"Tisha, kakak pergi berangkat bekerja dulu ya sayang, kamu di rumah sama Sekar." ucapku pada adik kesayanganku.
"Iya kakak," ucapnya tersenyum ke arah lain."Hei sayang, kakak disini cantik!" ku putar tubuh adikku agar menghadap ke arahku."Upsss maaf kak, Tisha kan tidak bisa melihat." ucapnya lagi masih tersenyum lebar.Aku pun ikut tersenyum melihatnya, ku usap kepala dan rambutnya dengan sayang. meskipun dalam keadaan seperti ini, tapi dia tetap selalu ceria."Ya sudah, kakak berangkat ya sayang." Tisha mengangguk."Assalamu'alaikum," salam ku padanya."Wa'alaikumsalam." aku pun menutup pintu rumah kami, karena biasanya setelah aku berangkat kerja, maka Sekar akan langsung datang ke rumah.Aku naik angkot untuk berangkat ke tempat kerjaku, aku sudah terbiasa melakukan hal ini. untuk orang seperti kami tidaklah masalah, dari kecil aku dan adikku sudah terbiasa hidup sederhana seperti ini.Pekerjaanku pun hanya seorang kuli bangunan, ia tak apalah yang penting halal. aku sempat merasakan bagaimana rasanya duduk di bangku kuliahan, tapi karena semenjak adik ku mengalami kecelakaan memilukan itu, aku berhenti dan memilih bekerja.Orang tua kami sudah lama meninggal dari aku SMP, untuk usia bocah lelaki pada saat itu, aku sudah mulai mengerti dan belajar mandiri, terlebih aku memiliki adik perempuan satu-satunya yang harus ku jaga.Kalau di tanya apakah aku masih ingin melanjutkan pendidikan ku? tentu saja aku menjawab Ya. tapi sekarang prioritas utamaku adalah Tisha, hidupku hanya tertuju untuknya, semuanya hanya tentang Tisha."Kau masuk kerja juga Gavin?" tanya pak Yudi selaku mandor disini."Iya pak, maaf kemarin saya tidak masuk." ucapku karena memang kemarin aku tidak masuk bekerja."Ya sudah," ucap pak Yudi dan berlalu dari hadapanku."Weeh masuk kerja hari ini bro." sapa Aryo temanku."Iya Yo, kemarin Sekar gak bisa ke rumah, dan aku takut jika meninggalkan adikku sendirian." jawabku tersenyum.Obrolan kami pun berakhir dah mulai melakukan pekerjaan, aku merasa hari ini semangat sekali, bayangan wajah Tisha adikku membuatku semangat.*******"Sekar, aku ingin siang nanti mengantarkan bekal untuk kak Gavin. kamu tahu kan dimana tempatnya bekerja?" tanya Tisha pada Sekar."Uhm... baiklah, aku akan memasakkannya untukmu cantik." ucap Sekar bangkit berdiri."Tidak!" ucap Tisha spontan."Kenapa Tis?" tanya Sekar heran."Aku juga ingin memasak." ungkap Tisha membuat Sekar menganga."Tapi bagaimana mungkin...," ucapan Sekar terhenti melihat reaksi Tisha yang sedih."Aku mengerti Sekar jika aku ini buta, mana mungkin orang buta bisa memasak! buat berjalan saja susah." kata Tisha membuat Sekar merasa tak enak hati."Eeh enggak gitu Tisha, hanya saja....""Hanya saja apa Sekar?""Ok, bagaimana kalau kita masak bersama?" usul Sekar."Tentu saja aku mau, memang itu yang ingin aku bilang padamu Sekar." ucap Tisha senang."Ah iya ya, kenapa aku bodoh sekali!" ucap Sekar membuat Tisha tersenyum geli menghadap ke arah lain."Gimana mau masak? kalau Tisha saja menghadap ke arah lain saat bicara bersamaku!" ucap batin Sekar mengelus dadanya berharap lebih bersabar."Ayo! saatnya kita memasak." ajak Sekar memegang tangan Tisha menuju dapur."Nah, ini dapurnya Tisha.""Aku sudah tahu Sekar, aku sudah menghafal seluruh letak rumah ini.""Oh ya? benarkah?!" Tisha mengangguk."Waaah hebat! ok, sekarang kita fokus untuk memasak." Tisha mengangguk lagi, kali ini lebih bersemangat.Akhirnya Tisha dan Sekar mulai memasak. ralat, lebih tepatnya Sekar yang memasak, sementara Tisha hanya membantu mengacak-ngacak sayuran dan benda lainnya.Sekar pun tak mempermasalahkan itu, dari pada Tisha terkena pisau saat membantu memotong sayuran."Apakah masih lama lagi Sekar?" tanya Tisha sudah tak sabar."Ah, sebentar lagi cantik, ini tinggal nunggu sayurnya dikit lagi mateng kok." jelas Sekar membuat Tisha menganggukkan kepalanya.Masakan sudah selesai, dan Sekar pun memindahkannya ke dalam tempat bekal untuk Gavin."Ayo kita berangkat!" ajak Sekar memegang tangan kiri Tisha.Sementara tangan kanan Tisha memegang tongkatnya, dan tangan kiri Sekar memegang bekal makan siang untuk Gavin.Mereka berdua naik angkutan umum untuk menuju tempat kerja Gavin, para penumpang angkot pun banyak yang memperhatikan Tisha.Banyak sebagian orang yang melihat merasa iba pada kondisi Tisha, dan sebagian lainnya berbisik membicarakan sesuatu. Sekar bukannya tidak tahu akan hal itu, hanya saja ia lebih memilih menulikan telinganya.Akhirnya mereka sampai di tempat kerja Gavin, namun pria itu tidak kelihatan, sehingga Sekar menyuruh salah satu teman Gavin untuk mengabarkan jika adiknya Tisha datang.Tak lama pria itu datang dengan senyum yang mengembang, langsung ia peluk Tisha ke dalam pelukannya. sedangkan Sekar yang melihat itu merasa sedikit cemburu, tapi ia buru-buru menepiskan rasa itu."Ini kejutan untukku?" tanya Gavin pada Sekar.Sekar hanya tersenyum mengangguk, Gavin terus saja menciumi seluruh wajah adiknya, ia goda adiknya dengan kata-kata manjanya dan di toel-toel dagu Tisha."Kakak, udah iiih geli haha." ucap Tisha merasa geli saat Gavin terus menciumi wajahnya."Siapa suruh kamu imut begini hem? gemas tahu." di gigitnya telinga Tisha.Mereka terus saja terlihat asyik berdua, tidak merasa bahwa ada kehadiran Sekar. Sekar sendiri berdeham agar mereka tersadar, seketika Gavin menghentikan godaannya pada Tisha."Ayo kita makan!" ajak Gavin saat Sekar membuka tempat bekalnya."Ini kamu yang masak sayang?" tanya Gavin pada Tisha.Tisha menggeleng. "tidak kak, ini semua masakan Sekar, tadi rencananya sih Tisha mau bantu masak, tapi kan...." Tisha menghentikan ucapannya."Ah iya, ini sebenarnya kami berdua yang masak kak, benar kan Tisha?" Tisha mengangguk ceria."Ini enak sekali, terima kasih ya kedua adikku tersayang."Sekar dan Tisha merasa senang sekali, karena Gavin menyukai masakannya, dan menghabiskan seluruh makanannya."Ok, kakak udah siap makan, dan sekarang mau kembali bekerja, kalian pulanglah dan hati-hati." ucap Gavin mengelus puncak kepala Tisha, dan tersenyum pada Sekar.Setelahnya ia berlalu dari hadapan mereka berdua, dan kembali bekerja. Tisha dan Sekar pun langsung pulang ke rumah."Hari ini sukses!" ucap Tisha senang."Iya Tisha." mereka tertawa bersama."Assalamu'alaikum, kakak pulang!" ucap seorang pria begitu membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam." jawab Tisha senang karena akhirnya sang kakak pulang."Apa Sekar sudah pulang sayang?" Tisha mengangguk."Barusan saja pulang kak.""Apa kau sudah makan malam?" Tisha mengangguk lagi."Baiklah, kalau begitu kakak mau mandi dulu, gerah banget soalnya." Gavin melangkah ke kamar mandi.Tisha kembali duduk di ruang tamu, menunggu kakaknya selesai mandi.Tak berapa lama kemudian Gavin selesai mandi dan sudah memakai pakaiannya, ia menghampiri sang adik dan memeluk pinggang rampingnya.Ia kecup rambutnya yang sangat wangi, aromanya membuat Gavin kecanduan untuk mencium rambut adiknya."Kakak lapar sayang." aduh Gavin."Sebaiknya kakak makan malam dulu." usulnya yang di angguki Gavin."Ya sudah, kakak maka
Tisha meraba-raba bibirnya sendiri yang di kecup sang kakak tadi pagi, masih terasa bagaimana rasanya saat Gavin mengecup bibirnya dengan lembut.Ia menggelengkan kepalanya kuat seraya menghilangkan segala pikiran mengenai perasannya pada sang kakak. "Ini tidak benar!" gumamnya."Apanya yang tidak benar cantik?" tanya Sekar heran melihat Tisha."Hah? ah tidak ada apa-apa Sekar.""Kau yakin? lalu kenapa kau geleng-geleng kepala?" Sekar masih penasaran."Itu karena kepala ku agak sedikit pusing." ucap Tisha berbohong."Astaga! kenapa tidak bilang jika kau sakit? ya sudah sini ku bantu untuk istirahat." Sekar membantu Tisha baringan di ranjangnya.Setelah Sekar keluar dari kamarnya, kembali Tisha meraba bibirnya dan tersenyum, entah kenapa ia begitu bahagia saat kakaknya bersikap manis dan lembut padanya."Apakah mungkin ini yang namanya perasaan cinta? lalu rasa cinta yang seperti apa?" batin Tisha bingung.Tak lama Tisha pun m
"Pagi!" sapa Sekar saat masuk ke dalam rumah Gavin dan Tisha."Pagi juga sekar, bagaimana keadaan mu? sudah lebih baikan?" tanya Gavin begitu perhatian."Sudah lumayan agak mendingan Gav." jawab Sekar."Syukurlah kalau begitu." ucap Gavin tersenyum."Emm, Gav...." panggil Sekar menggantungkan kalimatnya."Iya? kenapa Sekar?" tanya Gavin penasaran.Ragu-ragu Sekar ingin mengatakannya, takut jika Gavin marah dan menolak keinginannya."Hari ini sebenarnya aku ingin pergi bersama keluargaku!" kata Sekar."Lalu?" "Bagaimana jika aku membawa serta Tisha bersama ku, hitung-hitung sekalian aku menjaganya, daripada kau harus cuti kan?" usul Sekar.Gavin tampak berpikir. "intinya, sebenarnya kau ingin pergi dan tidak bisa menjaga Tisha. begitu kan?" tanya balik Gavin."Ya awalnya sih gitu, tapi setelah aku pikir-pikir tidak ada salahnya juga aku membawanya pergi bersama ku dan keluarga ku." "Tapi itu sih, terserah kau saja Gav!" ucap
Seorang pemuda tengah menatap foto seorang wanita cantik, wanita itu tersenyum memandang ke arah lain, bukan ke arah kamera.Ia usap foto itu dengan lembut dan ia kecup dengan sayang, seakan-akan foto itu wujud asli sosok wanita tersebut."Kau sangat cantik disini sayang." gumamnya pada foto tersebut.Ia menaruh kembali foto itu di atas nakas samping tempat tidurnya, ia bangkit dan membuka seluruh pakaiannya.Setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. mandi di bawah shower telanjang bulat, membuatnya terlihat seksi dari belakang dengan tubuh yang sangat di idolakan banyak wanita.Tak butuh waktu berapa lama untuknya mandi, ia langsung mengenakan pakaian bersihnya. berjalan keluar menuju ruang makan, di sana terlihat orang tuanya yang sudah menunggu kehadirannya."Ayo sayang kita makan malam!" ajak ibu pemuda itu.Pemuda itu
Tisha masih terengah-engah dengan ciuman kakaknya, ia merasa kehilangan saat kakaknya menghentikan ciumannya."Kakak...." rengek Tisha.Entah kenapa Tisha seakan lupa ingatan jika yang menciumnya adalah kakaknya sendiri, Gavin semakin sulit mengendalikan dirinya yang tengah di ambang batas kesadarannya."Tisha, k-kau katanya ingin mandi kan? ayo kakak antarkan ke kamar mandi."Gavin mendekat dan menarik pelan tubuh adiknya agar berdiri, ia antar sampai ke kamar mandi."Mandilah!" perintahnya dan mulai berjalan keluar."Kakak, kenapa kau mencium ku?" pertanyaan Tisha menghentikan langkah Gavin."Dan kenapa kakak juga menghentikan ciuman kita, kau tau kak! aku sangat suka saat kakak menciumku, aku sangat menikmatinya." ucap Tisha sedikit mendesah di akhir kalimatnya.Gavin hanya diam mendengarkan ucapan adiknya, ia bingung ingin mengatakan apa.
Happy reading!"Ini bayaran buat Lo berdua." ucap seorang pemuda memberikan lembaran uang merah yang sangat banyak pada dua orang preman."Sipp, terima kasih bos." ucap preman tersebut mencium uang itu."Tapi bos, bos mukulnya kuat banget, sakit beneran ini!" salah satu preman menunjukkan wajahnya yang lebam akibat pukulan kuat pemuda tersebut."Tapi bayarannya setimpal kan?" alis pemuda itu terangkat."Setimpal kok bos, lain kali kalau butuh bantuan, panggil kita aja ya bos." Fikar tersenyum mengangguk.Setelahnya kedua preman tersebut pergi, Fikar tampak tersenyum puas dengan rencananya hari ini, awal mula dia akan mendekati gadis cantiknya.Fikar menghayalkan wajah Tisha, wajah cantik nan pesona yang sangat menggoda Fikar. tapi selain itu, ada maksud tujuan tertentu lainnya, selain ingin mendapatka
"Aaahhh Gav." rintih Sekar merasakan perih karena Gavin meremas dadanya kuat."Bukankah ini yang kau mau hm?" tanya Gavin menggertakkan giginya geram melihat Sekar."Awwhh! ku mohon pelan-pelan." pinta Sekar lagi.Dengan posisi berdiri menyudutkan punggung Sekar ke dinding tembok, Gavin menyeringai menatap Sekar.Sangat kasar Gavin melumat bibir Sekar, di gigitnya kuat bibir bawah Sekar hingga mengeluarkan darah Segar.Bukannya megap-megap keenakan, Sekar malah megap-megap meringis kesakitan, sungguh tidak ada kelembutan dari Gavin padanya.Di cengkram kuat kedua bahu Sekar. "kau ingin bercinta denganku kan?" Sekar mengangguk."Apakah kau juga ingin vagina mu ini di masuki oleh milikku hah!" desis Gavin di depan wajahnya.Lagi-lagi Sekar mengangguk sambil menitikkan air matanya, satu kata yang tergambar saat ini pada Sekar. memalukan!
Gavin menyelimuti tubuh polos Tisha, tampak raut kelelahan dari wajahnya. ia kecup kening sang adik dengan sayang, setelah itu ia bangkit untuk membersihkan tubuhnya.Kalian pasti berpikir jika mereka berdua sudah berhubungan intim bukan? tapi kenyataannya tidak!Gavin memang melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh Tisha, ia cumbu semua tubuh adiknya habis-habisan. sangking bernafsunya membuat tubuh Tisha memiliki banyak tanda hasil perbuatan Gavin, terlebih di bagian leher dan dada, semua tak luput dari perhatian Gavin.Dan untuk pertama kalinya Gavin menjadi pria brengsek sekaligus kakak yang tidak tau diri, karena dengan lancang dan gairahnya yang tersulut. ia melebarkan paha adiknya hingga terpampang lah milik adiknya yang indah, ia cumbu dengan semangat sampai Tisha menjerit nikmat mendapatkan orgasmenya, yang langsung Gavin hisap habis.Setelahnya Tisha kelelahan dan tertidur, Gavin tersenyum meli
Seorang gadis tengah menatap ke arah luar jendela rumah sakit dengan senyum mengembang, setelah selesai melewati rangakaian operasi dua minggu yang lalu. kini akhirnya Tisha sudah bisa melihat kembali seperti sedia kala.Cklek..."Tisha...." suara Sekar masuk ke ruangan dan memanggil namanya."Kau ini, kenapa kau sangat suka sekali melihat dari jendela rumah sakit?" tanya Sekar menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tisha."Karena aku suka," jawabnya membalikkannya badan menghadap Sekar."Kapan Gavin akan menjemputku?" tanyanya merengek."Aku bosan jika kau, Fikar, tante Liana, dan om Darma saja yang datang ke rumah sakit melihat ku." "Bukankah kau sudah bertemu dengan Gavin." "Hanya lewat foto mana puas, aisshh, sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan?" Tisha menaikan sebelah alisnya tanda curiga."Se__sembunyikan apa
"Tisha, aku mencintaimu.""Aku juga mencintaimu Gavin." balasan ungkapan cinta dari Tisha untuk Gavin."Mari kita mulai kehidupan yang baru, awal yang baru untuk kita. kau mau kan sayang?" tanya Gavin yang di angguki Tisha.Gavin semakin mempererat pelukannya, rasa bahagia membuncah di hatinya melihat respon sang wanita pujaan hatinya.Dua orang manusia berbeda jenis kelamin masuk, dan tersentak kaget melihat pemandangan di depannya. namun rasa bahagia tak dapat mereka pungkiri."Wowowow, apa-apaan ini." goda Fikar.Cengkeraman tangan Tisha begitu kuat di baju Gavin, Gavin terperanjat jika ketakutan Tisha memicu karena kehadiran Fikar di tengah-tengah mereka."Berhenti di situ Fikar!" titah Gavin."Ke--kenapa?" tanya Fikar heran."Tisha takut denganmu.""Apa?" Fikar lemas mendengarnya namun malah terlihat lebay.
Sekar berjalan cepat menemui Gavin dan Fikar yang sedang berada di teras rumah, Sekar sudah tak sabar ingin mengatakan kepada dua lelaki itu, jika Tisha sudah menyetujui rencana mereka."Gavin!" panggil Sekar di ambang pintu.Fikar merasa sedih karena namanya tidak di panggil oleh Sekar, tapi sekuat tenaga ia bersikap biasa saja."Ada apa Sekar? kenapa wajahmu terlihat sama bahagia sekali?" tanya Gavin penasaran dengan ekspresi wajah bahagia Sekar sekarang ini."Tentu saja aku bahagia, sebab...?" Sekar menaikkan alisnya menggoda Gavin."Sebab?" Gavin semakin penasaran dengan lanjutan kalimat Sekar."Rencana kita berhasil!""Rencana?" tanya Gavin yang masih belum mengerti arah pembicaraan Sekar."Astaga! kau masih belum mengerti juga Gavin?"Kepala Gavin menggeleng, Sekar menepuk jidatnya melihat Gavin yang bel
Sekar mematung di tempatnya saat di depannya Fikar tengah berdiri menjulang menatapnya tajam. Sekar menelan air liurnya sendiri di tatap seperti itu, Fikar melangkah mendekat ke arahnya.Satu, dua langkah perlahan Fikar semakin dekat. saat itu juga Sekar melangkah mundur hingga mentok ke dinding tembok. Sekar tak bisa mundur lagi, Fikar menyeringai senang, di himpitnya tubuh Sekar dengan tubuhnya.Dengan cool-nya Fikar menempelkan kedua telapak tangannya di tembok, sehingga posisi mereka terlihat sangat ingin dengan Fikar yang mengurung tubuh Sekar."Sudah puas bermain-mainnya?" tanya Sekar tajam.Nafas Sekar tercekat, di tundukkan kepalanya ke bawah. Fikar yang gemas pun memegang dagu Sekar, di angkatnya wajah Sekar agar mendongak ke arahnya."Aku bertanya, kenapa kau tidak menjawab. huh?" geram Fikar dengan keterdiaman Sekar, sebelah tangan Fikar yang bebas mencengkram bahu Sekar kuat.
Praaanngggg."Astaga! apalagi sekarang ini." dengan tergesa Fikar berlari masuk ke dalam rumah Gavin saat mendengar suara benda jatuh.Cklek.Fikar mematung di tempatnya saat melihat tubuh meringkuk ketakutan Tisha, wanita itu memeluk erat dirinya sendiri. Fikar melihat gelas kaca yang pecah, sedikit bisa bernafas lega karena Tisha tidak terluka."Sudah dua gelas kaca yang di pecahkannya hari ini." ucap batin Fikar.Fikar ingin sekali memeluk tubuh Tisha, memberinya ketenangan karena jujur saat ini Tisha terlihat seperti ketakutan."Kak Gavin...." panggilnya lirih menyebut nama Gavin.Fikar tertegun mendengarnya, bagaimana sekarang ini? Tisha merindukan Gavin.Tak lama tubuh Tisha terkulai lemas merosot ke lantai, Fikar panik langsung berlari ke arahnya mengangkat tubuhnya mungil Tisha. menggendong membawanya masuk ke dalam kamar.F
Fikar menggeram kesal pada sang kakak, entah sudah panggilan telepon yang ke berapa ia menghubungi Gavin. tapi pria itu tak kunjung mengangkatnya, hampir satu harian menjaga Tisha membuatnya letih. hei ayolah! Fikar juga butuh kebebasan dan bekerja, ia bukanlah seorang pengangguran bung."Siallll!" maki Fikar pada ponselnya.Saat ini ia tengah duduk di luar rumah Gavin, melihat Tisha semakin menambah pusing di kepalanya. wanita menyuruh pergi semua orang seakan-akan ia bisa sendiri melakukan banyak hal, apa dia tidak sadar dengan kondisinya sendiri.."Huffftt, Sekar." tiba-tiba saja Fikar merasa rindu dengan wanitanya.Wanita yang selama beberapa waktu ini menjungkir balikkan hidupnya, mengacak-acak pikirannya. memporak-porandakan hatinya yang selama ini hanya di isi dengan nama Tisha, tapi kali ini sudah berganti dan di isi penuh dengan namanya.Membuat perasaan bahagia membuncah di dadanya walau h
"Kau bisa membantuku?" tanya Gavin serius menatap Sekar dengan tatapan memohon."Bantu kamu untuk?""Jagain Tisha." pintanya sendu."Apa? jagain Tisha?" Gavin mengangguk."Bu--bukannya kau sudah memecat ku Gav?" tanya Sekar mengingatkan Gavin."Ini berbeda!" risau Gavin mengacak rambutnya."Setelah kau tak ada, keadaan semakin berbeda Sekar. banyak hal yang terjadi di hidup kami, semuanya semakin kacau.""Ma--maksudnya?" Sekar semakin bingung dengan ucapan Gavin."Kau tau Fikar?"Deg.Nama itu lagi, nama pria yang menjadi alasan bagi Sekar lari dan bersembunyi."Apa Fikar yang dimaksud Gavin adalah Fikar yang sama?" ucap batin Sekar bertanya-tanya.Memang Sekar tahu jika Fikar yang selama ini mendekati Tisha dan berusaha membuat wanita itu jatuh cinta adalah orang
Seorang gadis tengah berjalan menapaki jalanan yang terasa sepi, terlalu lama bersembunyi membuatnya lelah. akhirnya ia memutuskan untuk berani keluar dengan sedikit bebas, walaupun kata hati-hati itu ada.Ia harus selalu waspada akan sosok seseorang yang beberapa waktu ini menjadi alasannya untuk kabur dan bersembunyi. takut jika ia bertemu lagi dengan pria itu. ya, seorang pria yang sudah menjungkir balikkan hidup dan hatinya.Saat asyik berjalan, tak sengaja sepasang netra indah milik wanita itu melihat gestur tubuh seseorang yang sangat di kenalnya. punggung kokoh milik pria yang selama ini sangat ia cintai.Perlahan ia berjalan mendekati pria itu, kemudian menepuk bahunya dari belakang. pria itu menoleh ke belakang dan terkejut mendapati dirinya."Sekar!" pekik Gavin kaget."Ah, ternyata benar ini kamu Gav." ucap Sekar tersenyum bahagia.Gavin melihat penampilan Sekar dari atas
"Aku memang tidak akan meninggalkanmu, tapi__" Tisha menggantungkan kalimatnya, membuat rasa penasaran Gavin meningkat menunggu kelanjutan kalimatnya."Kau yang akan pergi meninggalkanku!""Tidak! tidak akan ada yang pergi saling meninggalkan di antara kita." tolak Gavin tak terima."Kau ini manusia yang sangat egois sekali!" sinis Tisha mengejek."Aku tahu kau kasihan padaku kan, sampai kau tak ingin meninggalkan ku.""Tisha apa yang kau katakan sebenarnya!" bentak Gavin merasa tak tahan lagi dengan tingkah Tisha yang seperti ini."Kalau begitu pilihlah salah satu diantara dua pilihan itu. kau atau aku yang pergi meninggalkan rumah ini?!""Tisha__""Aku tidak butuh ocehanmu, yang aku butuhkan adalah jawaban mu, Gavin. aku yang pergi atau kau yang pergi!"Tubuh Gavin jatuh luruh ke bawah, perkataan Tisha membuat seluruh