, di mana alam masih begitu liar dan tak tersentuh oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, terdapat sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, seolah menjadi penjaga alami bagi tempat itu.Tak jauh dari rumah, sebuah sungai mengalir dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Namun, ketenangan alam itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Luna, yang saat ini duduk di atas batu besar di pinggir sungai, pandangannya kosong menatap air yang mengalir.Hazel keluar dari rumah, matanya langsung mencari Luna. Ia melihat gadis itu duduk sendirian, terlihat seperti tenggelam dalam lamunan yang dalam. Perlahan Hazel mendekat, langkahnya pelan agar tidak mengganggu ketenangan Luna. Ia memperhatikan Luna dengan penuh perhatian. Menjadi seseorang yang diperebutkan seperti ini pastilah tidak menyenangkan. Luna hanya menginginkan kebebasan, tapi orang-orang di sekitarnya terlal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 131 Tamu tidak diundang

    Hari sudah semakin larut, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung. Jacob bangkit dari duduknya, tubuhnya terlihat tegap meski kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Luna, mengajak gadis itu untuk berdiri. Tanpa ragu, Luna menerima tangan Jacob, dan mereka pun berdiri saling berhadapan, tatapan mereka saling bertaut dalam keheningan yang penuh makna. “Aku tidak ingin menjadi beban untukmu,” ucap Luna, suaranya lirih namun sarat dengan emosi. Sorot matanya menunjukkan kebingungan yang mendalam, pertarungan batin antara rasa cintanya pada Jacob dan kekhawatirannya akan perseteruan sengit antara Jacob dan Russel yang tak kunjung usai. Tapi, Jacob dengan tenang hanya tersenyum lembut. Tangannya terulur, membelai rambut Luna dengan penuh kelembutan. “Sama sekali tidak,” katanya, suaranya tegas namun hangat. “Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai beban sejak pertama kali kita be

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 130 Ini tidak mudah

    Beberapa saat sebelumnya, suasana tegang sudah mulai terasa. Setelah Nico menjauh dari Luna, ponsel Luna bergetar singkat. Sebuah pesan dari Jacob muncul di layar, “Dimana posisimu?” tanyanya singkat, namun penuh urgensi.Luna dengan jantung berdebar kencang, segera menghubungi Jacob sambil berjalan menjauh. Begitu telepon tersambung, suara Jacob yang tegas langsung terdengar. “Luna, kau di sebelah mana?”“Aku ada di lantai tiga,” jawab Luna dengan suara cemas, matanya terus melirik ke sekeliling, takut ketahuan oleh siapa pun.“Sekarang ikuti arahanku. Keluar melalui tangga darurat. Aku akan menunggu di bawah,” perintah Jacob dengan nada yang tidak bisa ditawar.Luna mengangguk, meskipun Jacob tidak bisa melihatnya. Ia segera mematikan panggilan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat Russel dan George keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka berlangsung. Luna mundur perlahan, bersembunyi di balik dinding, menunggu kedua pria tua itu pergi. Detak jantungnya semakin kencang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 129 Kabur 

    Di depan cermin besar yang memantulkan cahaya redup kamarnya, Luna berdiri tegak, mengenakan dress hitam tanpa lengan yang sederhana namun elegan. Dress itu sengaja ia pilih tidak terlalu formal atau ketat agar ia bisa bergerak leluasa, terutama jika situasi memaksanya untuk berpacu dengan waktu.Detak jantungnya masih berdegup kencang, seperti drum yang dipukul tak beraturan. Pikirannya melayang pada Jacob. Ia khawatir, sangat khawatir, kalau-kalau Russel akan mengetahui niat Jacob. Jika itu terjadi, Jacob bisa berada dalam masalah."Aku sepertinya sangat egois," batin Luna, menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, ia tidak ingin menjerumuskan Jacob ke dalam masalah. Disisi lain, ia juga tidak ingin dipaksa menjalani hidup dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, apalagi dijodohkan tanpa persetujuannya.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas memecah kesunyian. Russel muncul di balik pintu, wajahnya seperti biasa, dingi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 127 Mengetahui rahasia

    Kejahilan Nico masih terus berlanjut, dan meskipun tindakannya tidak berbahaya, tetap saja itu membuat Luna merasa kesal. Pagi ini, saat Luna membuka pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget oleh pemandangan yang tidak terduga. Sebuah boneka dengan hanya kepala yang tersisa tergantung di depan pintu kamarnya, matanya kosong dan senyumnya mengerikan. Luna menjerit kaget, jantungnya berdebar kencang."Astaga!" teriak Luna, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.Dari ujung lorong, Nico muncul dengan senyum puas di wajahnya. Luna memijat keningnya, mencoba menenangkan diri. "Aku pikir dia sudah berhenti dengan kejahilannya. Ternyata aku salah," batinnya, sambil menghela nafas panjang.Luna memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu paginya. Ia berjalan menuju meja makan, berharap bisa menikmati sarapan dengan tenang. Tapi, kali ini Russel Calderon tidak hadir di meja makan. Suasana terasa sedikit berbeda, biasanya pria itu duduk di ujung meja dengan wajah serius. Luna me

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 126 Jahil tapi ragu-ragu

    Beberapa hari tinggal di kediaman megah keluarga Calderon, Luna mulai merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun ia dikelilingi oleh kemewahan, tas-tas desainer, pakaian mahal, dan perhiasan berkilauan, semua itu terasa hampa.Barang-barang mewah yang dulu hanya ia lihat di miliki orang kaya, sekarang memenuhi kamarnya. Tapi entah mengapa, semua itu tak bisa mengisi kekosongan di hatinya. Rasanya seperti memakai topeng yang terlalu besar untuk wajahnya, tak nyaman dan tak cocok."Jika Anda membutuhkan sesuatu lagi, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku," ucap Nolan sambil meletakkan beberapa tas belanjaan terbaru di sudut kamar Luna. Suaranya datar, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Luna merasa tidak nyaman. Seperti ada niat tersembunyi di balik setiap pandangannya.Luna hanya mengangguk, mencoba tersenyum tipis. Tapi begitu Nolan pergi, ia menghela nafas lega. Ia memperhatikan bahu Nolan yang semakin menjauh, lalu menghilang di balik pintu yang tertutup rapat. Sejak Nolan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status