"Kita harus menikah, Han." Ucap Leo sambil mencium tangan Hanna."Kita mau kemana?" Hanna merasa risih dengan perlakuan Leo, tetapi dia tidak bisa melepaskan tangannya dari genggaman Leo."Bumil harus banyak istirahat, aku bantu kerjain tugasnya."Leo membawa Hanna ke rumahnya, keadaan rumah yang se
"Aku masih suamimu, Dia. Tolong hargai keputusanku!" Gio menatap tajam ke arah Nadia. Rahang Gio yang terlihat mengeras cukup menggambarkan betapa amarah sudah menguasainya."Tapi Gio ..." Mata sembab Nadia menandakan bahwa sudah cukup lama dia menangis."Cukup!" Sergah Gio dengan tegas. "Pikirkan l
Tingkah lucu Alta tak luput dari perhatian Hanna, bagaimana anaknya terlihat begitu peduli pada Nadia dengan menghapus air matanya. Hanna menghapiri Nadia dn meraih tangannya."Aku mohon keikhlasanmu, untuk sedikit berbagi kebahagiaan denganku."Nadia terdiam, dia menundukkan kepalanya, tak ingin Ha
Nadia duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya. Rambutnnya yang panjang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kering. Karena malam yang sudah larut dan tubuhnya yang sangat lelah, Nadia menggunakan hair dryer. Di sudut lain tampak Gio turun dari ranjang lalu mengenakan celana trainin
Setelah perdebatan yang alot, akhirnya Gio mengalah dan mengantar Nadia pulang. Cukup lama pasangan suami istri itu berada di dalam mobil. Layaknya ABG yang sedang pacaran, Nadia dan Gio tampak berat untuk berpisah. Saat Gio menggenggam erat tangan Nadia, sang istri dengan panjang lebar berbicara me
Di meja ruang keluarga tampak sebuah map terbuka, dan di atasnya terdapat dokumen yang menunggu untuk dibubuhi sebuah tanda tangan, agar mempunyai nilai guna. Dengan angkuhnya Helena menyerahkan sebuah pena pada Nadia. Perlahan Nadia melangkahkan kaki menuju ke tampat map itu berada. Nadia dan Helen
"Bahkan mama yang menyiapkan pernikahanku dengan Nadia. Waktu itu mama seperti sangat tidak sabar, hari dimana seharusnya aku melamar Nadia, mama pun mengaturnya agar bisa langsung dilaksanakan pernikahan. Dan sekarang, biarkan aku bahagia dengan wanita yang telah mama pilihkan untukku." "Gio! Kau
Gio mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit dengan kecepatan sedang, meskipun dalam keadaan panik, Gio tetap berusaha tenang. Dia tidak ingin usahanya agar sang mama segera mendapat pertolongan justru berakibat membahayakan dirinya dan orang lain karena dia ngebut di jalan. Bahkan konsentrasi sa