Share

Bab 77 Pesta

Author: SILAN
last update Huling Na-update: 2025-01-23 18:52:17
Fajar baru saja menyingsing ketika Luna terbangun dari tidurnya. Kamar itu terasa sunyi, hanya menyisakan jejak kehangatan dari orang yang sebelumnya berbaring di sampingnya sementara di atas meja, ada sepasang pakaian yang pasti di siapkan oleh Jacob.

Dengan gerakan lambat, Luna bangkit dari tempat tidur dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Mungkin Jacob sudah berangkat kerja seperti biasanya, pikirnya. Tapi begitu ia selesai mengenakan pakaian dan keluar dari kamar, ia mendengar suara ritmis dari mesin treadmill di ruang olahraga.

Jacob masih di sana.

Pria itu terlihat fokus, tubuhnya bergerak mantap di atas treadmill, dengan headphone terpasang di telinganya. Wajahnya penuh konsentrasi, tidak menyadari keberadaan Luna yang berdiri di ambang pintu memperhatikannya sejenak. Tak ingin mengganggu, Luna segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Aroma masakan yang menggoda akhirnya menyadarkan Jacob dari kesibukannya. Pria itu menoleh, melepas headphone dan mengalihkan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Dewa Arum Laroz
mksh kk d tunggu trs lnjutannya ...
goodnovel comment avatar
SILAN
Banget banget pokoknya
goodnovel comment avatar
SILAN
belum aku ketik shay, ntar ya agak malam hehe
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 78 Pengganggu

    Jacob menatap Nico dengan tidak senang karena ia sadar Nico memperhatikan Luna, lantas dengan terang terangan Jacob melingkarkan tangannya di pinggang Luna dengan tatapan tajam penuh peringatan."Kau salah orang, wanitaku tidak mengenal remaja arogan sepertimu." setelah berkata demikian, Jacob mengajak Luna ke tempat duduk mereka.Sejenak Nico merasa tidak puas, ia menatap Jacob dan Luna yang pergi menjauh. Ia yakin kalau sebelumnya pernah melihat Luna di suatu tempat, tapi ia benar-benar tidak ingat dimana. "Sepertinya dia punya wajah yang pasaran," Nico pun menggelengkan kepala dan ia menoleh ke arah pintu, seketika wajah tidak senangnya menjadi penuh kebencian saat melihat ayahnya datang bersama Keith, yang saat ini status dikenal sebagai bagian keluarga Calderon. Disisi lain, Keith tampak penuh percaya diri saat ia melangkah masuk ke dalam pesta tersebut. Pada akhirnya ia bisa punya status sebagai anak konglomerat yang disegani, dan hadir di pesta seperti ini dengan barang-barang

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 79 Takut ketahuan

    Jacob masih berada di ruang acara saat Luna berpamitan ke toilet, satu menit pertama saat Luna pergi sendirian mendadak saja membuatnya cemas. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu sendirian, karena Jacob belum memastikan sepenuhnya apakah trauma Luna sudah sembuh atau belum.Jacob menghela nafas berat, berusaha menenangkan dirinya. Namun, setiap detik yang berlalu hanya membuat kegelisahannya semakin menjadi. Akhirnya, ia memutuskan bangkit dari kursinya dan berjalan menuju arah toilet. Ia tak akan tenang sampai memastikan Luna baik-baik saja."Bahkan satu menit pun aku tak bisa membiarkannya jauh dariku," gumam Jacob lirih, tangannya mengepal seolah memarahi dirinya sendiri karena merasa terlalu protektif.Ia melewati koridor panjang menuju ke arah toilet, ketika langkahnya sudah cukup dekat ke toilet wanita, Jacob berhenti sejenak saat ia mendengar suara seorang perempuan berseru."Dasar pencuri!" ucap seseorang yang kemudian dengan jelas ada suara Luna membalas tuduhan tersebut. Jacob

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 80 Ada apa sebenarnya?

    Hazel menarik Luna ke sudut ruangan pesta, menjauhi keramaian para pria yang sedang sibuk bercakap-cakap dengan orang-orang penting. Dengan elegan, Hazel meraih segelas sampanye dari pelayan terdekat dan menyerahkannya kepada Luna."Pesta ini cukup ramai. Kau tidak merasa terganggu dengan keramaian seperti ini?" tanya Hazel sambil melirik sekilas ke arah kerumunan yang semakin ramai.Luna menggeleng pelan, lalu menyesap sampanye miliknya sedikit. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada ringan.Namun, Hazel tampaknya belum puas. Dia menoleh, menatap Luna dengan penasaran. "Aku masih penasaran, apa yang membuatmu takut dengan keramaian seperti ini sebelumnya? Apakah itu karena ibumu? Atau mungkin sesuatu yang lain?" tanyanya lagi, nada suaranya terdengar lembut namun penuh perhatian.Luna menghela nafas pelan, ragu sejenak sebelum menjawab. "Aku... aku tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi dulu aku pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat tampil di atas pang

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 81 Kehangatan

    Mobil hitam Jacob berhenti di pinggir jalan, tapi bukan di depan apartemen seperti yang Luna kira. Supir membuka pintu, membiarkan Jacob dan Luna turun, sebelum melajukan mobil kembali ke tengah keramaian kota. Luna mengernyitkan dahi, kebingungan.“Ada apa? Kita belum sampai rumah,” tanya Luna, menatap Jacob dengan pandangan ingin tahu.Jacob hanya tersenyum tipis, menggenggam tangan Luna dengan lembut. “Aku memang tidak berniat langsung pulang. Aku ingin kita menikmati malam ini lebih lama. Kau tidak keberatan, kan?”Luna menatapnya sebentar, lalu bibirnya melengkung dalam senyuman kecil. “Tentu saja tidak. Tapi, apa yang kau rencanakan?”“Rahasia,” balas Jacob dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh rahasia.Mereka berjalan menyusuri trotoar kota New York yang diterangi oleh lampu jalan dan kilauan neon gedung-gedung tinggi. Setelah beberapa menit, mereka sampai di salah satu gedung pencakar langit yang terkenal. Jacob membawa Luna naik ke puncak gedung, ke sebuah dek observas

    Huling Na-update : 2025-01-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 82 Pikiran tajam Jacob

    Setengah jam berlalu, akhirnya Luna menikmati sepiring spageti buatan Jacob. Aroma tomat segar dan taburan keju menciptakan suasana hangat di antara mereka, meski ketegangan beberapa saat lalu hampir saja membuat masakan itu batal tersaji.Mereka makan dalam keheningan, hanya suara garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruangan. Namun, mata Luna sesekali melirik Jacob, tampak ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.“Kapan kita akan kembali ke pulau?” tanya Luna akhirnya, memecah keheningan.Jacob berhenti mengunyah, menatapnya sambil menyesap air minum. “Aku belum tahu,” jawabnya tenang. “Kau ingin kembali ke sana?”Luna mengangguk kecil. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Jacob melanjutkan, “Sayangnya, untuk seka

    Huling Na-update : 2025-01-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 83 kekhawatiran Jacob

    Pintu kamar Luna terbuka perlahan tanpa suara, saat Jacob menyelinap masuk dengan hati-hati. Cahaya lampu tidur yang temaram menerangi wajah gadis itu yang terlelap dalam damai, nafasnya teratur, dan helaian rambutnya tergerai di atas bantal. Jacob berdiri di sisi ranjang, menatap Luna dengan ekspresi rumit, ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak.Ia masih berusaha menerima kenyataan bahwa Luna mungkin saja anak dari Russel Calderon. Jika benar begitu, maka ini bukan sekadar kejutan, melainkan ancaman besar.Jacob mengepalkan tangan di sisinya, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Jika darah Russel benar-benar mengalir dalam tubuh Luna, maka itu berarti gadis ini terikat pada masa lalu kelam yang selama ini coba ia hindari."Semoga saja aku salah… Aku hanya berharap kau bukan anaknya, Luna." Batin Jacob, menatap gadis itu dengan perasaan bercampur aduk.Ditatapnya wajah Luna lebih lama dari yang seharusnya, seolah mencari jawaban di sana. Hatinya berbisik untuk m

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 84 Kecurigaan Russel

    Sudah satu minggu semenjak Russel mengira Keith adalah putrinya, ia sengaja menyuruh seseorang untuk mengawasi gadis itu secara diam-diam. Dan selama satu minggu ini, tidak ada kejanggalan yang terjadi atau sesuatu yang mencurigakan. Tapi Russel masih belum tenang. Ia menoleh ke arah anak buahnya yang berdiri tegap di hadapannya. "Sudah keluar hasilnya?" tanyanya, suaranya dalam dan penuh kewaspadaan. Pria itu mengangguk, lalu mengeluarkan amplop berlogo rumah sakit, hasil tes DNA antara dirinya dan Keith. Namun sebelum amplop itu sempat dibuka, ketukan terdengar di pintu. Russel mengernyit. Belum sempat mempersilahkan siapapun masuk, sosok yang paling tak ingin dilihatnya muncul begitu saja, Leah Hamilton. Russel menatapnya tajam, wajahnya langsung mengeras. "Apa yang kau lakukan di sini?" Anak buahnya langsung undur diri, meninggalkan mereka berdua dalam ketegangan yang menggantung di udara. Leah hanya menyeringai, tidak terlihat sedikit pun rasa takut di wajahnya. "Tentu saj

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 85 Mata-mata

    Sesuai dugaannya, Leah tidak akan menyerahkan Luna dengan mudah. Jika wanita itu hanya menginginkan uang, seharusnya sejak dulu ia sudah memberikan Luna kepadanya. Tapi kenyataannya, Leah terus menyembunyikan putrinya, dan Russel harus mencari tahu alasannya.Satu hal yang pasti, Leah mengetahui keberadaan Luna yang asli. Sekarang, Russel hanya perlu membongkar rahasia itu.Dengan rahang mengeras dan ekspresi geram, Russel melangkah keluar dari apartemen tempat Keith dijemput paksa. Langkahnya tegas menuju perusahaan, di mana asistennya sudah menunggunya dengan ekspresi serius."Sudah sejauh mana penyelidikanmu? Apa ada titik terang alasan Leah berusaha menyembunyikan Luna dariku?" tanyanya tanpa basa-basi.Asistennya menggeleng pelan. "Maaf, Tuan. Saya belum mendapatkan informasi dari tim di lapangan. Tapi... saya baru saja menerima laporan yang mungkin berkaitan dengan masalah ini."Ia menyerahkan sebuah iPad. Dengan cepat, Russel mengambilnya dan membaca isi laporan yang tertera di

    Huling Na-update : 2025-01-31

Pinakabagong kabanata

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 191 Menuju hari bahagia

    Hari yang dinantikan itu akhirnya tiba, hari pernikahan yang telah lama mereka perjuangkan. Halaman belakang rumah Jacob kini telah berubah menjadi taman kecil penuh kehangatan. Rangkaian bunga putih dan emas menjuntai indah di setiap sudut, kursi-kursi tamu tersusun rapi, dan langit biru seolah memberkati segala hal yang akan terjadi hari ini.Tak ada keramaian mewah, tak ada kilatan media. Hanya keluarga, orang-orang yang ikut meramaikan pesta pernikahan sederhana tersebut. Sebuah pesta kecil yang hangat, seperti yang Jacob dan Luna impikan.Jacob duduk di kursi rodanya, mengenakan tuksedo hitam yang disesuaikan dengan elegan. Tatapannya sesekali melayang ke arah pintu rumah yang masih tertutup rapat. Di balik pintu itu, mungkin saja Luna tengah bersiap. Dan sebentar lagi, pintu itu akan terbuka… membiarkannya melihat sosok perempuan yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.Jantung Jacob berdebar tak karuan. Ia bukan pria yang mudah gugup, namun hari ini berbeda. Di balik senyum te

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 190 Makan malam

    Beberapa jam telah berlalu sejak panggilan tak terduga dari Russel. Kini, Luna dan Jacob tengah duduk berdampingan di dalam mobil yang perlahan melaju memasuki kawasan rumah keluarga Calderon. Gerbang utama terbuka otomatis, memperlihatkan jalanan beraspal mulus yang membentang panjang, diapit pepohonan tinggi dan taman yang tertata rapi.Luna menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Mobil terus melaju, tapi pikirannya seolah terhenti di masa lalu, masa di mana rumah itu tak pernah benar-benar terasa seperti rumah baginya. Butuh hampir sekitar sepuluh menit bagi kendaraan itu untuk sampai ke pintu utama, dan tiap detik terasa seperti perjalanan menyusuri kenangan yang tak selalu menyenangkan.Mobil akhirnya berhenti di depan anak tangga marmer yang megah. Luna turun lebih dulu, mengenakan gaun sederhana berwarna pastel, lalu berbalik melihat Jacob yang sedang dibantu keluar oleh asistennya. Namun sebelum asistennya sempat mendorong kursi roda Jacob, sosok yang tak asing tiba-ti

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 189 Kesiapan

    Keesokan paginya, rumah Jacob tampak lebih sibuk dari biasanya. Ia telah mengatur seseorang untuk membawakan beberapa model gaun pengantin untuk Luna. Waktu mereka memang terbatas, tak cukup untuk membuat desain gaun dari nol. Tapi Jacob memastikan satu hal, gaun itu tetap harus pas dan spesial, disesuaikan dengan bentuk tubuh Luna yang mungil, sebelum kehamilannya mulai mengubah segalanya.Jacob ingin mempercepat hari pernikahan, bukan karena terburu-buru, melainkan agar Luna bisa merasakan momen indah menjadi seorang mempelai wanita sepenuhnya, tanpa harus menunggu hingga bayinya lahir.Kali ini, Jacob menolak mengadakan pesta besar seperti dulu. Ia masih dibayangi trauma atas insiden yang merenggut kebahagiaannya di masa lalu. Ia menginginkan sebuah pemberkatan sederhana di halaman belakang rumah, di antara keluarga dan orang-orang yang benar-benar mereka cintai.Satu per satu gaun dicoba. Luna keluar dari kamar mengenakan gaun pertamanya. Mata Jacob mengamati seksama, gaun itu mema

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 188 Restu

    Mobil hitam itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya klasik. Dengan penuh kehati-hatian, asisten pribadi Jacob mendorong kursi rodanya masuk ke dalam. Di sebuah ruangan luas namun terasa sepi, Russel telah menunggu. Begitu pintu tertutup, hawa ruangan seketika berubah tegang, seolah udara pun ikut menahan nafas.Jacob mengangkat tangannya, memberi isyarat pada asistennya untuk pergi. Ia ingin bicara tanpa perantara, hanya ia dan Russel.Tak ada sapaan. Tak ada basa-basi. Hanya tatapan tajam yang saling bersilangan di antara mereka.Hingga akhirnya, Jacob yang pertama kali memecah keheningan. Suaranya tenang, namun ada ketegasan yang tak bisa disangkal."Aku rasa, Anda sudah tahu alasan kedatanganku ke sini."Russel menatapnya dalam-dalam. Jacob bisa merasakan beratnya tatapan itu, sebuah penolakan yang belum diucapkan, sebuah pertarungan harga diri yang tak terlihat."Ya," jawab Russel akhirnya, suaranya dalam dan berat. "Aku sudah tahu segalanya tentang dirimu dan Luna.

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 187 Pengakuan resmi Nico

    Jacob jadi kepikiran dengan apa yang Nico katakan, namun ia mencoba untuk mengenyahkan hal itu karena mulai hari ini ia akan mulai menyiapkan pernikahannya dengan Luna."Jadi... kau benar-benar akan menikah dengan Luna minggu depan?" tanya Nico sekali lagi, memastikan dengan nada setengah tak percaya.Jacob mengangguk, kali ini dengan ketegasan yang tak bisa digoyahkan. "Aku serius," jawabnya mantap.Nico tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, kau harus membujuk ayahku. Kau tahu betapa besarnya kebenciannya padamu."Jacob tersenyum tipis, seolah semua kebencian Russel sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak lagi menakutkannya. "Aku tahu. Tapi itu urusanku. Kau tak perlu memikirkannya."Nico hanya mengangguk, kemudian matanya mencari-cari sosok lain di sekitar ruangan. "Aku ingin bicara dengan Luna," katanya, dan tanpa menunggu jawaban, ia beranjak pergi meninggalkan Jacob.Melihat itu, Jacob pun segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorangSementara itu, di si

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 186 Kedatangan Nico

    Rumah Jacob kembali sunyi setelah kepergian Hazel dan ketiga anak Deon. Riuh tawa yang tadi memenuhi setiap sudut kini tinggal kenangan samar di dinding. Hanya ada Luna dan Jacob yang duduk berdekatan di sofa ruang tamu, dalam diam yang terasa asing namun nyaman. Sisa tawa dan langkah kaki yang hilang, tergantikan oleh suara alam malam dan detak pelan waktu.Selama lima belas menit mereka hanya duduk, membiarkan keheningan menjadi jeda dari semua keramaian yang tadi terjadi. Hingga akhirnya, suara pelan Luna memecah sunyi itu."Apakah kau benar-benar serius ingin melangsungkan pernikahan secepat itu?"Jacob menoleh padanya, lalu mengangguk mantap. “Ini waktu yang paling tepat. Sebelum musim gugur datang dan hari-hari menjadi lebih dingin. Aku ingin kita mengikat janji sebelum daun-daun berguguran.” Suaranya tenang, penuh keyakinan. “Dan jangan khawatir soal persiapannya, aku akan urus semuanya. Kita akan buat pesta kecil saja di halaman belakang, sederhana, tapi hangat, bersama keluar

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 185 Keseruan hari ini

    Malam pertama Jacob di rumah barunya berubah menjadi lebih riuh dari yang ia bayangkan. Bukan karena pesta besar atau acara formal, tapi karena kehadiran empat perempuan yang membuat suasana jadi ramai, ketiga anak Deon dan tentu saja Hazel yang tidak pernah kekurangan energi.Setelah makan malam, mereka semua menghilang ke dalam salah satu kamar. Jacob sempat hendak ikut masuk, penasaran dengan apa yang terjadi, tapi niatnya langsung dipatahkan oleh ucapan tajam dari anak bungsu Deon.“Tidak boleh masuk! Ini area terlarang untuk laki-laki malam ini!” serunya sambil menutup pintu dengan dramatis.Di dalam kamar, suasana jauh dari tenang. Diana si paling cerewet, sedang memandangi rambut Luna dengan penuh semangat.“Kau pernah potong rambut sebelumnya?” tanyanya sambil memegang ujung rambut Luna yang nyaris menyentuh pinggang.Luna tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Hampir satu tahun sejak terakhir kali aku memotong rambutku, dulu rambutku sebatas leher."“Astaga, kau pasti kelihatan ma

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 184 Menjalani kehidupan

    Setelah melewati hari-hari panjang di rumah sakit, akhirnya Jacob bisa kembali pulang. Tapi kali ini, bukan ke apartemen lamanya di tengah kota, melainkan ke sebuah rumah yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan, rumah yang pernah ia beli, namun belum sempat ia tinggali. Lokasinya tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, berdiri megah di tepi danau kecil dengan udara yang segar dan suasana yang mendamaikan.Mobil berhenti tepat di depan rumah. Dua penjaga pribadi segera sigap membantu Jacob turun dari kursi mobil dan membawanya ke kursi roda yang telah disiapkan. Tak ada pilihan lain, kakinya belum mampu menopang tubuhnya sendiri. Kali ini, Jacob benar-benar harus bergantung pada bantuan orang lain."Ini… di mana?" tanya Luna sambil menatap ke sekeliling, kagum oleh keindahan alam yang membingkai rumah tersebut.Jacob menoleh ke arahnya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Ini rumahku. Aku membelinya bertahun-tahun lalu, tapi belum pernah tinggal di sini. Dulu kupikir, tempat ini akan m

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 183 Kabar bahagia

    Kabar bahwa Jacob telah siuman menyebar secepat cahaya dan sampai ke telinga Luna tepat saat senja menutup hari. Setelah lima belas hari penuh doa, penantian, dan ketidakpastian, akhirnya hari yang ia nantikan datang juga. Hari ketika dua kabar besar mengisi hatinya, kehamilannya... dan kembalinya Jacob dari ambang batas kesadaran.Namun, kebahagiaan itu tak bisa sepenuhnya ia ungkapkan. Hazel sempat menyarankan agar kabar tentang kehamilan Luna tidak langsung disampaikan kepada Jacob. Pria itu baru saja sadar, tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Rasa bahagia yang terlalu intens bisa saja menjadi tekanan baru. Maka, mereka sepakat untuk menunda dua hari saja. Dua hari sebelum kabar tentang dua jiwa kecil di dalam tubuh Luna sampai ke telinga Jacob.Luna duduk di sisi ranjang Jacob, jemarinya menggenggam tangan kekasihnya dengan lembut, seolah tak ingin melepaskannya lagi."Aku senang akhirnya kau sadar setelah tidur selama lima belas hari," bisiknya dengan suara penuh haru.Jacob tak bisa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status