Kematian petinggi di Prahara Group yang merupakan raksasa bisnis di kota Thyrus ini membuat geger semua orang. Terlebih, kematian tragis ini akhirnya mencuatkan sebuah fakta yang mengejutkan publik dimana akhirnya muncul nama Jingga sebagai isteri sah dan sekaligus penerus utama Prahara Group sebagaimana diumumkan oleh pihak lawyer keluarga utama di Thyrus ini yaitu Thompson and Co.
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa wanita yang baru saja dinikahinya beberapa hari mendadak menjadi bangsawan dan milyarder?" ucap Rhani yang merupakan adik sepupu Arshan dari ibunya.
Suara sumbang seperti itu terus terdengar ditelinga Jingga di sepanjang pemakman hingga acara fatwa waris digelar malam harinya.
"Dia hamil anak Arshan? Sangat aneh? bukankah kita sudah membuat pria itu impoten." ucap Putri kepada anaknya yang bernama Lili dengan suara sangat pelan.
Sayangnya, kedua wanita itu ceroboh karena dibelakangnya ada seseorang yang mendnegarnya yaitu Jingga.
<Haaah? Demi apa? Tapi kenapa Badai sangat terkejut yaaa? Penasaran doong, lanjuut baca yaaa
Konferensi pers resmi lawyer senior di Thmpson and Co yang berkantor di Paris itu menyedot perhatian publik dengan sangat cepat. Terlebih, saat kabar tersebut menjadi sebuah kabar sensasional di Negara Bagian Helosinia ini. Apalagi, kabar tersebut menyangkut penerus sebuah raksasa bisnis di Helosinia yang berpusat di kota Thyrus ini. Kabar semakin membuat mata publik melongo, dimana Arshan Prahara yang dikenal smeua orang sebagai Tuan Muda arogant dan tukang gonta ganti pasangan ini ternyata sudah menikah secara resmi dimana isterinya sudah mengandung 2 bulan. Sosok Jingga Lestari Maharani adalah nama paling dicari saat ini. Sederet tag pencarian di situs situs news nyaris dipenuhi kata kunci tersebut. Fakta-fakta mengenai Jingga yang juga pernah diperisteri oleh Badai Hankaara itu. Sosok wnaita sederhana ini seketika menjadi buah bibir tak hanya di kalangan masyarakat namun juga dalam kalangan keluarga kelas atas di negara ini. Kaum sosialita yang se
"Sekretaris Frans! Apakah Tuan Tiedo sudah mengaturkan jam kerja anda disini?" ucap Jingga sambil terus sibuk membuka lembaran majalah ditangannya. "Benar Nyonya, Tuan Tiedo mempekerjakan saya dengan aturan jam kerja 24jam dengan gaji 150juta yang dibayarkan setiap tanggal 20 di setiap bulannya." ucap Frasn dengan sangat teratus menyampaikannya. "Baiklah, aku akan menggajimu 200juta hanya dengan delapan jam kerja saja. Artinya, hanya pukul delapan pagi hingga pukul empat sore saja anda berada di kediamanku." ucap Jingga dengan lugas dan tegas. "Maaf Nyonya, saya tidak akan menerimanya. Kontrak kerja saya sudah disegel resmi dalam hukum internasional." ucap Frans dengan tetap tenang. "Aku tak peduli dengan hukum tersebut! Aku tak mau kau menguntit dan mengurusiku selama 24 jam." ucap Jingga sambil menutupkan majalahnya dan menatap Frans dengan mata terbelalak setelahnya. Namun pria didepannya tak bergeming sedikitpun. Pria itu tetap saja diam d
Jingga baru saja menyelonjorkan kakinya di gazebo yang berada ditengah kolam ikan sangat asri dan sejuk di halaman belakang rumah. Deretan bunga portulaca berwarna-warni menghiasi tepian gazebo, membuat mata yang menatap semakin merasa nyaman dan bahagia. "Susu anda Nyona." ucap Frans membuat mata Jingga membulat sangat besar hingga nyaris keluar dari kelopaknya itu. Dengan tak bergeming Jingga mengacuhkan ucapan pria tersebut yang terus berdiri di sebelah Jingga dengan segelas susu ditangannya. 'aku mau tahu sekuat apa kau berdiri disana' umpat Jingga dalam hatinya. Setengah jam berlalu, Jingga tersenyum satir ketika melihat Frans akhirnya meninggalkannya. 'haahh, tau rasa lu' umpat Jingga kembali merutuki pria tersebut. Dengan nyaman dan tenang, Jingga kemudian menyandarkan kepalanya di bantalan empuk yang ada dibelakangnya itu. Matanya mulaimengotak-atik ponselnya untuk membaca deretan rak buku novel online yang sudah sangat lama ta
"Kondisi Nyonya Arshan sangat kedinginan, sepertinya beliau terlalu lama berada diguyuran airnya. Sementara ini, penghangat ruangan sangat diperlukan Sekretaris Frans." ucap Dokter Lindan kepada Frans. Jingga yang terbaring dibalik selimut hanya sekilas mendengarkannya, dia sebenarnya tak membutuhkan dokter. Sakit seperti ini tak akan membuat nyawanya melayang. Begitulah fikir Jingga. Namun satu hal yang masih sering Jinga lupakan saat ini adalah benih yang tertanam di rahimnya itu adalah satu-satunya pewaris resmi dari Prahara Group yang merupakan sebuah raksasa bisnis di negara ini. "Sekretaris Frans! Bagaimana anda bisa seceroboh ini!" ucap Tiedo terdengar mendamprat pria itu dari seberang yang terhubung melalui Video Call itu. "Maafkan saya Tuan, saya akan semakin mengawasi Nyonya." ucap Frans sambil membungkuk kepada Tiedo. "Dokter Lindan, terimakasih atas waktunya. Kami mohon agar anda rutin memeriksa Nyonya Arshan di rumah secara pribad
Pagi ini di rumah sakit, "Sayang, maafkan Ibu yaa. Bagaimanapun Ibu dan Violet tak bisa terus bersamamu." ucap Santi berpamitan kepada Jingga. "Iyaa Bu, Violet. Gpp kok. Doakan saja selalu ya Bu. Ingat jika ada apapun segera kasih kabar aku." ucap Jingga kepada ibu dan adiknya yang tetap bersikeras kembali ke kediaman mereka. Tak ingin membuat suasana haru berkepanjangan, Santi langsung menarik lengan Violet untuk segera meninggalkan ruang perawatan Jingga. Meski berat hati, namun Santi terpaksa meninggalkan puterinya saat ini. Santi yang bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah dasar tak bisa menjangkau pekerjaannya dari rumah Jingga saat ini. Sementraa Violet, adiknya Jingga ini juga baru saja masuk ke bangku kuliahnya. "Sekretaris Frans, jika aku memiliki uang tolong aturkan semua kebutuhan keluargaku. Jangan sampai mereka terkena masalah apapun." ucap Jingga kepada pria itu yang langsung mengangguk mengiyakannya. Frans sudah meng
Hari ini, menjadi hari yang sangat penting bagi Prahara Group. Suka atau tidak, kehadiran Jingga sebagai pimpinan baru grup ini tidak bisa dibantah oleh siapapun. Dan pagi ini juga, Jingga sudah bersiap dengan pakaian kerjanya. "Nyonya, sarapan anda." ucap Frans kepada Jingga. Jingga langsung duduk manis di meja makan dan melahap tanpa penolakan semua menu sarapan bergizi yang disodorkan untuknya. Mata Duma snag pelayan nampak bersinar bahagia, melihat Jingga pagi ini yang menghabiskan sarapannya untuk pertama kali setelah kedatangannya di Arshan Pallace. Setengah jam berlalu, Jingga sudah duduk di kursi belakang sebuah Roll Royce hitam. Mobil yang selalu digunakan mendiang Arshan pulang pergi ke kantor ini mulai sekarang akan menjadi tumpangan rutinnya setiap hari. Yang akan mengantarkan Jingga sebagaimana dulu mendiang suaminya pulang dna pergi. Balutan dress gwon ditambah blazer yang senada, juga sebuah wedges yang lembut namp
“Selamat datang, Nyonya.” Ucap seorang pria yang dikenali Jingga sebagai tertua dalam keluarga Prahara tersebut menyapa Jingga yang baru saja masuk ke ruangan rapat sangat luas tersebut. “Terimakasih Paman Erick, senang sekali aku bisa bertemu denganmu saat ini.” Ucap Jingga dengan tetap anggun dan sangat berkelas. Tak akan ada yang menduga jika seorang Nyonya Arshan yang sebelumnya direndahkan juga dicemooh itu ternyata seorang wanita yang berpendidikan juga beratitude sangat berkelas. “Nyonya, jangan lupa untuk menyapa Bibi Elisa.” Ucap Frans berbisik kepada Jingga saat mengambilkan tas wanita tersebut untuk diletakkan di atas meja. “Bibi Elisa, Arhsan sangat menyayangimu. Mendiang sering membicarakan tentang anda kepada kami.” Ucap Jingga dengan lembut dan sorot sehangat mentari sementara tangannya membelai lembut perutnya yang mulai membuncit itu. Seketika, raut wajah Elisa yang semula sangat dingin nan sang
Sore mulai bergelayut, semilir angin menyibak gordyn kamarnya saat mata Jingga perlahan terbuka. Jingga kemudian beringsut turun dari kasurnya, perlahan berjalan menuju balkon rumah dimana udara sejuk terus terasa dari sebelah sana. Langkah kaki Jingga terhenti, ketika mendengar percakapan dua pria tepat dibawah balkonnya itu. “Tuan Arshan sudah berpesan untuk memastikkan Nyonya dan bayinya lahir dengan selamat, kita benar-benar harus menjaganya. Penyerangan di pabrik kedua baru saja terjadi Tuan.” Ucap seorang pria kepada Frans. ‘glegg’ Jingga menelan salivanya sangat kasar. Wanita ini merasakan ada hal serius yang tengah terjadi dan itu semua berkaitan erat dengan dirinya. Jingga memutuskan untuk menguping lebih lama lagi pembicaraan Frans dengan seorang pria berlencana khusus itu. “Darma, pengamanan rumah dan jalur pulang pergi ke perusahaan harus digandakan. Tidak terkecuali dengan ruangan kerja, lift dan juga dokter
Hari demi hari Jingga kini semakin disibukkan dengan kegiatan kepenulisannya. Wanita ini memilih jalan yang akhirnya membuatnya sangat nyaman. Sementara Alkala kian bertambah besar, putera semata wayangnya itu akhirnya mengetahui sebab akibat dari setiap keputusan Jingga selama ini, dan Alkala mulai mengerti. Usia yang bertambah dewasa, membuat Alkala semakin sibuk dengan segala kehidupannya sebagai satu-satunya pewaris Prahara Group. Dengan Jingga dan Adjie di belakangnya, Alkala sukses menjadi CEO muda dengan segudang pesona dan juga karakter hebatnya yang mendunia. Pendidikan internasional yang direngkuhnya, membuat Alkala mampu semakin mebesarkan Prahara Group di kancah bisnis internasional. Akhirnya, Jingga benar-benar tak perlu lagi cemas, karena sang putera ternyata belajar banyak dari kehidupannya selama ini. Tuan Muda Prahara itu, kini menjadi sosok idola di berbagai kalangan di dunia, dan itu membuatnya sangat bangga.
Dua bulan setelah perpisahannya dengan Adjie Prahara, Jingga yang sejak perpisahannya itu memutuskan keluar dari Arshan Pallace peninggalan mendiang suaminya dan memilih kembali ke rumah orang tuanya di kota kelahirannya. Hari ini, untuk pertama kalinya sejak kepulangannya ke kota Borents, Jingga akhirnya keluar dari rumah mendiang Hadi-sang ayah. Rumah masa kecilnya, dimana dia dan Violet tumbuh besar bersama sang ibunda itu masih sangat terawat berkat tangan baik sang paman yang merawatnya meski Jingga tak berada disana. Setelah kedua orang tua dan adiknya tiada, rumah itu otomatis menjadi milik Jingga semata. Dan demi keluarganya yang telah lebih dulu pergi itu pula Jingga tak akan merenovasinya. Membiarkan rumah dan segala perabotannya seperti ini membuat Jingga merasa jika keluarganya itu masih ada. Sementara perpisahannya dengan Adjie masih ditentang oleh Alkala, Jingga dan puteranya yang beranjak remaja itu kini mulai merenggang.
"Jangan menghiburku mas, pergilah. Aku sedang ingin sendirian." ucap Jingga sambil menyibukkan lagi pandangannya dengan majalah di depannya. Wanita itu nampak sangat lusuh tak bertenaga setelah penguretan yang terpaksa dijalananinya demi membersihkan sisa janin di dalam rahimnya. Sangat dingin dan tak bersemangat, seperti itulah Jingga kali ini. Entah apa yang menyapukan luka sedalam itu di dalam hatinya. Namun sejak memergoki Adjie bersama Shana di dalam kamarnya, Jingg abeanr-benar seolah mati rasa dan tak ingin lagi hidup. "Aku bersalah kepadanya." ucap Adjie terus mengutuk dirinya sendiri yang bisa kebablasan oleh seorang pelayan seperti Shana. 'bukk' Satu pukulan menghantam rahang Adjie, namun pria itu tak akan melawan sedikitpun. "Bajingan kau Adjie!" ucap Badai sambil kembali bersiap menghajar pria tersebut. Namun meihat Adjie yang telah pasrah, Badai mengurungkan niatnya. "Kau tahu seberapa sulitnya aku
Adjie sudah sejak tadi menunggu Jingga di ruangan kerjanya, namun wanita itu tak juga muncul disana. Ini semakin membuatnya gusar. Raut wajah Adjie mendadak sumringah ketika melihat Jingga akhirnya datang ke kantornya meski hari sudah sangat siang. "Jingga .. Sayang ... Aku menunggumu untuk meminta maaf." ucap Adjie yang langsung mengatakan tujuannya menunggu Jingga di ruangan ini. Pria itu mengabaikan dua staff marketing yang datang bersama Jingga karena pria itu hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan sang istri saat ini. Namun sayangnya, Jingga hanya diam. Wanita itu sangat pemberani di lain sisi namun nyatanya sangat rapuh di sisi lainnya. "Pergilah dan semoga berhasil ya ... " ucap Jingga kepada dua staff marketing Prahara Group setelah menyerahkan sejumlah berkas kepada mereka. Kedua staffnya itu segera berpamitan. Dan Jingga kembali disibukkan dengan morning sick nya yang semakin parah. "S
"Kamu darimana?" ucap Adjie ketika melihat Jingga datang dengan sangat bahagia menatap istrinya itu dengan penuh selidik. "Aku ... Mas sudah pulang?" tanya Jingga balik bertanya. "Jingga? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Siapa yang kau temui?" tanya Adjie memberondongkan pertanyaannya kepada sang istri. 'glegg' Jingga menelan salivanya yang tercekat di kerongkongan, wanita ini sangat kebingungan. "Frans, aku bertemu dengan Frans di tempat billiard." ucap Jingga mengakuinya. 'glegg' Kini berbalik Adjie-lah yang menelan salivanya yang tercekat. Raut wajah pria itu menghitam oleh amarah. Namun dia berusaha menyamarkannya. Jingga menyadari ekspresi kecemburuan suaminya itu adalah sebuah pertanda cinta yang baik untuknya. Namun seringnya Adjie mencemburu, terkadang membuat Jingga kebingungan melangkah keluar dari rumah. "Dengar Jingga! Aku tak suka kau bergaul secara diam-diam dengan lelaki manapun." ucap A
Selesai dengan masalah di sekolah Alkala, Jingga kemudian memutuskan untuk mengajak puteranya itu berkeliling sejenak merehatkan fikirannya dari kesemrawutan di sekolah tadi. "Ini menyebalkan, semua tulangku rasanya akan patah." ucap Alkala mengeluh kepada Jingga. "Karena itulah, mulai sekarang kau harus bisa memilih mana yang terbaik sayang." jawab Jingga menimpali keluh kesah puteranya dengans angat tenang. Namun Alkala nampak sangat kesal sekali karena Jingga tak membelanya. Untuk satu masalah itu, Jingga memang tak bisa menyalahkan Alkala. Tujuan baiknya untuk mendidik dan menggembleng putera semata wayangnya itu tentu akan menuai pro dan kontra dari puteranya itu sendiri. Senyuman demi senyuman menyapu wajah Jingga yang kian jelita ini. Membuat Alkala semakin mengerucutkan bibirnya dipenuhi rasa kesal. "Kita akan bermain billiard?" ucap Alkala kegirangan ketika mobil ibunya masuk ke halaman parkiran sebuah gedung pusat permainan b
Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng
Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik