Nadia duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya. Rambutnnya yang panjang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kering. Karena malam yang sudah larut dan tubuhnya yang sangat lelah, Nadia menggunakan hair dryer. Di sudut lain tampak Gio turun dari ranjang lalu mengenakan celana trainin
Setelah perdebatan yang alot, akhirnya Gio mengalah dan mengantar Nadia pulang. Cukup lama pasangan suami istri itu berada di dalam mobil. Layaknya ABG yang sedang pacaran, Nadia dan Gio tampak berat untuk berpisah. Saat Gio menggenggam erat tangan Nadia, sang istri dengan panjang lebar berbicara me
Di meja ruang keluarga tampak sebuah map terbuka, dan di atasnya terdapat dokumen yang menunggu untuk dibubuhi sebuah tanda tangan, agar mempunyai nilai guna. Dengan angkuhnya Helena menyerahkan sebuah pena pada Nadia. Perlahan Nadia melangkahkan kaki menuju ke tampat map itu berada. Nadia dan Helen
"Bahkan mama yang menyiapkan pernikahanku dengan Nadia. Waktu itu mama seperti sangat tidak sabar, hari dimana seharusnya aku melamar Nadia, mama pun mengaturnya agar bisa langsung dilaksanakan pernikahan. Dan sekarang, biarkan aku bahagia dengan wanita yang telah mama pilihkan untukku." "Gio! Kau
Gio mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit dengan kecepatan sedang, meskipun dalam keadaan panik, Gio tetap berusaha tenang. Dia tidak ingin usahanya agar sang mama segera mendapat pertolongan justru berakibat membahayakan dirinya dan orang lain karena dia ngebut di jalan. Bahkan konsentrasi sa
"Tolong lakukan ini demi Nadia, mama telah mengatakan tentang orang ketiga dalam rumah tangga mama, dan Dia begitu kacau saat meninggalkan rumah. Sepertinya Dia salah paham, dan kini dia berada di rumah Pak Permadi." Setelah menjelaskan panjang lebar, tak terdengar tanggapan dari Noorma. Gio menungg
Sedih dan kecewa, itulah yang kini dirasakan oleh adik dan kakak, Nadia dan Nabila. Wanita yang mereka panggil ibu, mereka sayangi dan mereka jadikan panutan selama ini, ternyata di masa lalunya pernah melakukan tindakan yang menyakiti hati sesama wanita, dengan menjadi orang ketiga dalam sebuah bid
"Dia." Permadi mengulurkan tangannya agar putri bungsunya tersebut datang kepelukannya. Nadia pun bergegas menyambut uluran tangan sang ayah dan segera menghambur kepelukan Permadi. Secara bergantian Permadi mencium pucuk kepala kedua putrinya tersebut. "Pak! Mengapa Bu Helena begitu membenciku, d