ZOLA
Aku nggak tahu bagaimana cara menanggapi ocehan Cassandra yang bahkan mengaku-ngaku sudah tidur dengan Zach. Tapi dalam hal ini aku tahu siapa yang harus kupercayai.Masih terngiang di telinga saat tadi Zach mengatakan, “Mungkin aku memang bajingan, tapi aku hanya akan meniduri perempuan yang aku cintai. Aku nggak bakal bisa nggelakuin itu dengan perempuan yang nggak aku cintai, La.”Aku memutuskan untuk memercayai Zach daripada orang luar yang jelas-jelas mencintai orang yang mencintaiku. Andai saja bisa aku ingin merekam semua perkataan Cassandra dan memberitahu pada Zach sebagai bukti betapa sahabat yang disanjung-sanjungnya selama ini sangat jauh dari image yang ditunjukkannya. Tapi tidak semudah itu untuk melakukannya. Cassandra pasti akan curiga jika aku mengeluarkan ponsel dan mengutak-atiknya. Aku yakin setiap pergerakanku tidak akan lepas dari pengawasannya.Aku pernah mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa yang selalu cintaZOLAAku kaget saat tiba-tiba Zach mendekat kemudian menjilat sudut-sudut bibirku. Entah kenapa dia suka sekali menjilat bibirku.“Susunya lebih manis kalau diminum dari bibir kamu,” komentarnya sambil tertawa setelah melepaskan bibirku dari pagutannya.Aku mencubit lengannya yang membuat tawanya semakin keras. Aku buru-buru membekap mulutnya agar Zach diam.“Ssssh!!! Nanti Fai bangun.”Zach mengambil tanganku dari mulutnya untuk kemudian mengecupnya lembut. Aku membiarkannya melakukan apa yang dia suka sambil berpikir apa ini modusnya untuk melunakkan hatiku setelah kedatangan Cassandra tadi.“Dia udah pulang?” tanyaku ingin langsung membahas pertemuanku dan dia tadi.“Udah.”“Nggak diantar?”Zach menjawab dengan gelengan kepala.“Kenapa enggak?”“Buat apa?” Dia balik bertanya.“Biasanya dia kan nempel mulu sama kamu,” jawabku sebal.“Itu ka
Tante Rosella menatapku curiga saat melihat rambutku yang basah ketika pagi ini aku ikut bantu-bantu di ruang belakang. “Baru selesai mandi, La?” tanyanya padaku.“Iya, Tante,” jawabku pelan.“Keramas juga?”Aku nggak ngerti dan belum menangkap arah pertanyaannya, namun tak urung menganggukkan kepala.Tante Rosella nggak bertanya lagi, dan aku pun berinisiatif untuk bantu-bantu menyiapkan sarapan.“La, Zach udah bangun?” Tahu-tahu Tante Rosella sudah berdiri di sebelahku saat aku menyendok gula ke dalam cangkir. Aku bermaksud membuat kopi untuk Zach.“Udah, Tante, lagi makein baju Fai.”Fai bangun pagi-pagi sekali, lalu minta keluar dari kamar dan membawanya ke kamar Zach. Dia tahu kalau Zach adalah papanya. Zach masih tidur, tapi Failah yang setiap pagi membangunkannya. Lalu mereka akan mandi berdua. “Semalam Zach tidur di mana?” Pertanyaan itu menyentakku. Aku menoleh dan mendapati sorot penuh selidik yang diarahkan tepat padaku.“Di kamar Mas Jevin, Tante.”“Bukan di kamar kam
ZOLAZach langsung merangkulku setelah mendengar jawabanku, sampai-sampai dia lupa kalau saat ini sedang menyetir. Dia juga bersikeras untuk mengantar sampai ke ruanganku dan meminta untuk bicara dengan Ariq. Tapi aku belum mengizinkan. Biar semua berjalan dulu baru nanti bicara pada Ariq.“Gimana, La, kamu sudah bicara sama Zach Mahanta tentang acara itu?” Ariq langsung menodongku dengan pertanyaan begitu aku menampakkan diri di hadapannya.“Sudah, Pak, dia bersedia, tapi dia mau berangkat sabtu besok, jadi waktunya mepet banget.”Ariq manggut-manggut sembari mengetuk-ngetuk pulpen di atas meja.“Jadi kapan dia bisa?” tanyanya kemudian.“Mungkin besok atau lusa, Pak.” Aku memang sudah mengatakan pada Zach mengenai program baru untuknya, tapi belum membahas kapan akan diadakan.“Bagus, makin cepat akan makin baik. Pokoknya kamu arrange semua sampai selesai, nanti Nia dan tim akan membantu kamu.”
ZOLAZach hanya diam di sepanjang perjalanan kami setelah pulang dari rumah Cassandra tadi. Aku nggak tahu apa yang mengisi pikirannya saat ini. Tapi aku belum puas melampiaskan kekesalanku. Aku kesal bukan hanya karena kebohongan Cassandra, tapi juga karena dia mengaku-ngaku pacaran dengan Zach.“Gimana bisa keluarga Cassandra menyangka kamu pacaran sama dia?”Zach menjawab dengan embusan nafasnya sebelum memandang padaku. “Aku juga nggak tahu, La.”“Pasti dia yang bilang sama orang-orang. Dan kalau tadi aku nggak ada mungkin kamu bakal iyain,” ocehku lagi sambil melipat tangan di dada.“La, udahlah, jangan mengada-ada. Ada atau nggak ada kamu sikapku bakalan sama.”Aku mendengkus kesal lalu melempar pandang ke luar. Meskipun Zach sudah mengklarifikasi semuanya tapi tetap saja emosiku masih belum bisa diredakan.“Nggak usah marah lagi, La. Apa yang terjadi jangan sampai mempengaruhi mood kamu. Kita mau men
ZACHMami melarangku ke mana-mana berhubung aku akan menikah. Tapi bukan Zach namanya kalau hanya diam dan mendekam di rumah. Malam ini aku berada di rumah Javas. Kami duduk berdua di beranda mengobrol ringan sambil merokok. Ini adalah untuk pertama kalinya aku berbincang akrab dengan Javas sepanjang sejarah menjadi adiknya. Walaupun obrolan kami berisi ledekan-ledekan Javas padaku.“Dari tadi gue ngeliat Zola cemberut mulu, lo nggak maksa dia buat nikah sama lo kan?”Aku menjentikkan abu rokok ke dalam asbak. Aku tahu apa yang membuat Zola melipat muka. Apalagi kalau bukan kekesalannya pada Cassandra.“Ya nggaklah. Emangnya lo yang suka maksa.”“Gue? Siapa yang gue paksa?” balas Javas tidak terima.“Nggak ingat apa dulu lo ngejar-ngejar Zoia ngerengek minta balikan?”Javas tertawa waktu kupulihkan ingatannya tentang masa lalu.Aku dan Javas memiliki kesamaan walau tidak terlalu mirip. Sama-sama pernah menyia-nyiakan wanita yang kami cintai lalu melewati perjuangan yang tidak muda
ZOLAAku mendadak speechless mendengar pengakuan lugas Zach. Tentu saja aku kaget apalagi setelah mengingat kata-katanya bahwa dia dan Cassandra tidak memiliki hubungan apa pun melebihi teman.Dan pertanyaannya sekarang adalah, hubungan pertemanan seperti apa yang mereka jalani? Teman seperti apa yang mencium bibir temannya?“Jadi ternyata selama ini kamu bohongin aku, Zach?” ungkapku kecewa.“Aku sama sekali nggak bohongin kamu, La.” Dia menyanggah kata-kataku.“Jadi kalau bukan bohong apa namanya? Dusta?”“La, tolong dengar aku dulu.” Zach menggenggam tanganku yang berada di punggung Fai.“Apa lagi yang harus aku dengar? Tentang kamu yang ternyata tidur sama dia?” Nada suaraku meningkat. Aku tidak ingin marah, tapi apa yang baru saja kudengar menggelitik emosiku naik.Zach menggelengkan kepalanya. “Harus berapa kali aku bilang, aku nggak akan tidur dengan perempuan yang nggak aku cintai? Aku memang pernah nyium dia, tapi hanya sebatas itu, La. Dan itu juga pada momen yang spesial.”
ZOLAToday is my day.Setelah sekian banyak drama serta lika-liku hubungan kami di sana sini, akhirnya perjalanan hidup mengantarku pada hari ini.Pagi ini aku dan Zach akan menikah. Kami menyelenggarakan acara tersebut bukan di hotel atau tempat lainnya, melainkan di rumah orang tua Zach. Acara tersebut tidak mengundang banyak orang. Yang hadir hanyalah orang tua serta keluargaku dan Zach.Meskipun berbeda dengan Mbak Zoi dan Mas Javas yang dulu pernikahan keduanya diselenggarakan secara mewah dan meriah saat Euro trip dengan kapal pesiar, tapi aku bahagia. Bagiku yang terpenting adalah esensi pernikahan itu sendiri.Berhubungan acaranya mendadak, maka semua serba dadakan. Baju pengantinku adalah pemberian Tante Rosella. Aku juga tidak menggunakan make up artist untuk merias. Zelinelah yang mendandaniku from head to toe.“Cantik kamu, Dek.” Pujian itu meluncur dari bibir Mbak Zoi yang memperhatikanku sejak tadi.
ZOLARasanya nggak percaya kalau saat ini statusku adalah seorang istri. Status yang menurutku sangat menakjubkan mengingat saat ini usiaku masih begitu dini untuk menyandangnya. Aku baru dua puluh tiga tahun saat ini.Dulu, aku pernah berniat tidak akan menikah sebelum mimpi-mimpiku menjadi kenyataan. Aku ingin menjadi wanita karir yang hebat. Ingin memiliki rumah dan kendaraan pribadi yang kubeli dengan hasil keringat sendiri. Serta masih banyak lagi angan-angan di kepalaku.Namun, sekarang semua keinginan itu tidak lagi penting. Preferensi hidupku sudah berganti. Yang kuinginkan sekarang adalah kebahagiaan yang kekal selamanya.Setelah menikah tadi pagi, aku resmi menjadi anggota baru keluarga Mahanta. Istri dari seorang lelaki yang saat ini sedang mengusap-usap kepalaku.Aku berbaring di atas dada Zach. Saat ini kami sedang berada di honeymoon suite sebuah hotel.Ini bukanlah rencana kami berdua. Aku dan Zach berniat menghabiskan malam pertama sebagai pengantin baru di rumah saja