Setibanya di rumah, Carla langsung mendapat serangan fajar. Ayahnya terjatuh dari tempat tidur, sehingga harus dibawa ke rumah sakit.
Mengingat keuangan mereka, membuat Ibunya tidak berani untuk membawa ke rumah sakit, padahal sudah sangat jelas, Ayahnya terlihat sangat menahan sakit.
"Ya ampun, Ayah!" teriak Carla terkejut, ia pun langsung menghampiri Ayahnya yang kini sudah terbaring di lantai.
"Ayo bawa Ayah ke rumah sakit, Bu," ajak Carla, benar-benar sangat merasa panik.
"Kita tidak punya uang, nak. Pakai apa kita bayar biayanya nanti," jawab Ibunya, mendengar itu membuat Carla semakin panik.
"Tidak ada pilihan lain, aku harus mengambil keputusan ini!" lirihnya. Ia langsung teringat dengan tawaran yang Sarah tawarkan.
Dengan cepat Carla pun langsung mengeluarkan ponselnya, ia sengaja mengambil jarak dari Ayah dan Ibunya, ia tidak ingin Ayah dan Ibunya tahu tentang permasalahan ini. Setelah mengetik nomor telepon Sarah, Carla pun lalu menghubunginya.
"Halo!" ucap Sarah.
Tanpa basa-basi, Carla pun langsung menyampaikan kesetujuannya.
"Saya setuju, saya akan setuju menikah siri dengan suami Ibu, saya mohon, kirimkan uangnya sekarang, saya sangat membutuhkan uang tersebut," ucap Carla dengan jelas, mendengar itu membuat Sarah sangat bahagia. Mama mertuanya yang tengah berada di sampingnya merasa penasaran, apa yang membuat Sarah bahagia seperti itu.
"Apa kamu serius?" tanya Sarah memperjelas.
"Saya serius, Bu. Ayah saya sedang sakit, jadi saya sangat butuh uangnya. Demi uang itu, apapun akan saya lakukan," jawab Carla, merasa puas dengan jawaban Carla, Sarah pun langsung memutuskan telfon, ia tidak ingin membuat Mama mertuanya penasaran, dan mengetahui rencananya. Diam-diam ia pun mengirimkan pesan, dan meminta nomor rekening Carla. Tidak butuh waktu lama, setelah mendapat pesan dari Sarah, Carla pun langsung mengirimkan nomor rekeningnya sesuai permintaan Sarah.
Dalam hitungan menit, Carla langsung mendapatkan notifikasi, saat melihat jumlah nominal yang Sarah kirimkan, membuat ia sangat terkejut.
"Maafkan aku Yah, Bu, aku terpaksa melakukan ini," ucap Carla merasa bersalah, kini sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri siri, istri yang siap melahirkan seorang anak, dan akan pergi setelah selesai melahirkan, bagaimana rasanya dicintai atau mencintai mungkin ia tidak akan pernah merasakan. Ia seperti pengecut yang harus menjilat air liurnya sendiri.
Mendengar jeritan Ibunya, Carla pun kembali sadar dan langsung berlari menghampiri Ayah dan Ibunya.
"Ayo, Bu. Kita bawa Ayah ke rumah sakit, soal biayanya Ibu tidak usah fikirkan, biar Carla yang fikirkan," tagasnya.
"Tapi kamu mau cari uang dari mana, nak?" tanya Ibunya, untuk biaya makan saja mereka harus jualan kerak telor dari pagi sampai malam.
"Ibu tidak usah fikirkan, yang penting kita bawa Ayah ke rumah sakit, aku janji, aku akan cari jalan untuk bayar biaya rumah sakit Ayah," jawab Carla, sambil menopang Ayahnya keluar. Tidak ada pilihan, Ibunya pun setuju, dan membantu Carla menopang suaminya.
Mendapat kabar bahagia dari Carla, Sarah pun langsung menghubungi Dimas.
"Sebentar ya, Ma. Aku telfon Mas Dimas dulu," pinta Sarah meminta izin, sejak mengetahui Sarah tidak bisa mengandung, membuat Mama mertuanya berubah dan bersikap dingin terhadap Sarah.
"Hem!" jawabnya ketus, sambil sibuk membaca majalah di tangannya.
Sarah pun langsung berlari menuju kamar dan langsung menghubungi Dimas.
Mendengar kabar dari Sarah, membuat Dimas terkejut, dan sangat merasa kesal kenapa Carla harus setuju dan menerima tawaran yang Sarah berikan.
"Tapi Sayang, bagaimana kalau dia menipu kamu," ucap Dimas, sebenarnya dengan jumlah uang segitu tidak masalah untuknya, ia hanya kesal, kenapa Carla harus menerima penawaran gila ini. Ia juga sengaja menjelek-jelekkan Carla, hanya untuk membuat Sarah berubah pikiran.
"Tidak, Mas. Aku yakin dia gadis yang baik," jawab Sarah, sejak melihat foto Carla, Sarah sudah menyukainya, dan saat melihat secara langsung, membuat Sarah semakin menyukainya.
"Dasar gadis mata duitan," batin Dimas mengumpat Carla. Ia hanya bisa berpura-pura terima, semata-mata hanya membuat Sarah bahagia.
Sambil memperhatikan Ayah dan Ibunya, kini Carla kembali bimbang, ia tidak tahu apa keputusan yang ia ambil sudah tepat atau belum.
Menjadi seorang pengacara kini hanya tinggal angan, ia sengaja berhenti kuliah dan membantu Ibunya jualan kerak telur, dan akan kembali melanjutkan kuliah ketika uangnya sudah cukup.
"Apa yang harus kulakukan?" batinnya kebingungan, dan tiba-tiba rasa kwatirnya dipecahkan oleh suara seorang perempuan memanggil namanya.
"Kak, Clara, bagaimana keadaan Ayah?" tanya Utari. Utari adalah Adiknya yang masih duduk di bangku SMA.
"Ayah sudah baik-baik saja, dokter sedang memeriksanya, jadi kamu tidak usah kwatir," jawabnya lembut, kehidupan yang susah, memaksa Clara untuk tumbuh lebih cepat dewasa, dan bisa menjadi contoh untuk Adiknya.
Utari pun langsung menghampiri Ayahnya, dan menangis memeluk lelaki terhebat di hidupnya.
"Ayah, Ayah tidak kenapa-napa, kan? Aku sangat menghawatirkan Ayah," tangisnya, namun akibat stroke, membuat Ayahnya tidak bisa bicara, mereka sangat merindukan suara Ayahnya, memanggil nama mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ayah kamu sudah baik-baik saja, sayang, kamu tidak usah kwatir, ya," ucap Ibunya mewakilkan. Tari pun langsung menyapu air matanya.
Ibunya membidik setiap sudut ruangan, namun ia sama sekali tidak melihat Clara.
"Tari, di mana kakak kamu?"
"Kak Clara lagi ngurus administrasi Ayah, Bu," jawab Tari.
Ibunya pun langsung beranjak, dan segera menyusul Clara.
Sebagai seorang Ibu, Ibunya tahu bahwa ada sesuatu yang kini sedang disembunyikan oleh putri sulungnya itu.
Saat Ibunya tiba di resepsionis, beruntung Clara sudah selesai mengurus administrasi Ayahnya.
"Clara, apa yang kamu lakukan, nak?" tanya Ibunya penuh curiga, melihat Ibunya datang tiba-tiba, membuat Clara panik, ia ingin merahasiakan ini semua dari keluarganya.
"Clara urus administrasi Ayah, Bu. Jadi Ibu tidak usah fikirkan lagi," jawabnya.
"Dari mana kamu mendapatkan uangnya?" sambung Ibunya yang semakin curiga. Clara pun terlihat semakin panik, apa yang harus ia katakan, agar Ibunya percaya dan berhenti curiga.
"Clara pinjam uangnya dari teman, Bu. Sebagai gantinya, Clara akan kerja di tempatnya, untuk menebus semua utang yang Clara pinjam," jawab Clara berbohong, ia berusaha untuk bersikap tenang, ini kali pertamanya berbohong, sehingga berhasil membuat Ibunya percaya.
"Ya ampun, Clara. Kamu tidak harus melakukan ini, sayang. Ibu merasa gagal sebagai orang tua, kamu harus melakukan hal yang harus Ibu lakukan," ucap Ibunya penuh kecewa. Melihat air mata ibunya yang berlinang, membuat hati Clara semakin tercambuk, rasanya ia ingin melukiskan kebahagiaan untuk keluarganya, namun kemiskinan membuat ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Tidak apa-apa, Bu. Ibu jangan menyalahkan diri, ini juga tanggung jawab Clara. Mulai sekarang, Clara yang akan kerja, Clara yang akan cari nafkah, jadi Ibu bisa di rumah dengan Ayah," ucapnya menjanjikan kebahagiaan, keputusan Clara pun semakin bulat untuk setuju menikah dengan Dimas, bagaimanapun Sarah sudah menjanjikan harta untuknya, dengan begitu ia akan bisa menghidupi keluarganya.
Tiga hari setelah Ayahnya dirawat, Clara pun akhirnya menemui Sarah. Sarah adalah wanita pintar, dan cerdas, sebelum memberikan suaminya untuk Clara, ia pun membuat sebuah perjanjian di atas matrai, yang harus Clara tanda tangani, dan akan mendapat sanksi jika melanggarnya. Adapun isi perjanjiannya tersebut yaitu: 1. Melakukan pernikahan siri sampai Clara melahirkan seorang anak. 2. Setelah melahirkan, Clara wajib meninggalkan buah hatinya dan Dimas. 3. Selama pernikahan siri berlaku, Sarah akan selalu mengawasi Clara, serta diharamkan bagi Clara jatuh cinta untuk Dimas. 4. Tidak ada tuntutan setelah melahirkan. 5. Merahasiakan pernikahan siri untuk selama-lamanya. 6. Semua kerugian akan dibayar sebesar 1.000.000.000. Jadi, jika suatu saat Clara berubah pikiran dan melakukan penuntutan akan kena sanksi sebesar 5.000.000.000. Setelah membaca surat perjanjian itu, membuat Clara sangat terkejut. Sarah sama sekali tidak men
Segala sesuatu sudah dipersiapkan oleh Sarah, dan kini, waktu yang ia tunggu-tunggu pun tiba, Dimas akan menikahi Clara, pernikahan itu pun hanya disaksikan oleh Dita dan Raka dan seorang penghulu.Kini, Clara sudah resmi menjadi istri siri Dimas, sah di mata Agama dan yang penting tidak melakukan zina.Hati Clara terasa tercabik, saat ia menyandang gelar sebagai isteri, tanpa kedua orangtuanya dan Adiknya Utari.Keluarganya sama sekali tidak mengetahui masalah ini, sepengetahuan mereka, Clara pergi kerja ke luar negeri. Padahal Clara masih di Jakarta, tinggal bersama Dimas dan Sarah, dan akan dibuang setelah berhasil melahirkan seorang anak.Setelah akad selesai, Clara hanya bisa menangisi takdir, apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Melihat itu, membuat Raka merasa iba, ia bisa mengerti bagaimana perasaan Clara saat itu juga.Sarah dan Dita terlihat tertawa bahagia, tidak lama lagi, ia akan memiliki seorang anak, walaupun bukan anak kandungnya,
Sesuai instruksi Sarah, Clara pun menyiapkan diri. Clara membersihkan diri serta memakai parfum, ia tahu, laki-laki seperti Dimas pasti sangat menyukai wanita yang bersih, dan wangi, seperti Sarah.Satu jam Clara menunggu, namun Dimas tidak datang juga, hingga sesuatu yang tidak ingin ia dengar pun harus terdengar, kamarnya berada tepat di sebelah kamar Sarah dan Dimas, Sarah dan Dimas yang sedang bercinta membuat Clara harus mendengar desahan manja dari pasangan suami istri itu.Clara tentu sangat mengerti apa yang sedang dilakukan oleh Sarah dan Dimas, dihari pernikahannya saja, Dimas sama sekali tidak meliriknya, apalagi malam pengantinnya, Dimas justru melakukan kewajibannya dengan Sarah.Perasaan Clara kini bercampur jadi satu, ia tidak tahu apa ia harus bahagia atau sedih dengan kondisi seperti ini. Memiliki suami yang sama sekali tidak pernah menginginkannya, tidak hanya itu, pernikahannya juga hanya sementara, seharusnya ia merasa bahagia, namun keadaan
Sunyi, senyap, perasaan yang dirasakan oleh Clara, ia tidak tahu harus berbuat apa. Dimas dan Sarah sudah berangkat ke kantor masing-masing, jadi ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan."Apa yang harus aku lakukan?" Batinnya penuh resah, rumah baru besar dan megah dihuni hanya 3 orang, dan kini hanya tinggal ia seorang, membuatnya merasa kesepian.Clara pun berjalan mengelilingi seluruh rumah, saat ia melihat rumah yang berantakan, ia pun memutuskan untuk membersihkan.Clara merupakan wanita yang memiliki tubuh ideal, posturnya bak seperti gital Spanyol, andai ia memakai pakaian yang bermerek seperti Sarah, ia pasti bisa mengalahkan kecantikan Sarah.Setelah semua selesai, Clara pun merasa lapar, ia langsung bergegas menuju dapur, namun ia sama sekali tidak menemukan bahan makanan untuk di masak. Sarah sama sekali tidak memperdulikannya, karena selama ini, mereka dilayani oleh asisten rumah tangga.Clara pun memutuskan untuk keluar, uang pemberian
Malam ini Dimas sungguh sangat merasa resah, ia sudah tidak ada alasan, hal yang sama juga dirasakan oleh Clara, Sarah sudah memberitahunya agar menunggu Dimas di kamarnya. Perasaan Clara kini campur aduk, ia tidak bisa duduk tenang menunggu sang suami, sedari tadi ia jalan mondar-mandir, namun tidak juga berhasil membuat ia merasa tenang. Kalau benar akan terjadi, itu artinya, ia akan memberikan keperawanannya, untuk suaminya yang sama sekali tidak ia cintai. Clara sama sekali belum pernah jatuh cinta, dan ia juga belum pernah pacaran, kepolosan dan keluguannya tidak bisa untuk ia sembunyikan. Jantung Clara semakin berdegup dengan kencang, saat ia mendengar suara pintu, saat ia mengalihkan pandangan, ia pun melihat Dimas yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Matanya seakan terbelalak, bukan karena merasa pangling, tapi karena merasa takut, tatapan Dimas sungguh sangat berbeda dengan tatapannya kepada Sarah. Dimas pun memba
Tanpa meminta persetujuan Clara, Dimas pun langsung menyusun bantal dan membaringkan tubuhnya di sana.Sembari menatap langit-langit, ia terlihat tersipu saat membayangkan apa yang barusan ia lakukan."Kenapa aku bisa melakukan itu?" Batinya kebingungan, padahal jelas-jelas ia menolak Clara mentah-mentah. Tapi kenapa bisa ia menyerang Clara dengan sangat buas.Sembari menahan rasa malu, Clara pun hanya bisa duduk terpaku sambil menutup tubuhnya dengan kimono rapat-rapat. Dimas adalah laki-laki pertama yang menciumnya, rasanya bagai mimpi, hingga terlihat jelas wajahnya memerah karena merasa malu."Tidurlah, aku tidak akan menganggu kamu!" Ucap Dimas, Clara pun langsung menatap wajah Dimas, hingga membuatnya semakin merasa malu, bayangan saat Dimas meminta lidahnya untuk dikeluarkan masih terbesit jelas di ingatan, sehingga ia tidak berani menatap lama-lama suami tampannya itu.Clara pun langsung membaringkan tubuhnya dan memilih untung memalingkan
Tidak tahan menahan penasaran, Sarah pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Clara, saat ia melihat Dimas dan Clara tergulung dalam selimut yang sama, membuat hatinya terasa sakit, ia mengira Dimas dan Sarah sudah melakukan hubungan suami-istri."Tahan Sarah, ini hanya sementara, setelah Clara hamil dan melahirkan, maka tidak akan ada yang berani menyentuh apapun milikmu." Gumamnya dalam hati.Sarah pun memutuskan untuk kembali ke kamar, dan berusaha membuang pikiran dan perasaannya yang kini bercampur jadi satu.Semakin pagi, membuat suhu AC di kamar Clara semakin terasa dingin, sebagai lelaki normal, membuat Dimas harus menanggung sesuatu yang terbangun dari balik celananya.Dimas berfikir ia tidur dengan Sarah, spontan tangannya langsung memeluk Clara dan langsung memainkan tangannya di daerah sensitif Clara.Mendapat serangan dari Dimas, Clara pun langsung bangun dan menyingkirkan tangan Dimas."Kenapa, sayang?" Rengek Dimas manja.
Setelah selesai berhubungan badan, Dimas pun langsung beranjak pergi. Ia pergi meninggalkan kamar Clara menuju kamar Sarah. Saat ia melihat Sarah yang masih tertidur, membuatnya merasa bersalah, ingin rasanya ia menyentuh istrinya itu, namun Dimas masih merasa kotor dan memilih untuk langsung membersihkan badan.Sadar akan kedatangan Dimas, membuat Sarah kembali menangis, hatinya bagai tersayat, ia tidak menyangka sakitnya akan seperti ini, saat menyaksikan suami yang paling ia cintai harus memadu kasih dengan wanita lain.Saat seperti ini, Dimas baru sadar, kenapa ia bisa melakukan itu. Padahal niat hatinya sama sekali tidak ingin menyentuh Clara, namun kenapa? Kenapa hal itu harus terjadi, kenapa imannya harus runtuh dan masih mengingat kenikmatan yang jelas ia rasakan dengan Clara.Dimas pun langsung mengguyur seluruh tubuhnya, dan mencoba untuk menerima semua kenyataan.Setelah selesai mandi, Dimas kembali menuju kamar untuk melihat Sarah. Sarah yang
Sejak mengetahui kehamilan Clara, Sarah dan Dimas memberikan perhatian penuh untuknya, mulai dari makanan serta pemberian gizi, mereka juga selalu meluangkan waktu untuk Clara.Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01:00 Malam, namun Clara sama sekali belum memejamkan mata. Rasanya ia sangat merindukan Dimas, dan ingin tidur di pangkuan Dimas.Keinginannya sejak hamil selalu menyangkut dengan Dimas, ia sama sekali tidak mengidam makanan, atau hal lainnya, melainkan ngidam untuk selalu dekat dengan Dimas suaminya.Bukan ia yang meminta, semua datang dari bawaan bayinya. Clara juga tahu diri, ia masih mengingat jelas surat perjanjian yang sudah ia tanda tangani, bahwa ia diharamkan untuk jatuh cinta dengan Dimas."Jangan siksa mama begini, nak. Mama tidak bisa menemui Papa kamu." Kata Clara sambil mengelus perutnya.Dimas yang sudah terlelap tidur seperti mendapat sebuah tanda, tiba-tiba saja ia terbangun dari tidurnya. Dimas menatap jam dinding di kam
"kamu minum teh ini dulu, biar perut kamu hangat." Ucap Dimas, dan Clara pun langsung meneguknya.Clara menatap Dimas dengan dalam. Tatapan Dimas sungguh sangat berbeda dengan tatapannya sebulan yang lalu."Aku minta maaf, Kak." Ucap Clara merasa bersalah."Kenapa kamu minta maaf?" Tanya Dimas kebingungan."Seharusnya Kakak menikmati pesta, tapi aku justru menyulitkan Kakak di sini."Dimas pun langsung meraih tangan Clara yang sangat terasa dingin."Bukan hanya aku, bahkan siapapun yang bersama kamu juga akan melakukan ini." Jawab Dimas, lalu pintu kamar pun terbuka dan nampak Raka dan seorang dokter yang sudah datang bersamanya.Dimas pun langsung bangkit, dan membiarkan Dokter untuk memeriksa Clara.Ditengah kecemasan Dimas, tiba-tiba ponselnya pun berdering dan terlihat nama Sarah di layar ponselnya. Dimas pun mengangkat telfon dan menjelaskan semua yang terjadi, Sarah yang juga merasa panik, langsung berlari menyusul
Malam ini pesta pun sudah berlangsung dengan meriah.Gedung hotel sudah dipenuhi oleh rekan-rekan bisnis Dimas beserta seluruh karyawannya. Pesta ini adalah bentuk apresiasi Dimas kepada seluruh karyawan dan rekan-rekan kerjanya, sebagai bentuk kerja keras mereka.Setiap tahun, Sarah selalu memberikan penampilan terbaik, begitu juga dengan Dimas, itu sebabnya pasangan ini selalu menjadi sorotan, bukan hanya kaya, mereka juga terlihat tampan dan cantik.Namun, kali ini Dimas dan Sarah tidak berdua, mereka datang dengan Clara. Malam ini Clara terlihat sangat anggun dengan gaun yang Dimas pilihkan, semua mata pun tertuju kepada Clara, dan membuat hati para pria bertanya-tanya, siapa wanita cantik yang ada dengan Dimas dan Sarah.Dimas pun langsung membuka pesta, dan membiarkan semua menikmati musik, serta minuman yang sudah tersedia.Terus terang, ini kali pertama untuk Clara. Clara sungguh sangat merasa risih, mendengar suara musik dan juga aroma alk
Saat mereka sudah tiba di Mall, Dimas dan Sarah jalan bergandengan di depan, sedangkan Raka dan Clara jalan di belakang mengikuti mereka.Kapan dan di mana pun, Sarah dan Dimas selalu terlihat mesra, melihat itu membuat Raka merasa tidak tega saat melihat Clara.Sarah pun membawa Dimas singgah disebuah butik yang cukup terkenal di mall itu, pelayan butik itu langsung melayani mereka dengan sangat baik, sebab Sarah merupakan salah satu customer mereka di sana.Sarah hanya duduk manis, para pelayan membawakan koleksi baru ke hadapannya, sedangkan Clara berjalan mengelilingi butik, sambil memilih pakaian mana yang menarik perhatiannya.Tiba-tiba mata Clara langsung terpana ke sebuah gaun merah, gaun ini merupakan gaun limited edition, harganya juga sangat menggiurkan, saat Clara melihat harganya, membuat Clara menjauh, sebab ia tidak akan mampu membeli gaun itu, dan ia juga sangat merasa sungkan meminta gaun itu kepada Dimas dan Sarah.Melihat Sarah y
Setelah selesai sarapan, Dimas pun langsung berangkat ke kantor dengan Raka. Hari ini, Sarah memutuskan untuk tidak kerja, dan menghabiskan waktu di rumah dengan Clara.Saat melihat Clara, membuat hati Sarah terasa sakit, namun sebisa mungkin Sarah pun membuang perasaan itu, bagaimanapun ia yang menginginkan hal ini terjadi, tidak sewajarnya ia menyimpan rasa sakit hatinya lama-lama. Dan akhirnya Sarah pun kembali ramah, dan memperlakukan Clara dengan sebaik mungkin.Sebulan sudah Clara tinggal bersama mereka, namun Clara tidak juga hamil, sejak malam itu, Dimas sama sekali tidak pernah tidur dengannya, Dimas masih merasa bersalah dengan Sarah, walaupun terkadang rasa kenikmatan itu masih melekat jelas di dalam ingatannya.Hubungan Clara dan Dimas masih terlihat biasa saja, mereka bicara hanya seperlunya, bahkan Sarah dan Dimas tidak sungkan-sungkan untuk selalu memamerkan kemesraan di hadapan Clara.Lusa, perusahaan Dimas akan mengadakan party, party rut
Setelah selesai berhubungan badan, Dimas pun langsung beranjak pergi. Ia pergi meninggalkan kamar Clara menuju kamar Sarah. Saat ia melihat Sarah yang masih tertidur, membuatnya merasa bersalah, ingin rasanya ia menyentuh istrinya itu, namun Dimas masih merasa kotor dan memilih untuk langsung membersihkan badan.Sadar akan kedatangan Dimas, membuat Sarah kembali menangis, hatinya bagai tersayat, ia tidak menyangka sakitnya akan seperti ini, saat menyaksikan suami yang paling ia cintai harus memadu kasih dengan wanita lain.Saat seperti ini, Dimas baru sadar, kenapa ia bisa melakukan itu. Padahal niat hatinya sama sekali tidak ingin menyentuh Clara, namun kenapa? Kenapa hal itu harus terjadi, kenapa imannya harus runtuh dan masih mengingat kenikmatan yang jelas ia rasakan dengan Clara.Dimas pun langsung mengguyur seluruh tubuhnya, dan mencoba untuk menerima semua kenyataan.Setelah selesai mandi, Dimas kembali menuju kamar untuk melihat Sarah. Sarah yang
Tidak tahan menahan penasaran, Sarah pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Clara, saat ia melihat Dimas dan Clara tergulung dalam selimut yang sama, membuat hatinya terasa sakit, ia mengira Dimas dan Sarah sudah melakukan hubungan suami-istri."Tahan Sarah, ini hanya sementara, setelah Clara hamil dan melahirkan, maka tidak akan ada yang berani menyentuh apapun milikmu." Gumamnya dalam hati.Sarah pun memutuskan untuk kembali ke kamar, dan berusaha membuang pikiran dan perasaannya yang kini bercampur jadi satu.Semakin pagi, membuat suhu AC di kamar Clara semakin terasa dingin, sebagai lelaki normal, membuat Dimas harus menanggung sesuatu yang terbangun dari balik celananya.Dimas berfikir ia tidur dengan Sarah, spontan tangannya langsung memeluk Clara dan langsung memainkan tangannya di daerah sensitif Clara.Mendapat serangan dari Dimas, Clara pun langsung bangun dan menyingkirkan tangan Dimas."Kenapa, sayang?" Rengek Dimas manja.
Tanpa meminta persetujuan Clara, Dimas pun langsung menyusun bantal dan membaringkan tubuhnya di sana.Sembari menatap langit-langit, ia terlihat tersipu saat membayangkan apa yang barusan ia lakukan."Kenapa aku bisa melakukan itu?" Batinya kebingungan, padahal jelas-jelas ia menolak Clara mentah-mentah. Tapi kenapa bisa ia menyerang Clara dengan sangat buas.Sembari menahan rasa malu, Clara pun hanya bisa duduk terpaku sambil menutup tubuhnya dengan kimono rapat-rapat. Dimas adalah laki-laki pertama yang menciumnya, rasanya bagai mimpi, hingga terlihat jelas wajahnya memerah karena merasa malu."Tidurlah, aku tidak akan menganggu kamu!" Ucap Dimas, Clara pun langsung menatap wajah Dimas, hingga membuatnya semakin merasa malu, bayangan saat Dimas meminta lidahnya untuk dikeluarkan masih terbesit jelas di ingatan, sehingga ia tidak berani menatap lama-lama suami tampannya itu.Clara pun langsung membaringkan tubuhnya dan memilih untung memalingkan
Malam ini Dimas sungguh sangat merasa resah, ia sudah tidak ada alasan, hal yang sama juga dirasakan oleh Clara, Sarah sudah memberitahunya agar menunggu Dimas di kamarnya. Perasaan Clara kini campur aduk, ia tidak bisa duduk tenang menunggu sang suami, sedari tadi ia jalan mondar-mandir, namun tidak juga berhasil membuat ia merasa tenang. Kalau benar akan terjadi, itu artinya, ia akan memberikan keperawanannya, untuk suaminya yang sama sekali tidak ia cintai. Clara sama sekali belum pernah jatuh cinta, dan ia juga belum pernah pacaran, kepolosan dan keluguannya tidak bisa untuk ia sembunyikan. Jantung Clara semakin berdegup dengan kencang, saat ia mendengar suara pintu, saat ia mengalihkan pandangan, ia pun melihat Dimas yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Matanya seakan terbelalak, bukan karena merasa pangling, tapi karena merasa takut, tatapan Dimas sungguh sangat berbeda dengan tatapannya kepada Sarah. Dimas pun memba