Pikiran Adam kembali pada masa lalu tepatnya saat dirinya masih sangat gemar bermain di dunia bawah. Adam dulu di juluki serigala hitam sebelum dirinya menikah dengan Mella.
Keahlian dalam bisnis dan dunia bawah memang sudah tidak di ragukan lagi. Waktu itu Adam tengah mengejar kelompok musuh bersama Riki dan bawahannya termasuk ayah Shireen.
Seperti yang di ketahui, dulu ayah Shireen memang menjadi anggota lebih tepatnya salah satu tangan kanannya. Adam sedikit terluka di bahu kanan karena terkena tembak oleh kelompok tersebut.
Dia bersembunyi di balik tembok untuk membidik ketua dari kelompok penghianat itu. Keadaan saat itu memanglah sangat mencekam dengan suara tembakan yang begitu memekakkan telinga.
Saat Adam hendak memusatkan bidikan dan melepaskan pelatuk senapannya, ada seorang anak yang berdiri menghampiri sasaran yang akan Adam tembak. Adam sedikit kesusahan karena posisi anak remaja
Sinar mentari pagi menyingsing di balik celah gorden sebuah kamar yang sedikit gelap sehingga dapat mengetahui ada makhluk hidup didalamnya.Shireen melenguh dan merentangkan tangannya, pada saat hendak duduk selimutnya pun melorot. Reflek tangannya mencengkram ujung selimut tersebut. Dia memejamkan mata karena lupa jika semalam dirinya telah melakukan hal yang begitu intim dengan sang suami.Matanya menelisik segala sudut ruangan dan berhenti di jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30, Shireen membelalakan matanya kemudian dengan terburu-buru turun dari ranjang seraya mengeratkan pelukannya pada selimut yang membalut tubuh telanjangnya.Shireen menggeram kesal karena tidak dibangunkan oleh sang suami yang nyatanya dia sudah lebih dulu bangun. Shireen dengan terburu-buru membersihkan diri dan berlanjut melakukan ibadahnya karena sudah sangat terlambat.Setelah ritual pagi yang biasa dia lakukan, Shireen keluar untuk sarapa
Sudah tiga bulan lebih Shireen menjalani kehidupan sebagai seorang istri kedua dan juga menjalankan semua prosedur untuk cepat hamil.Dan sekarang Shireen tengah bingung juga takut. Di tangannya ia memegang benda kecil persegi panjang. Dia menunggu dengan cemas apa hasilnya.Testpack. Benda itu adalah testpack, Shireen menenggelamkan wajahnya di atas lututnya dan tangan kanannya mengatung di udara dengan benda itu di genggamannya.Shireen belum siap untuk melihat padahal sudah lebih dari satu jam dia seperti itu. Shireen menarik napas dalam sebelum kembali menyakitkan dirinya jika itu sangat perlu dia ketahui.Dengan tekat kuat Shireen menegakkan kepalanya lalu mengintip. Satu matanya terbuka sedikit demi sedikit melihat apa hasil dari testpack tersebut.Jantung Shireen terpacu sangat kencang melihat kenyataan. 'Garis dua' itulah kenyataannya. Shireen gemetaran tidak percaya jika itu berhasil. Refleks ia mengusap
Shireen menutup pelan pintu kamarnya dan mengatur napas. Rasanya seakan dia sedang dalam incaran warga karena mencuri dan berhasil lolos.Perempuan itu mengusap dada dan perutnya. "Hei, makhluk kecil! Kamu lapar jam segini mau buat aku gendut ya?" monolog Shireen pada perut ratanya kemudian dia tertawa.Lucu juga dia berbicara dengan makhluk kecil yang ada di dalam dirinya itu. Makhluk itu masih sebiji kacang mungkin karena usianya juga Shireen tidak tahu. Ia belum mengecek kebenaran dirinya hamil berapa bulan hanya mengandalkan alat tes kehamilan tadi pagi yang meyakinkan dirinya itu memang hamil.Gejalanya sudah dia rasakan beberapa hari belakangan, karena itulah Shireen mengetes kebenaran untuk sementara ini. Dan mungkin besok akan dia periksa ulang di rumah sakit untuk mengetahui seberapa besar janin yang ada di perutnya itu.
Bagi seseorang yang baru saja mengalami morning sickness tentu akan terasa sangat tidak nyaman, begitupun dengan Shireen. Perempuan itu mengeluh sakit di dalam tidurnya dan kepalanya begitu berat seakan ada batu besar yang menindih kepalanya. Mata Shireen perlahan terbuka dan cahaya langsung saja masuk ke dalam retina matanya memberikan efek silau. Tangannya terangkat menghalau cahaya tersebut dan berhasil membuat sekitar semakin jelas untuk dilihat. "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya seraya memegang kepala yang pening. Shireen sadar jika dirinya ada di ruangan rumah sakit karena aroma dan suasana yang berbeda dari kamarnya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya untuk duduk tapi suara dari arah pintu menghentikan pergerakannya. "Kau istirahatlah dengan tenang. Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja." Itu Adam, tapi dia tidak sendirian melainkan bersama Mella di sampingnya. Mella masih
Sampai malam pun Shireen masih merenung memikirkan apa yang diucapkan oleh Mella tadi siang. Sebenarnya apa yang dipikirkannya sekarang adalah hal yang memang seharusnya terjadi, bahkan dia harusnya sadar akan hal itu. Tapi kenapa rasa sakit itu secara reflek datang menggerogoti relung hatinya?Tidak, tidak! Ini hanya pikirannya saja bukan? Dia tahu status dan posisinya sekarang. Lalu apa yang dia cemaskan? Bukannya Adam dan perempuan itu hanya ingin anaknya saja sebagai syarat bebasnya sang kakak? Kenapa saat hal itu semakin dekat dalam mewujudkannya malah rasanya begitu sakit?Salah, ini salah! Bukan perasaan seperti ini yang dia mau. Bukan sama sekali. Hah ... terlalu pusing untuk dipikirkan. Sekarang dia seorang pasien dan tidak boleh setres. Tapi, sepertinya dia tidak bisa lepas dari kata-kata itu sekarang."Aduh ... kok aku jadi galau gini sih?!" gerutu Shireen lirih."Tidurlah, apa yang sedang kam
Adam berjalan melewati lorong rumah sakit sembari menelpon asistennya. "Cepat katakan di mana ada penjual bubur kacang hijau dan bakso bakar?" tanya Adam tidak sabar.Di seberang telepon, Adnan melirik jam yang menunjukkan pukul 23.15, sudah tengah malam begini sang bos masih menanyakan hal yang tidak bisa dia jawab. Astaga, bosnya ini salah makan obat apa? Adnan terus menggerutu di dalam hati."Adnan!" seru Adam yang tidak kunjung mendapatkan jawaban."I-iya bos! Maaf bos. Saya nggak tau, jam segini paling mentok ketoprak sama bajigur bos." Adnan memberi tahu."Yang saya tanya bakso bakar dan bubur kacang hijau bukan apa yang kamu sebutkan itu!" Adam jadi kesal pada asistennya.Adnan mengatakan sambil menguap, "Ya bagaimana lagi bos, sekarang sudah malam.""Saya nggak mau tau! Sekarang kamu cari di mana keberadaan penjual itu, dalam lima belas menit harus ada!" tukas
Shireen bolak balik melihat jam yang ada di dinding, ini sudah lebih dari setengah jam dia menunggu tapi suaminya itu tidak kunjung datang dan membawakan pesanannya. Dia berkali-kali menelan ludah karena rasa inginnya memakan pesanan yang dia minta pada Adam.Shireen sekali lagi melihat pintu yang tidak kunjung terbuka lalu menatap perutnya yang keroncongan."Ya ampun lama sekali, makhluk kecil kenapa lapar pada saat jam seperti ini? Aku sudah mengantuk." Keluh Shireen berbicara sendiri pada perutnya yang rata."Jangan berbicara pada anakku seperti itu!" suara itu menyentak telinga Shireen di kesunyian malam."Kau sudah datang?" tanya Shireen berbinar."Memangnya aku ini hantu, jelas sudah datang. Pertanyaan bodoh apa itu?" gerutu Adam pelan.
Sudah lima hari akhirnya Shireen sudah diperbolehkan pulang, kenapa begitu lama? Ya jawabannya hanya satu yaitu Adam.Lelaki itu tidak memperbolehkan Shireen untuk pulang dengan alasan supaya bisa beristirahat dengan nyaman, dia tidak tahu jika tempat paling nyaman itu ada pada tempat tidur sendiri. Untuk pertama kalinya Shireen bisa bernapas lega dan bahagia saat menginjakkan kaki di rumah bak istana itu.Awal datang ke rumah itu rasanya begitu mencekik, tapi saat ini senyumnya bahkan tidak pernah luntur sepanjang jalan pulang. Apalagi saat melihat bibi pelayan yang menyambut dengan hangat, rasanya seperti di sambut seorang ibu saja."Aku kangen banget sama bibi!" seru Shireen senang.Bibi pelayan terkekeh geli. "Ya ampun, Non. Bibi juga kangen sama Non Shireen, ini berasa sudah bertahun-tahun rasanya."Shireen mendusal di ceruk leher bibi. Entah mengapa aroma tubuh bibi begit
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia."Kurang ajar!" kesal Adam.Tok tok tok!Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Adam pulang saat jam makan siang. Niatnya hanya ingin melihat Shireen di rumah karena dia tidak bisa menjemput istrinya itu saat pulang tadi.Berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri kamar yang di tempati Shireen. Di bukanya pelan pintu yang tertutup rapat. Adam masuk ke dalam dan melihat Shireen yang sedang tertidur pulas.Adam berjongkok dan menatap seksama wajah damai Shireen, "Sepertinya dia begitu pulas? Apa senyaman itu tidur di kamar sendiri?" gumam Adam.Terkadang bodoh melanda laki-laki itu. Siapa yang tidak akan nyaman jika kembali ke tempat yang biasa di tempati apalagi tempat tidur. Tapi, di balik kenyamanan yang di rasakan Shireen, perempuan hamil itu sekarang malah merasakan kram di perut bagian bawahnya. Menjelang hari lahir memang begitu nikmat.Adam yang melihat itupun men
Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Shireen sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukan Adam yang menjemput ataupun Mella apa lagi, kepulangan Shireen dijemput oleh Dika sahabat rasa adiknya itu."Sehat-sehat lah sebentar lagi ponakan aku bakalan brojol jangan stress stress biarin saja suami kamu yang stress bin gila. Kamu jangan ikutan, aku tau kamu tuh udah gila dari muda. Kamu bentar lagi mau jadi mami jadi tahan lah gilamu itu ya, "celoteh Dika seraya membereskan pakaian Shireen ke dalam travel bag.Shireen mendengus mendengar celotehan Dika yang unfaedah, matanya sesekali melihat ke arah pintu yang tidak kunjung terbuka. Jangankan manusia, lalat saja tidak ada yang melewati pintu itu karena masih saja tertutup rapat tanpa celah.Sebenarnya Shireen sedikit bingung karena di dalam hati kecilnya ada terbesit rasa harap jika Adam akan datang untuk m
"Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan. Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen yang tandanya istrinya itu lapar. Adam memang sangat dingin, tapi Adam diam-diam membaca buku tentang ayah siaga dan sepertinya kini lelaki itu mempraktekkannya. Tidak lama Shireen keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan sangat hati-hati karena takut jika terjatuh. Adam menoleh seraya menutup panggilannya. "Sudah lebih baik?" tanyanya lembut tapi di balas tatapan jengkel oleh Shireen. Perlahan Sh
Adam duduk di bangku samping ranjang Shireen, matanya terus menatap wajah damainya. Adam bertanya-tanya dalam dirinya sendiri mengapa saat ini dia merasa takut padahal perempuan di hadapannya tidak akan pernah bisa pergi atau melarikan diri?Perjanjian awal memang setelah melahirkan, Shireen akan bebas. Tapi, melihat kenyataan saat ini Adam rasa akan ada alasan untuk Shireen tetap tinggal.Akan ada alasan baginya untuk menahan Shireen, mungkin sampai akhir hayatnya. Dengan adanya anak diantara mereka pastinya membuat Shireen berpikir untuk tetap tinggal, bukan?Adam sekarang ingin Shireen tetap di sisinya. Egois? Iya Adam akui dirinya egois. Tapi, Adam menginginkan itu! Biarkan dia di cap sebagai apa juga dia tidak peduli, yang terpenting sekarang Shireen terus ada di sampingnya.Tapi, mengapa dalam waktu yang sama Adam ada firasat jika Shireen akan pergi dari sisinya. Apa yang sebenarnya akan terjadi? Lelaki