Share

Bab 5

Penulis: Amanah Cinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 5

Aku keluar dari kamar. Ada rasa gemetaran dalam hati, namun saat keluar yang ku lihat Mas Indra sedang menyantap pizza.

Oh, rupanya hanya kurir. Hampir membuat jantungku copot saja, dan Mas Indra. Kelaparan ia kah? sampai disaat seperti ini sanggup makan.

Akupun ikut makan bersama Mas Indra, dengan duduk dipangkuannya. Aku bisa romantis bukan, makanpun penuh dengan kemanjaan. Kapan lagi? Kalau tidak sekarang. Beginilah nasib menjadi Istri kedua, diutamakan tapi nunggu giliran.

------------------

Aku dan Mas indra menikmati angin pantai Bali, hari-hariku terasa indah, bila boleh diminta aku ingin lebih lama lagi, tetapi tuntutan pekerjaan Mas Indra tak bisa lama.

Ting... Sebuah pesan masuk

[ Mega, kamu dimana? Katanya kamu cuti. Dikontrakan enggak ada. Kamu pulang kampung kah? ]

Pesan dari Tia berurutan disertai puluhan panggilan telepon.

'Tia, Tia. Tak bisakah kamu tak mengangguku saat ini. Aku ingin bersama Mas Indra tanpa cemas' ucapku dalam hati. 

"Ada apa?" Mas Indra bertanya, memperhatikan mukaku yang cemas.

"Istrimu tak mencarimu kah, Mas" Aku balik bertanya.

"Sayang, Mas kan, udah ngomong. Saat kita berdua jangan bahas yang lain." 

"Tia mencariku, Mas"

"Biarkan saja, matikan HPmu. Aku ingin kita berdua bersenang-senang"

"Aku harus jawab apa" alih-alih dapat jawaban, Mas Indra malah mematikan gawaiku.

"Kita nikmati saja hari kita, masalah Tia. Kita urus setelah pulang. Oke"  Mas Indra memelukku dari belakang.

-------------------------

Setelah pertemuan itu dan waktu liburan. Hubungan kami membaik lagi, Mas Indra juga sering menemuiku dibelakang seperti biasa. 

Kegiatan di Apartemen pun berlanjut.  Aku juga jarang bertemu Tia, terakhir bertemu setelah liburan. Dia juga jarang menghubungiku mungkin aktivitasnya sebagai dokter bertambah sibuk. Aku memiliki kesempatan sering bersama Mas Indra. Sampai suatu saat kami kepergok orang yang suwaktu-waktu bisa membongkar hubungan kami. 

"Hai, mega. Apa kabar?" sapa seseorang lelaki, tanpa ijin mengambil tempat duduk disebelahku.

"Kamu!" Mas Indra tersentak kaget 

"Iya, aku!" jawab lelaki itu. 

"Mau apa kamu disini! Kamu dan Mega sudah berakhir!" Mas Indra tampak sengit.

"Lalu kalian berlanjut begitu" ucap lelaki itu, dengan senyum mengejek.

Mas Indra tak dapat berkata-kata, Mas Indra lupa kalau Remon mengenal mereka. Ya, lelaki itu bernama Remon. dia adalah Mantan suamiku.

"Apa maksudmu" Mas Indra mulai santai.

"Jangan berpura-pura bodoh, aku tau apa yang kalian lakukan. Aku juga telah mengambil foto kalian. Sepertinya kalian terlihat cocok"

Mas Indra tak menjawab Remon. Hanya tatapan matanya tajam. Melihat muka Remon seolah ada maunya.

"Sahabatmu itu begitu baik, Mega. Saking baiknya suaminya pun dipinjamkan" ucap Remon mengeluarkan tawa menjengkelkan.

"Kami tak seperti itu" kali ini Mas Indra menjawab.

"Memang tak seperti itu, tapi seperti ini" sambil menunjukan foto digawainya.  Teryata Remon sudah mengikuti kami tak hanya satu  foto kami, tapi puluhan.

"Apa maumu? Uang! atau..." Mas Indra kali ini terlihat seperti seorang yang mengerikan. Aku sendiri belum pernah melihatnya sebengis itu. 

"Bagaimana kalau tak keduanya" jawaban Remon membuat Mas Indra mengepalkan tangan. 

"Aku mau selingkuhanmu ini" Mendengar pilihan Remon Mas Indra menarik kerah baju Remon. Ingin meninjunya. 

"Mau ku adukan istrimu" dengan santai Remon menimpali. Seketika nyali Mas Indra menciut. 

"Santai aja bro! aku tak butuh wanita sampah ini. Aku sudah puas menikmatinya!" maki Remon melihat kearahku sekilas. 

Remon mengambil gawai Mas Indra disakunya lalu merapikan kemejanya. Lalu, Remon mencacat nomer Mas Indra. Mas Indra mendiamkan kelakuan Remon yang tak punya sopan santun.

"Nomer kamu, aku simpan! Jadi,  jangan macam-macam!" ancam Remon. 

"Aku mau duit. Berikan yang ada didompetmu!" lanjutnya

Mas Indra bagaikan orang kena rampok, menurut begitu saja. Saat Remon memalak uangnya. 

Saat Remon hendak menerima Mas Indra menarik kembali uangnya kemudian berkata.

"Kamu mau uang. Jangan panggil dia wanita sampah!" ucap Mas Indra penuh penekanan tajam. Lalu, uang itu dilemparkannya tepat mengenai muka Remon. 

"Kamu Ambil atau kukirim saja foto mesra kalian, ke Tia. Atau kerumahmu" Remon bertindak santai terhadap kelakuan Mas Indra. 

"Ayo Ambil!" Kali ini Remon terlihat marah

Saat Mas Indra hendak memungutnya aku langsung bertindak. Aku tak mau harga diri Mas Indra terinjak oleh bajingan seperti Remon.

"Ini uangnya,  kamu jangan bilang Tia" ucapku sambil menyodorkan uang yang ku pungut.

Remon mengambil uang lalu pergi. Aku dan Mas Indra duduk dengan perasaan kacau.  Bagaimana kalau Remon nekat? Apa yang harus kami lakukan meskipun hubungan kami halal. 

"Bagaimana ini, Mas?" tanyaku. Setelah terdiam cukup lama, Mas Indra diam membisu sejak tadi.

"Aku belum siap, Tia tau, Mas"

"Kenapa kamu diam saja, Mas?" ucapku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya

"Kita harus cari cara, Mas"

"Mega, kamu bisa diam enggak! Aku juga bingung. Kalau kamu cerewet aku enggak bisa mikir!" bentak Mas Indra. Seketika mengudang perhatian orang-orang di tempat ini. 

"Kamu pikir aku siap! Jika harus pisah dengan Tia!" lanjutnya lagi, kali ini Mas Indra lupa dia berada ditempat ramai. Tak memedulikan sekeliling orang menatapnya. 

"Semua gara-gara kamu!" Mas Indra tak berhenti membentakku. Aku malu dibentak di tempat umum, aku malu orang-orang menatapku sinis. Tak ku dengarkan lagi kemarahan Mas Indra, karena bentakannya kami sudah jadi tontonan gratis.

Aku berlari menundukan kepala melewati orang-orang yang menatapku. Aku ingin segera menangis, hati rasa sudah diujung untuk menahan airmata, sakit terasa sampai tak bisa ku menahannya.

Aku kembali ke Apartemen tanpa Mas Indra, kutumpahkan tangis yang sedari tadi, aku luapkan semua kesal. Ku banting semua barang. Baju ku hamburkan aku obrak-abrik seisi apartemen ini. Setelah kesal dihati reda. Aku duduk menghadap jendela. Merenungi nasib.

Apakah semua lelaki sama? Aku tak pernah berfikir Mas Indra bisa seperti itu? Mengingat bentakan Mas Indra membuat hatiku makin sakit. Aku teringat awal aku dan Mas Indra mulai hubungan ini. Mas Indra begitu baik, meluluhkan hatiku setelah rumah tangga yang kujalani bersama Remon bagai neraka. Saat itu yang ku rasakan aku merasa diperlakukan wanita yang dikasihi, seiring bertambahnya waktu rasa itu berubah menjadi sesuatu yang lain, yaitu cinta. hal yang tak aku dapatkan dari Remon.

Semakin aku berfikir semakin banyak masalalu yang teringat. Aku mengingat Mas Indra, kemudian rasa bersalah pada Tia makin dalam. Pikiranku menyalahkan diri sendiri tapi, hati tak bisa dipungkiri aku mencintai suaminnya.

Mungkin benar yang dikatakan Mas Indra semua gara-gara aku, jika saja aku tak masuk dalam hidupnya pasti hidup mereka bahagia. Tapi semua bukan salahku sepenuhnya. Entah siapa yang patut disalahkan dalam hal ini. Aku, Mas Indra atau Tia. Bisa saja Remon yang paling bersalah.

"Mega, Mas, minta maaf" ucap Mas Indra begitu datang ke Apartment. Aku sama sekali tak bergeming.

"Maafkan aku, ya" Mas Indra mendekat kearahku.

"Mungkin benar,  semua gara-gara aku" ucapku menyalahkan diri

" Maafkan aku, aku benar-benar kacau tadi" Lalu Mas Indra memelukku dengan cinta seperti biasa. 

"Aku sudah menemukan solusinya"

"Apa... " jawabku antusias

"Kita ikuti saja kemauan Remon selama tidak membongkar hubungan kita"

"Kalau bajingan itu, memerasmu" 

"kita bisa lapor polisi" jawab Mas Indra enteng.

"Tak semudah itu, Mas. Kalau lapor polisi hubungan kita malah makin ketahuan. Bahkan sampai kepublik"

"Kamu benar juga" ujar Mas Indra mangut-mangut.

"Kita harus cari cara" ucapku.

"Kita harus nyusun rencana"

"Rencana apa?" tanya Mas Indra menerka nerka. 

"Kita tunggu aja apa permainan Remon, Mas" ucapku.

Aku dan Mas Indrapun berbaikan lagi, seperti pepatah bagaikan masakan tanpa garam. Hambar. Aku dan Mas Indra tak bisa dipisah. Seperti apapun kami selalu ada tempat berbaikan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
biarpun dokter tapi g harus cerdikkan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 6

    Bab 6Meski kami kembali berbaikan, aku dan Mas Indra sepakat tak bertemu beberapa minggu. Kami takut Remon memata-matai kami. Sekaligus sebagai pelajaran supaya lebih berhati-hati lagi.Sampai suatu hari aku mendapat panggilan telfon misterius, setiap hari mengirim pesan. Mas Indra menyuruhku memblokir nomer tersebut, tetapi nomer tersebut mengirim sebuah foto, bahkan foto kami di Bali. Lalu sebuah pesan ancaman bermunculan.[ Temui aku, lok. Gedung Jaya xxx no.1xxx ]Aku tak pernah membalasnya, namun kali ini terpaksa aku membalas. Siapa dia? Apakah Remon?[ Siapa kamu? ][ Aku pelacur! ] jawaban pesan ini membuat otakku mendidih. Aku langsung pencet tombol call, tapi herannya peneror tak mengangkat.[ Angkat telfonmu pecundang! ] pesan makian pun terkirim.[ Datang ke sini atau ku kirim foto ini ke madumu ]Aku tak membalasnya, aku langsung menghubungi Mas Indra. Aku hampir stres diteror terus menerus.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 7

    Bab7Remon kebingungan, melihat aku menembak Mas Indra. Lalu, suara sirine polisi terdengar nyaring."Kurang ajar!" maki Remon, terjawab sudah kebingungannya."Sialan!" Remon menamparku lalu, merebut pistol dari tanganku."Daripada aku di tangkap polisi Karena dijebak. Aku lebih memilih pembunuhan" Remon menodongkan pistol ke arah kami.Remon menarik pelatuk pistol, tapi sangat di sayangkan pelurunya kosong. Aku sudah hapal akal bulus Remon. Sengaja aku mengosongkannya.Pucuk dicinta ulampun tiba, momen Remon seperti seorang penjahat disitu polisi datang."Jangan bergerak! Angkat tangan!" seru seorang polisi. Akhirnya Remon hanya bisa pasrah. Dia tak bisa menyangkal tuduhan. Polisi melihat sendiri adegannya. Aku ditodong pistol, Mas Indra tertembak serta tas berisi uang ada di tangan Remon.----------"Ini Rencana kamu, Meg?" Mas Indra bertanya melalui bisikan telinga"Kamu gila! Kamu mau membunuhku!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 8

    Bab 8Sebelum ke pengadilan aku sengaja mendatangi Remon. Aku ingin melihat betapa sengsaranya ia berada di jeruji besi."Mau apa kamu ke sini, jalang!" sapaan Remon terdengar mengerikan layaknya bajingan."Aku hanya ingin memberimu selamat. Congrolation..." aku memberi kejutan sebuah kue. Kue yang mengingatkanku setiap saat, aku pernah di ambang kematian saat ulang tahunku Remon memberikan kue itu."Selamat menikmati. Aaaaaa" Aku ingin Remon menikmati. Sengaja kusodorkan tanganku ingin menyuapinya, belum sempat sampai ke mulut, Remon menampel tanganku."Kenapa? Kamu takut" Aku tersenyum miris."Aku tak licik sepertimu Remon," Lalu, aku sengaja memakan kue di hadapannya.Tatapan Remon begitu sengit memadangku seolah ingin melahapku hidup-hidup."Lihat aku tak mati, bahkan jika ini beracun pun aku takkan mati" sindirku mengingatkan dengan kejadian dulu."Katakan apa maumu pe-la-cur" Remon bertanya seraya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 9

    Bab 9Virus cinta datang menyerangku, aku demam menggigil karena rindu. Sungguh aku tak percaya telah jatuh cinta saat itu, pertemuan lima menit membuat aku selalu terbayang.Kerap kali malam tak bisa tidur, menanti pagi dan sore. Ketika orang lain ingin kemacetan segera berlalu, aku malah ingin berlama-lama, berharap menemukannya ditengah keramaian lalu lintas.Dari kejauhan aku melihat orang berseragam sama seperti orang yang menggugah hatiku. Hatiku berbunga-bunga melihat kejauhan. Aku segera menyela motor-motor di depanku.Akhirnya aku sampai di samping pria berseragam pizza. Pipiku bersemu merah takut dan malu menyapa duluan, lalu aku memberanikan diri."Hai, Remon" aku menepuk bahu pria itu, saat menoleh aku kaget, dia bukan orang yang kucari."Alamak salah orang! Mukanya kaya anoman pula," aku bergumam lirih menahan malu. Orang bergigi berantakan itu malah menunjukan senyum tak indahnya."Apa neng?" Oran

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 10

    Bab 10Usia kandunganku sudah berusia empat bulan, Remon selalu menjagaku, ia berubah 360 drajat. Berbanding terbalik dengan sifatnya, selalu mengalah padaku, saat aku menginginkan sesuatu pun ia langsung menurutinya.Sore hari Remon pulang dengan wajah lesu. Pasti ia sangat capek berkerja. Aku pun langsung menyiapkan air hangat untuknya. JRemon segera mandi.Ada yang aneh darinya, ia tak menyambutku seperti biasanya, ia seperti banyak menyimpan beban."Kamu kenapa? Sayang." Aku memberanikan diri bertanya"Mega... " Remon tak mengatakan apapun, tapi menyerahkan amplop berwarna coklat."Apa ini?" Aku membuka amplop tersebut, berisikan uang satu bulan gaji. Aku masih belum mengerti maksudnya."Aku di PHK. Itu pesangonnya" Aku syok mendengarnya, mau makan apa kami kalau pesangon hanya sebulan gaji, tabunganku juga sudah menipis untuk menutupi kekurangan biaya hidup kami." Tapi aku janji. Aku akan cari kerja lainny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 11

    Bab 11"Kenapa menutup mata?" Bos gendut bertanya, suaranya terdengar sangat dekat."Jangan menutup mata. Apa yang kamu takutkan" Aku masih tidak mau mmembuka mataku, atau pun menjawabnya."Baiklah, pisau ini kuletakkan. Aku tidak akan menyakitimu" Sebuah benda seperti dari almunium dilempar. Bunyi klentingnya sangat jelas. Aku mulai membuka mata perlahan.Aku masih tak mau melihat mereka kuarahakan penglihatanku ke bawah menunduk."Lihat aku, apa yang kamu takutkan?" Bos gendut malah menayaiku, aku bahkan tak bisa menjawab."Kamu sudah membaca perjanjiannya bukan? Remon sudah menandatanganinya, tapi ia tak bertanggung jawab. Dia pergi, dan bisa di gantikan orang lain. Kurasa kamu penggantinya" meski nada bicaranya halus aku dapat merasakan aura kejam pria gendut ini,Aku langsung berlutut berharap masih ada ampun. Semua salah Remon bukan aku."Aku mohon lepaskan aku. Aku sungguh tak tau masala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 12

    Bab 12Tia menyaksikan kami kembali berbaikan, Tia tersenyum, raut wajahnya tetap tidak suka. Mungkin Tia butuh bukti Remon sudah berubah. Sedangkan aku yang akan membuat bukti itu. Aku yakin Remon sudah kembali. Ia akan menjadi Remonku, yang dulu.Selama di rumah sakit ia merawatku sampai pulih, meski aku kehilangan anak, aku sudah menerimanya, meski sulit. Perubahan sikap Remon pun membuat aku pulih lebih cepat.Aku kembali menjalani hidup dengan Remon, ia tak mengekangku lagi melainkan. memberi aku cinta, kebebasan dan kebahagiaan.Hari-hari yang kulalui kembali seperti dulu, Remon memanjakanku, menyanyangiku. Bahkan ia tak melarangku jika ingin kembali bekerja asal aku sudah pulih.Remon sekarang berkerja menjadi supir. Ia tak lagi keluar malam selain untuk pekerjaan. Aku tak mendapati Remon mabuk atau lainnyaMalam itu, Remon mendadak Romantis. Ia memberiku sebuah hadiah, kalung emas putih."Selamat ulang tahun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 13

    Bab 13"Mega, kamu kenapa" Tia terperanjat melihat gerakanku."Ibu... Tia, Ibuku..." aku tak sanggup menjelaskan. Pikiranku sibuk memikirkan apa yang akan Remon lakukan.Sontak Tia langsung mengambil HPku. Beruntung layarnya saja yang pecah. Semuanya masih bisa di lihat dengan jelas.Tia menghubungi nomer Remon dengan HPnya. Begitu nomer tersambung Tia tak habis memakinya. Marahnya berapi-api.[ Hey. Dasar laki-laki bajingan, laknat, biadab. Apa yang kamu inginkan? Tidak puaskah kau menyiksa Mega, sampai orang tua pun mau kau siksa. Dimana hati nuranimu, dimana rasa kemanusiaanmu. Oh, iya aku lupa kau tak punya empati karna bukan manusia. Kau adalah iblis menyerupai manusia ] Tia mengoceh, tapi ocehannya malah di tertawakan dari sebrang telpon.[ Hahaha... Kamu Tia, sahabat Mega yang menjadi pahlawan. Katakan saja pada perempuan lacur itu untuk mencabut tuntutan ]Mendengar tawanya Tia, sangat membencinya. Ia tak menjawab dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 49

    ○Bab 49"Sedang apa kamu di sini?" tanya Andrian, nadanya mengisyaratkan ketidaksukaan. "A-ku, aku" aku bingung dengan keadaanku, naman sayanyanya kalimat ini tercekat dalam hati. "Belum puaskah? Uruasanku denganmu selesai!" tekannya. "Aku minta maaf" akhirnya kalimat ini tersampaikan. "Mudah bagi kami memaafkan. Silahkan pergi dari sini" ucapnya sambal menunjuk pintu terbuka. "Kakak, jangan usir tante mega. Lihat sekarang keadaanya?" Putri memohon. "Putri, dengarkan Kakak. Dia pernah membuat kita berantakan, dia menjadikan kita tawanan tidakkah kamu ingat perlakuan jahatnya?" ujar Adrian menjelaskan. Sebenarnya aku ingin pergi, namun aku tidak punya tempat lagi. "Tapi dia baik, tidak pernah sekali pun aku atau ibu di perlakukan buruk, Kak" ujar putri"Putri bagaimana pun dia tetap orang asing yang pernah menaruh kejahatan pada kita" tukas Andrian. "Tolong jangan berdebat karena aku. Aku akan pergi. Aku berjalan berbulan-bulan demi bisa menemui Kalian hanya berharap kalian me

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 48

    ○Bab 48Sepasang sepatu hitam mengkilat memijakkan kakinya di sini, serta beberapa pengawalnya. Siapa lagi? Ya, dia, Pak Burhan lelaki tua yang menjebakku di sini. "Bagaimana kabarmu wanita rendah?" sapa Pak Burhan. Kali ini aku tidak marah malah aku ngrasa benar menjadi perempuan rendah. "Apa kamu betah tinggal di sini?" tanyanya, aku juga melihat matanya tanpa ingin menjawab. Tetiba saja terlintas dibenakku tentang keluarga si kembar. "Ardi dan Andrian tidak salah. Kuharap Pak Burhan masih punya hati tidak menerlibatkan mereka dalam permainanmu" ucapku. Aku sungguh kasian jika melihat nasib mereka sepertiku, sebab terlepas ini semua mereka tidak bersalah. "Tentu saja saya punya hati tidak seperti kamu yang begitu tega dalam segala hal. Mereka telah hidup dengan damai tanpa ada kalian menjalani hari-hari seperti sebelumnya" perkataan Pak Burhan, biarpun menusuk namun membuatku merasa sangat lega. "Keluarkan dia" titah Pak Burhan pada bawahannya. Akhirnya aku bisa menghela naf

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 47

    ○Bab 47"Tia, aku mohon maafkan aku. Aku janji bakal ninggalin suamimu. Tapi tolong bebaskan aku, bukankah selama ini kamu mengejarku dengan selalu mengancam nyawaku" ujarku. "Iya. Aku selalu menghantuimu dengan rasa takut, bahkan resep obat untuk membuat gila, serta aku yang menggurkan bayimu. Ada yang lebih penting lagi dari ini" ungkap Tia."Apa? Bisakah kita berbicara dengan baik seperti biasanya?" tukasku. " Kamu itu ular mana mungkin aku mau berbicara baik denganmu. Semakin dibaikin malah mematokku" ujar Tia. "Mega, jika Andrian tidak melakukan kesalah di masalalu apa kamu akan tetap merebut suamiku?" tanya Tia. "Tentu saja tidak. Aku sangat mencintainya" jawabku. "Sudah kuduga. Kamu sangat mencintainya. Kamu tahu cara dia mati" ungkap tia. "Jangan-jangan kamu ..." aku menggantungkan kalimat. Berfikir bahwa Tia. "Aku yang menyuruh bekas suruhanmu untuk menghajarnya kemudian membawanya padaku. Sebenarnya dia masih hidup dan menceritakan tentang kalian. Perdunganku di pen

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 46

    ○Bab 46"Ya, kamu meninggalkan putriku saat dia mengandung anakmu. Dasar lelaki biadab!" maki Pak Burhan. "Siapa sebenarnya putri, Bapak?" "Laras dia putri saya" air mata lelaki iti luruh begitu saja. "Laras. Jadi dia... Sekarang dimana dia, Pak. Saya ingin bertemu kenapa tidak dia katakan kalau sedang hamil" ucap Mas Indra. "Dia bunuh diri setelah melahirkan anakmu" lelaki tua itu tak membendung lagi tangisnya bercampur emosi."Apa... " Raut wajah Mas Indra penuh penyesalan. Entah ada apa dibalik cerita ini. Sedangkan aku masih mencari tahu siapa selama ini yang ingin membunuhku. Belum sempat terbesit. Seorang wanita berpaikan dokter datang menghampiri lelaki tua itu. Dia adalah sahabatku, sekaligus istri sah Mas Indra. "Tia... Kamu" ucapku tak mengerti. "Iya aku, Meg. Aku tahu semuanya apa yang telah kamu sembunyikan dariku. Sungguh kamu sahabat paling jahat, tega merebut Mas Indra" ucapan tia menyambar hatiku, tia yabg manis dan lembut kini datar mukanya tak bermimik.

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 45

    Bab 45"Kamu gak papa, Sayang," ucapku sambil mengelus bahu Andrian, lebih tepatnya aku meremasnya sebagai tanda jangan kaget."Ng ... Gak papa, kok" ucapnya sambil tersenyum ramah.Mereka saling berjabat tangan seolah tidak saling kenal."Ya, udah aku kembali ke kamar" Mas Indra berpamitan, sambil berjalan menjauh."Ya, kita juga belum selesai beberes" ucap Andrian berjalan masuk ke kamar sok sibuk. "Eh, besok kalian harus bangun pagi, ya. Kita kliling puncak" ucap Tia, berlalu pergi menyusul suaminya. Aku menutup pintu, dadaku yang tadinya berdegup kencang ada kelegaan, aku mendeprok depan pintu. "Gila kamu!" maki Andrian menghampiriku."Apaan sih?" Aku risih, suara Andrian mengejutkanku."Jadi ini alasan kamu, nyuruh aku buat jadi suami kamu" lantang Andrian sambil menggelengkan kepala. Aku tak mampu mengelak pasrah atas ucapan A

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab44

    Bab 44.Perlengkapan dengan segala tetek bengeknya sudah disiapkan."Kita satu mobil atau gimana?" tanya Andrian sambil menenteng tas besar."Gak lah, kita ketemu di pos""Memangnya alamatnya mana sih?""Nih," aku menyodorkan handphone dengan mode gps."Jadi nanti kita ngikutin alamat ini. Udah berangkat belum mereka?" tanya Andrian."Sudah. Kita agak belakangan aja. Santai" Aku membuka bagasi mobil, sedangkan Andrian membawa koper.Aku dan Andrian, memasuki mobil aku menyuruh Andrian menyetir seseuai arah gps, sambil memberikan beberapa peraturan."Kamu nanti harus bisa acting. Tidak boleh ada mukamu yang mencurigakan. Kita harus terlihat seolah kita itu pasangan" ucapku disela-sela kesibukan Andrian."Soal acting gampang! Cuma kamu udah bilang belum sama suami aslimu?" balas Andrian."Dia tahu" ucapku acuh."Oh, iya. Yang

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 43

    Bab 43."Kamu diapakan? Kenapa menangis seperti ini?" Andrian mengguncang bahu sang adik."Kamu jangan mengarang cerita yang tidak-tidak ya, aku tak melakukan kekerasan seksual" ancam Mas indra terang-terangan."Mas!" Aku melirik gemas."Cerita, Dik. Jangan bikin aku hawatir" ucap Andrian pada adiknya."Atau aku saja yang cerita?" tawar Mas Indra."Kami ingin mendengar dari mulut adiknya, Mas. Kamu bisa saja berkilah!" ucapku."Mega, please! Percaya aku. Aku memang menyiksanya tapi itu di alam bawah sadarku!" elak Mas Indra."Sudahlah, Mas. Sebaiknya kamu minta maaf. Agar adik Andrian tidak takut untuk menceritakan" nasehatku.Huh! Mas Indra mendengkus kesal. "Hei! Gadis kecil, Om, minta maaf atas perlakuan Om tempo hari. Om, melakukannya tanpa sadar. Lagian kamu yang cari masalah!" Mas Indra meminta maaf dengan kasar sambil menyalahkan. Entah apa yang terjadi sebenarnya?

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 42

    Bab 42.Samar-samar terdengar suara Mas Indra, aku tidak dapat mendengar dengan jelas. Tetapi, aku yakin itu suaranya.Aku membuka mataku "Mas" kata yang pertama kuucapkan."Sayang, kamu harus istirahat dulu. Maafkan aku" ucapnya"Tidak papa, mungkin aku juga salah tidak membiarkanmu menjelaskan" tukasku."Jam berapa ini" aku menyibakkan tirai yang menutupi ruangan."Ya ampun, ini sudah siang. Kita ada perlu yang harus diselesaikan. Urusanmu dengan Andrian" aku mendengkus."Sayang, jangan terlalu memaksakan diri. Minum obatnya dulu" Mas Indra menyodorkan segelas air putih serta beberapa butir obat."Obat? Obat apa? Aku tidak sakit" tolakku."Kamu tadi pingsan, dokter baru saja pergi memeriksamu" jelas Mas Indra."Maafkan aku ini salahku" lanjutnya."Lalu, apa kata dokter" tanyaku."Kamu masih mengalami trauma, mungkin apa yang dilakukan mant

  • Diam-Diam Jadi Madu   Bab 41

    Bab 41Kluntang, buk, bak, gedabak, gedebuk...Suara mengagetkan rundingan kami, kami bertiga menoleh ke arah suara."Suara apa itu?" tanya Mas Indra."Ardi!" Andrian mengucapkan nama kembarannya."Saudaramu! Ayo, kita ke sana" tukasku.Kami bertiga berlari menuju tempat dimana Ardi di sekap.Klek... Pintu tidak langsung terbuka begitu saja, banyak tindihan di belakang sana, sangat sulit terbuka."Kenapa susah sekali" Andrian mendorong pintu susah payah."Mas, bantuin dong" pintaku. Mas Indra langsung menuruti. Dua lelaki itu saling berusaha, mengeluarkan segenap tenaga mereka.Brak...Bruk. barang-barang yang menghimpit pintu mulai terjatuh satu persatu sampai di akhirnya pintu dengan mudah di buka.Kaki Ardi bergelatung kebingungan, sedangkan mata dan lidahnya mencolot, tangannya menahan sebuah tali. Ini adalah pemandangan aksi bunuh diri.Andria

DMCA.com Protection Status